Senin 04 Apr 2016 13:00 WIB

Bergotong-royong untuk Almarhum Siyono

Red:

Suasana Kampung Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, menjelang Ahad (3/4) mulanya mencekam. Warga tidak banyak melakukan aktivitas. Ratusan aparat polisi dari unsur Dalmas dan Brimob memenuhi lokasi sekitar makam tempat Siyono (34), warga setempat yang tewas dua hari selepas ditangkap petugas Detasemen Khusus Antiteror 88 (Densus 88).

Proses autopsi jenazah Siyono jadwalnya akan dimulai begitu tengah malam lewat. Autopsi yang rencananya digelar dokter dari PP Muhammadiyah tersebut sebelumnya mendapat penolakan dari aparatur desa yang mengatasnamakan warga.

Namun, menjelang autopsi, tokoh masyarakat dan aparatur desa tak ada yang menampakkan batang hidungnya. Gerbang kantor Balai Desa Pogung digembok rapat. ''Kabarnya, Pak Kades sakit,'' ujar seorang warga.

Sepanjang jalan pintu masuk Kampung Brengkungan dipenuhi anggota Komando Kesiapsiagaan Pemuda Muhammadiyah (Kokam), ribuan anggota ormas Islam yang datang dari Yogyakarta dan Solo Raya.

Sejak Sabtu (2/4) pagi, otomatis TPU Brengkungan dikuasai anggota Kokam. Lokasi makam yang didirikan panggung atap terpal, di dalam makam dan semua sudut pagar dipenuhi anggota Kokam berseragam loreng. ''Kami siap mengamankan jalannya autopsi,'' kata Muhammad Ismail, komandan Kokam Jateng.

Lalu, sekitar pukul 08.30 WIB, ratusan anggota Brimob berseragam hitam-hitam memasuki lokasi makam. Mereka menenteng senjata laras panjang. Suasana agak tegang. ''Kami diperintah dari pimpinan Polri untuk mengamankan lokasi,'' ujar seorang perwira pertama lewat handy talky.

Namun, beberapa menit kemudian, mereka ditarik keluar dari makam. Penggalian makam dan proses autopsi berjalan lancar. Tidak ada aksi penolakan warga terhadap pembongkaran makam dan autopsi jenazah Siyono.

''Surat pernyataan penolakan autopsi itu ternyata penuh dengan kepalsuan,'' ujar fungsionaris PDM Muhammadiyah Husni Thamrin, Ahad (3/4). Menurut dia, anggota Kokam yang melakukan persiapan pelaksanaan autopsi sejak Sabtu (2/4) justru dibantu warga sepenuhnya. ''Kami semalam sampai tidak tidur menyiapkan tenda di atas lokasi makam almarhum. Tenda terpal, bambu, selang, ember, air, cangkul, dan semua peralatan yang menyiapkan warga sekitar. Mereka membantu kami sampai selesai,'' tuturnya.

Komandan FUI (Front Umat Islam) Kabupaten Klaten, Basyuno, mengiyakan pernyataan Husni Thamrin. Ia mengisahkan, warga bergotong-royong membantu, persis seperti upacara pemakaman jenazah pada umumnya.

Yang membuat hati trenyuh, kata Basyuno, banyak di antara ibu-ibu kampung menyiapkan makanan. Ada yang menyuguhkan ketela rebus, pisang rebus, serta minuman teh dan kopi. Makanan-makanan yang berasal dari tanaman kebun tersebut dimasak bersama.

Suparni (50), warga Dukuh Brengkungan, RT 11, RW 5, juga menyatakan kaget soal pemberitaan bahwa warga menolak pembongkaran jenazah Siyono. ''Mboten wonten niku yen warga menolak," ujarnya menyangkal kabar penolakan warga. Ia menegaskan, kebanyakan warga justru merasa kasihan dengan keluarga almarhum.

Sementara, di makam, puluhan Kokam bermandikan lumpur. Seragam celana dan baju loreng penuh dengan lumpur. Mereka berjam-jam berjuang melawan derasnya air yang menggenangi makam. Setelah berhasil mengangkat jenazah, mereka membersihkan lumpur dalam kubangan sebelah utara makam.

Persyarikatan PP Muhammadiyah menyatakan bersyukur atas lancarnya pelaksanaan autopsi. "Kami atas nama persyarikatan Muhammadiyah mengucapkan terima kasih kepada warga dan aparat keamanan TNI dan Polri yang membantu pelaksanaan autopsi,'' tutur Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak dalam jumpa pers di teras rumah isteri Siyono, Suratmi (29 tahun), selepas proses autopsi.

Ketua Bidang Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas didampingi Komisioner Komnas HAM Manager Nasution juga mengucapkan syukur atas pelaksanaan autopsi jenazah Siyono yang berjalan aman dan lancar.

Sejak pagi sebelum pelaksanaan autopsi, kata Busyro, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menghubungi dia. Kata dia, Polri mempersilakan tim dokter forensik Muhammadiyah melakukan autopsi, tetapi harus didampingi dokter forensik dari Polri.

Akhirnya, pelaksanaan autopsi melibatkan sembilan tim dokter Muhammadiyah dipimpin dr Gatot Suharto dari Fakultas Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang juga Ketua Majelis MPK Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng. Ia dibantu dokter forensik dari fakultas kedokteran UII, UGM, UAD, UNS, UMS, dan UMY. Sedangkan, tim forensik Polri diwakili dr Hasri dari Polda Jateng.

''Kita masih tunggu hasilnya bagaimana. Hasil forensik nanti untuk menentukan langkah selanjutnya,'' kata Busyro.

Ketua tim dokter forensik, dr Gatot Suharto, menuturkan, pelaksanaan autopsi berjalan sekitar tiga setengah jam. Menurut dia, kondisi jenazah masih bagus. Selain melibatkan dokter forensik, autopsi juga melibatkan dokter patologi anatomi.

Sejauh ini, yang bisa disampaikan tim autopsi, mereka menemukan bekas luka intravital akibat benturan benda tumpul di beberapa tempat di tubuh Siyono. Sebelum tewas, Siyono juga mengalami sejumlah patah tulang. Bagian-bagian yang luka tersebut diambil sampelnya dan nantinya diuji di laboratorium.

Menurut Gatot, masih butuh sepekan hingga 10 hari setelah autopsi dilakukan hingga hasil autopsi menyeluruh pungkas. Hasil autopsi akan diserahkan kepada Komnas HAM sebagai pihak yang berkepentingan.

Komisioner Komnas HAM Hafid Abbas menegaskan, yang mereka lakukan sebagai lembaga independen adalah pendampingan dan pemantauan sesuai amanah undang-undang. Ia ingin melalui autopsi ini proses kematian Siyono bisa terbuka ke publik. Nantinya biar masyarakat yang menilai kejadian tersebut.

Hafid tidak ingin menduga hasil autopsi. Selain itu, sebagai negara demokrasi, kata Hafid, tidak ada yang ditutup-tutupi dari kerja yang dilakukan tim dokter forensik. ''Ini merupakan bagian dari proses pendidikan bangsa. Dan, tradisi demokrasi dalam pekerjaan ini sangat tangguh. Ini terbukti, pelaksanaan autopsi yang semula ditolak ternyata berjalan lancar, aman, dan kondusif. Alam cukup kondusif,'' tambahnya.   rep: Edy Setyoko,  ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement