Jumat 18 Mar 2016 14:00 WIB

Israel Tuding Indonesia Langgar Kesepakatan

Red:
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan pers tahunan di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (7/1).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan pers tahunan di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (7/1).

TEL AVIV - Israel mengungkap alasan menolak kedatangan Menlu Indonesia Retno Marsudi ke Ramallah, pekan lalu. Saat itu, Retno berencana meresmikan Konsulat Kehormatan Indonesia untuk Palestina di Ramallah. Peresmian akhirnya dilakukan di Amman, Yordania.

Di hadapan Knesset atau Parlemen Israel, Rabu (16/3), Wakil Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Hotovely mengungkapkan, tak diizinkan masuknya Retno ke Ramallah karena Indonesia dianggap melanggar kesepakatan rahasia yang sebelumnya dicapai.

Berdasarkan kesepakatan, Retno bisa memasuki Ramallah, Palestina, kalau dia juga berkunjung ke Yerusalem dan bertemu sejumlah pejabat senior Israel. ''Jika kesepakatan dijalankan, ini kunjungan pertama Menlu Indonesia ke Israel,'' katanya, seperti dilansir Haaretz.

Hotovely menyampaikan pernyataan itu untuk menjawab pertanyaan anggota Knesset dari United Arab List, Ahmad Tibi. ''Mengapa Israel mencegah kunjungan Menlu Indonesia ke wilayah Palestina?'' tanya dia kepada Hotovely.

Menurut Hotovely, Direktur Asia Kementerian Luar Negeri Israel Mark Sofer secara rahasia berkunjung ke Jakarta beberapa hari menjelang keberangkatan Menlu Retno ke Ramallah. Itu adalah upaya Israel untuk mencapai kesepakatan dengan Indonesia terkait kunjungan ke Palestina.

Melalui berbagai jaringan, kesepakatan itu akhirnya terwujud. ''Terjadi kesepakatan, selain ke Ramallah, Retno juga harus berkunjung ke Israel dan bertemu sejumlah pejabat senior di Yerusalem,'' jelas Hotovely. Itu merupakan kesepakatan umum yang diterapkan Israel untuk siapa pun.

Namun sayangnya, jelas dia, Retno melanggar kesepakatan dengan memutuskan tak melakukan perjalanan ke Yerusalem. ''Dia paham itu berarti melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Israel,'' katanya menegaskan.

Aturannya, setiap pejabat senior sebuah negara yang ingin memasuki wilayah Palestina harus berkunjung ke Israel. Hotovely menekankan, ini berlaku untuk semua pejabat negara, terlepas negara tersebut menjalin hubungan diplomatik dengan Israel atau tidak.

Setelah mendengar penjelasan Hotovely, Ahmad Tibi menyatakan kebijakan itu membuktikan bahwa Israel adalah penjajah. ''Mengapa Anda mencampuri urusan negara yang telah diakui PBB?'' Hotovely menegaskan kembali, Menlu Retno telah melanggar kesepakatan.

Secara terpisah, Menlu Retno Marsudi menegaskan, ia dan seluruh jajarannya tidak pernah melakukan pertemuan rahasia dengan Israel. Menurut dia, tuduhan Wakil Menlu Israel Tzipi Hotovely mengenai adanya pertemuan rahasia adalah tuduhan tidak benar.

''Saya bisa tegaskan sekali lagi, apa yang mereka sampaikan tentang pertemuan rahasia itu tak ada," ujar Retno saat ditemui Republika, di kantor menko polhukam, Kamis (17/3). Ia menambahkan, pemerintah tidak pernah melakukan komunikasi apa pun dengan Israel.

Soal dugaan orang Israel yang diam-diam datang ke Indonesia, Retno mengaku tidak tahu-menahu. "Ya saya enggak tahu, tapi kan mereka mengatakan karena berhubungan dengan saya. Kemenlu tidak pernah, garis bawahi, tidak pernah!'' katanya.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan menjamin tidak ada pertemuan antara Indonesia dengan Israel. Ia mengatakan, baik Menlu maupun Wamenlu sendiri tidak pernah ada pertemuan dengan mereka.

Luhut mengakui, Israel memang beberapa kali mencoba menjalin kontak. Namun, upaya itu tidak ditanggapi Indonesia. Ia pun mengatakan, Wapres Jusuf Kalla dalam hal ini juga sudah memerintahkan untuk mencari solusi mengenai persoalan Ramallah.

"Kita kan spiritnya untuk mendukung Palestina agar bisa diakui sebagai negara yang berdaulat. Soal pertemuan atau janji rahasia, itu tidak ada. Buat apa begitu?" ujar Luhut, di kantornya, kemarin.

Luhut juga mengatakan, beberapa kali ia pernah bertemu Israel dalam pertemuan internasional. Namun, tidak ada perjanjian apa-apa. Pertemuan yang terjadi juga bukan pertemuan rahasia karena disaksikan banyak orang.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir juga menyatakan tidak pernah ada pertemuan antara kementerian dengan Israel mengenai kunjungan Menlu ke Ramallah. Tak ada pula pembahasan, apalagi kesepakatan, kunjungan ke Yerusalem.

Ia menjelaskan, pengaturan kunjungan Menlu Retno dilakukan sejak Desember 2015. Tugas itu dilaksanakan oleh dubes Indonesia untuk Palestina yang berkedudukan di Amman, Yordania. Sejak awal, Retno berencana ke Palestina menggunakan helikopter.

Saat tiba di wilayah Palestina, helikopter langsung mendarat di  landasan helikopter kantor kepresidenan Palestina. Rute tersebut diakuinya tidak melintasi Israel. Arrmanatha menyatakan, Retno hanya berencana ke Yordania dan Palestina. ''Tidak pernah direncanakan ke tempat lain selain dua itu,'' kata Arrmanatha. rep: Lida Puspaningtyas, Intan Pratiwi, Melisa Riska Putri, ed: Ferry Kisihandi 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement