Kamis 12 May 2016 14:00 WIB

Nur Misuari Berperan Bebaskan Sandera

Red:
Presiden Joko Widodo (tengah), didampingi Menlu Retno Marsudi (kiri) dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, memberikan keterangan pers tentang pembebasan sandera, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/5).
Foto: Antara/Setpres
Presiden Joko Widodo (tengah), didampingi Menlu Retno Marsudi (kiri) dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, memberikan keterangan pers tentang pembebasan sandera, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/5).

SULU — Kelompok Abu Sayyaf akhirnya membebaskan empat warga Indonesia yang mereka sandera, Rabu (11/5). Ini hanya berselang sepuluh hari setelah mereka membebaskan 10 sandera WNI lainnya pada 1 Mei 2016 lalu. 

Setelah dibebaskan di Kota Indanan oleh Abu Sayyaf, pada Rabu sore waktu setempat, keempat WNI tersebut dibawa oleh Moro National Liberation Front (MNLF) ke kediaman Gubernur Sulu Totoh Tan di Jolo.

Tarhata, istri Nur Misuari yang merupakan pemimpin MNLF dan mantan petinggi militer Kivlan Zein, menemani para awak kapal itu. Empat WNI itu tak bersedia berbicara dengan media. Mereka berterima kasih kepada Tan dan berjabat tangan dengannya.

Tan mengungkapkan, pembebasan terjadi setelah serangkaian negosiasi Nur Misuari dengan Abu Sayyaf. ''Misuari membujuk Abu Sayyaf membebaskan sandera tanpa tebusan,'' katanya, seperti dilansir laman berita Manila Times, kemarin.

Menurut dia, pembebasan merupakan buah langkah persuasif Nur Misuari yang dibantu militer, polisi, pemerintah lokal, dan provinsi.

Kivlan juga menilai pentingnya bantuan Nur Misuari sehingga sandera dibebaskan dalam keadaan aman. Ia mengisahkan, kontribusi Nur Misuari kepada Tan, terutama dalam membujuk Abu Sayyaf untuk membebaskan sandera.

Pada 26 Maret lalu, kapal tunda Brahma 12 dibajak oleh Abu Sayyaf di Tawi-Tawi, dekat perbatasan dengan Sabah, Malaysia. Sebanyak 14 WNI yang menjadi awak kapal ikut disandera. Kelompok Abu Sayyaf kemudian membawa mereka ke Provinsi Sulu.

Kivlan memuji Misuari dan Tan serta Pemerintah Filipina yang berperan membebaskan warga Indonesia. ''Kami berterima kasih kepada Saudara Nur, MNLF, Gubernur Tan, Pemerintah Filipina, serta seluruh pihak yang berjasa dalam pembebasan sandera,'' katanya.

Sebelumnya, Nur Misuari juga berjasa dalam pembebasan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf. Nur Misuari turun tangan setelah Kivlan membujuk MNLF membantu Jakarta dalam upaya pembebasan 14 WNI yang disandera oleh Abu Sayyaf.

Dalam foto yang dimuat laman Manila Times di berita "No ransom paid for freedom of 4 Indonesian sailors", terlihat Kivlan Zen mengenakan kopiah putih, berkaus motif abu-abu dan hitam, dan mengenakan celana hitam serta sepatu dengan warna senada. Ia berada di rumah Tan bersama empat WNI dan Tarhata, istri Nur Misuari.

Nur Misuari mendirikan MNLF pada 1972 sebagai kelompok bersenjata yang berjuang untuk mencapai kemerdekaan dari Filipina. Pada 1996, mereka mencapai kesepakatan damai dengan Pemerintah Filipina, yang dilanjutkan dengan daerah otonomi di Mindanao Selatan.

Kedekatan Misuari dengan Kivlan Zein terjalin setelah Kivlan bicara panjang lebar tentang sejarah TNI yang juga lahir dari massa laskar rakyat. Saat itu, Misuari berkukuh bahwa seluruh gerilyawan Moro harus menjadi anggota tentara Filipina. Namun, setelah mendapatkan nasihat dari Kivlan, Misuari pun akhirnya menurut.

Kepala Kepolisian Jolo, Junpikar Sittin, menyatakan, empat WNI tiba di rumah Gubernur Sulu pada pukul 15.00 waktu setempat. Mereka dibawa ke Rumah Sakit Teodulfo Bautista, Jolo, untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.

Sittin, yang dikutip laman berita Inquirer menuturkan, sejumlah sumber menyatakan bahwa Kepala Biro Politik MNLF Samsula Adju yang bernegosiasi dengan Abu Sayyaf untuk membebaskan para sandera dan membayarkan tebusan.

Saat ini, kelompok Abu Sayyaf masih menyandera seorang warga Kanada, Norwegia, Belanda, Cina, empat warga Malaysia, dan tujuh warga Filipina.

Kementerian Luar Negeri Filipina mengonfirmasi pembebasan empat WNI yang sebelumnya dalam sekapan Abu Sayyaf. ''Kami berterima kasih kepada Indonesia, khususnya Menlu Retno Marsudi atas koordinasi yang dilakukan sejak pagi.''

Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Filipina menyampaikan apresiasi atas kerja sama antara militer Indonesia dan Filipina dalam upaya pembebasan. Semua berkat pertemuan trilateral yang melibatkan Indonesia, Filipina, dan Malaysia.

Secara terpisah, Presiden Joko Widodo menyampaikan kabar baik ini di Istana Merdeka, kemarin. 

"Alhamdulilah puji syukur pada Allah SWT, akhirnya empat WNI yang disandera kelompok bersenjata sudah dapat dibebaskan," ujar Presiden Joko Widodo yang didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Menurut Presiden, keempat WNI dalam keadaan baik dan kini berada dalam perlindungan Pemerintah Filipina. Dalam waktu dekat, mereka akan segera diserahterimakan kepada Pemerintah Indonesia. Ia menyebut, ini buah kerja sama Filipina-Indonesia.

''Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Filipina yang telah melakukan kerja sama sangat baik dalam dua kali pembebasan warga kita,'' kata Presiden. Ia meyakini, keberhasilan ini buah dari pertemuan trilateral yang merupakan inisiatif Indonesia pada 5 Mei lalu. Pertemuan di Yogyakarta tersebut dihadiri  menteri luar negeri serta pimpinan militer dari Indonesia, Filipina, dan Malaysia.   rep: Halimatus Sa'diyah, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement