Selasa 01 Mar 2016 13:00 WIB

Hanya Tersisa Masjid Al-Mubaarokah di Kalijodo

Red:

Republika/Yasin Habibi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebanyak 12 alat berat jenis ekskavator disiagakan. Dua ekskavator amfibi juga dilibatkan. Mulai sekitar pukul 07.30 WIB, seluruh ekskavator yang berada di sepanjang Jalan Kepanduan II, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, bergerak.

Alat-alat berat itu meratakan hampir seluruh bangunan di kawasan Kalijodo yang membentang di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara. "Kreekk ... bumm ...," bangunan roboh menghadirkan debu yang begitu pekat. Kalijodo berubah bak lautan debu.

Dua ekskavator amfibi tak kalah garang. Operator menggerakkan ekskavator ini menyusuri bantaran Kali Krendang, kemudian menggusur bangunan di pinggir kali.

Sekitar 6.000 personel gabungan dari Satpol PP, polisi, dan TNI diterjunkan untuk menjamin penertiban berjalan aman. Namun, satu bangunan tak tersentuh sama sekali oleh operasi penggusuran ratusan bangunan di Kalijodo, Senin (29/2) pagi itu.

Bangunan itu adalah Masjid al-Mubaarokah yang masih kokoh berdiri. Bangunan yang berlokasi di RT 7, RW 10, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, tersebut kini menyendiri. Hanya ada puing membisu yang menemaninya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, Masjid al-Mubaarokah tetap difungsikan sebagai tempat ibadah. Bangunan yang telah berdiri lebih dari tiga dekade itu rencananya akan dibangun ulang dan menjadi fasilitas penunjang ruang terbuka hijau (RTH) di Kalijodo.

"Masjid itu akan dibangun ulang seindah mungkin, disesuaikan desainnya dengan taman di sini," ujar Djarot kepada wartawan saat meninjau lokasi Kalijodo, kemarin. Pemprov DKI Jakarta, katanya, mempelajari sejarah masjid itu.

Ternyata, masjid dibangun di atas tanah wakaf. Karena itu, jelas Djarot, pemprov membiarkannya menjadi bagian dari RTH setelah Kalijodo tak lagi menjadi tempat prostitusi. Ia mengaku pernah berdialog dengan marbut alias pengurus Masjid al-Mubaarokah.

Marbut tidak menolak gagasan itu dan mau bekerja sama dengan pemprov. Republika berusaha mengonfirmasi kabar ini kepada marbut Masjid al-Mubaarokah, Kafiuddin (57 tahun) alias Udin dan Haji Sidik (70). Namun, keduanya ternyata sudah angkat kaki dari Kalijodo.

"Pak Udin dan Haji Sidik sudah pulang ke kampungnya di Banten, kemarin," ucap bekas warga Kalijodo dari RT 7, RW 10, Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Suryana (55). Sepekan lalu, Udin menyampaikan kesedihannya atas rencana penggusuran masjid.

Suryana mengatakan, tempat ibadah yang ia kelola telah menjadi tumpuan ratusan jamaah selama puluhan tahun. "Setiap Jumat ada sekitar 300 jamaah yang shalat di sini," ujarnya.

Masjid tersebut dibangun pada 1970-an. Semula hanyalah sebuah mushala. Namun, dengan swadaya masyarakat, mushala itu terus berkembang hingga menjadi masjid berlantai dua. Udin mendengar kabar masjid juga kena gusur terkait penertiban Kalijodo. Padahal, masjid ini sudah menjadi tempat mengaji bagi anak-anak Kalijodo.

Guru mengaji di sana sudah bekerja selama 30 tahun. Saat itu, Udin mengaku hanya bisa pasrah. Kalau akhirnya masjid digusur, ia memutuskan pulang kampung ke Serang, Banten. Setelah masjid rata dengan tanah, ia mengaku tak lagi punya sumber penghasilan.

Wali Kota Jakarta Utara Rustam Efendi menargetkan pembersihan kawasan Kalijodo secara keseluruhan berlangsung tiga hari. Setelah kemarin dilakukan pembongkaran, dilanjutkan dengan pembersihan sisa-sisa pembongkaran.

"Kira-kira butuh waktu tiga hari sampai semuanya bersih," kata Rustam. Setelah seluruh kawasan Kalijodo bersih, barulah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI yang mengerjakan tugas berikutnya, yaitu membangun RTH.

Seluruh bangunan di kawasan Kalijodo, RW 5, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara sudah dibongkar oleh belasan ekskavator yang dikerahkan. Sebelumnya, sekitar 178 bangunan berdiri di kawasan tersebut. Saat ini pemandangan ke arah Jakarta Barat terlihat jelas.

Pembersihan puing menggunakan puluhan truk berukuran besar milik Dinas Tata Air dan Dinas Kebersihan DKI Jakarta, ekskavator, dan ratusan petugas dari Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara. Sebagian puing dibuang ke Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara.

"Puing itu digunakan untuk menguruk tempat pembuangan sampah di sana," kata Kepala Sudin Kebersihan Jakarta Utara Slamet Riyadi. Pihaknya mengerahkan lima shovel loader, 20 truk ukuran sedang dan besar, serta 100 pekerja harian lepas.

Serupa dengan Sudin Kebersihan Jakarta Utara, Sudin Kebersihan Jakarta Barat juga mengerahkan ratusan petugas kebersihan serta puluhan alat berat untuk membersihkan puing bangunan di Kalijodo. Ada 100 petugas kebersihan yang dilibatkan.

Coba bertahan

Ada lima kepala keluarga yang mencoba bertahan di Kalijodo saat penertiban berlangsung. Menurut Wali Kota Jakarta Utara Rustam Efendi, mereka menolak dipindahkan ke rumah susun sewa (rusunawa) yang telah disediakan pemprov.

Saat ditanya alasannya, menurut Rustam, mereka hanya mau pindah ke rumah susun milik (rusunami). "Mereka minta dipindahkan ke rusunami, sedangkan program pemerintah itu rusunawa," tutur Rustam. Ia menetapkan tenggat maksimal Senin pukul 15.00 WIB mereka pindah. Saat ditanya kemungkinan mereka membandel tidak ingin pindah, Rustam menjawab, "Kita gendong, jangan diseret. Kita gendong kalau enggak mau pindah."

Polda Metro Jaya menyatakan, secara keseluruhan penertiban di Kalijodo relatif lancar. "Pembongkaran berlangsung kondusif," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Mohammad Iqbal.

Eksekusi justru menjadi tontonan masyarakat sekitar Kalijodo. Ribuan orang tampak berjejer di sepanjang Jalan Kepanduan I yang membentang di sisi barat Kanal Banjir Barat menyaksikan dari kejauhan peralatan berat meratakan rumah dan bangunan.

"Saya ke sini cuma nonton aja, Mas. Kebetulan lagi enggak ada kerjaan hari ini," tutur  Agus (48 tahun), warga Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Eni (51), warga RT 4, RW 5, Penjaringan, Jakarta Utara, juga datang untuk melihat tempat tinggalnya dulu dirobohkan.

"Saya hanya mau menyaksikan sendiri rumah yang saya bangun susah payah dibongkar pemerintah. Saya hanya ingin lihat buat yang terakhir," ujar Eni. Ia mengumpulkan uang untuk mendirikan bangunan tidaklah sedikit.

Selanjutnya, nenek empat cucu ini berencana membuka kos-kosan dengan enam kamar. "Saya habis Rp 400 juta, rumah ini baru saja direnovasi. Enam kamar rencananya buat kost-kostan," ujar Eni. Ia menegaskan tak berminat pindah ke rumah susun.

Menurut dia, itu sebanding dengan harga bangunan rumahnya yang dihancurkan. "Uang yang saya keluarkan buat bikin rumah berapa, terus mau kerja apa di rusun. Lebih baik pindah Tangerang, Banten, yang gubernurnya Rano Karno."  Oleh Ahmad Islamy Jamil c30/antara ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement