Hujan deras mengguyur tempat pemakaman umum Desa Tanjung Kamuning, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, saat gelap malam mulai menyelimuti, Ahad (7/2) lalu. Tak kalah deras juga isak tangis yang hadir di lokasi tersebut.
Raungan kesedihan sedianya sudah terdengar saat sayup-sayup suara sirine ambulans mendekati Kampung Sindangsari pada pukul 19.00 WIB. Semakin dekat ambulans ke rumah duka, semakin kencang juga tangisan.
Yang dimakamkan malam hari itu adalah Jamaludin (7 tahun). Ia korban penculikan yang ditemukan pihak kepolisian sudah tak bernyawa di kamar mandi sebuah rumah di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Sumiati, bibinya, menuturkan, ia sempat mengurus almarhum saat yang bersangkutan masih kecil. Jamaludin semasa kecilnya tinggal di Garut karena neneknya asli warga Garut. Ia juga sempat didaftarkan di sekolah dasar (SD) di Garut. Namun, orang tua kandungnya membawanya pergi ke Depok dan menyekolahkannya di sana.
"Anak itu anak yang baik, lucu, dan tidak pernah menangis seperti anak-anak lain," kata Sumiati kepada Republika, di sela-sela proses pemakaman. Sumiati mengungkapkan, almarhum tidak pernah menangis saat meminta sesuatu. Ketika diberi uang jajan, dia menerimanya tanpa berkeluh kesah.
Zubaedah (49), ibu dari Jamaludin, menuturkan bahwa anaknya yang baru duduk di kelas I SDN Beji 3 Depok juga rajin beribadah. Ia baru saja baru belajar membaca. Setiap pagi, Jamaludin diantar sekolah oleh kakaknya. Karena sekolahnya tidak jauh dari rumah, hanya sekira 500 meter jaraknya, Jamaludin pulang sekolah tidak dijemput.
''Beberapa hari ini Jamaludin sedang senang-senangnya main game dan Playstation di warnet dekat sekolahnya. Dua hari yang lalu, Jamaludin saya lihat sering ketakutan jika melihat seseorang di luar rumah,'' cerita Zubaedah sembari mengusap air mata.
Wali kelas dan guru Jamaludin di SDN Beji 3, Daniati, mengatakan, pada hari Sabtu (6/2), Jamaludin yang berseragam pramuka terlihat masuk sekolah diantar kakaknya tepat pukul 07.00 WIB. Setiap hari Sabtu, pelajaran yang diberikan yakni keterampilan dan bahasa Indonesia. Tidak ada jam istirahat, pulang sekolah pukul 09.00 WIB. Ia masih melihat Jamaludin berjalan menuju gerbang sekolah yang berada di Gang Sukun, RT 08, RW 15, Kelurahan Beji, saat sekolah selesai. Ia tak paham yang terjadi selepas itu.
Menurut pihak kepolisian, saat meninggalkan sekolah itu, Jamaludin diiming-imingi uang jajan oleh seseorang. "(Tersangka) sempat mengiming-imingi uang Rp 2.000 pada korban. Kemarin (Sabtu, 6 Februari 2016) tersangka langsung jemput korban," kata Kapolresta Depok Kombes Dwi Yono. Ia menjelaskan, iming-iming seperti uang, bermain Playstation tersebut merupakan bujuk rayu tersangka yang diketahui bernama Januar Arifin alias Begeng (35 tahun) agar korban bersedia ikut.
Kerabat korban, Harry (36), mengatakan, warga di sekitar tempat tinggal J sempat melihat tersangka beberapa kali berkeliaran di depan sekolah korban, SDN 03 Beji Depok. "Ketika itu ada yang bertanya, mau ngapain si pelaku datang ke sekolah itu. Yang bersangkutan cuma bilang mau beli jajanan," ujar Harry.
Tuti Ningsih, kerabat korban lainnya, menjelaskan, Neneng Nur Hamidah (21) yang merupakan kakak korban sempat mendapat berita kehilangan Jamaludin dari kerabat lain yang mempunyai kios batu akik di sekitar sekolah korban bernama Daus.
Berdasarkan keterangan Daus, Tuti mengatakan, Begeng biasa berada di kios batu akik miliknya sepekan belakangan. Pada hari penculikan, Begeng mengirim SMS kepada Daus bahwa korban bersamanya dan minta pihak keluarga menghubunginya.
Zubaedah yang baru dua tahun bermukim di Beji, Depok mengutarakan, pihak keluarga maupun tetangga serta guru-guru di tidak ada yang mengenal Begeng. ''Saya juga bingung kok pelaku bisa tahu nomor telepon kakaknya Jamaludin untuk memberitahu kalau Jamaludin diculik. Hanya memberitahu lewat telepon dan SMS, tidak minta uang dan sebagainya,'' terangnya.
Neneng Nur Hamidah (21) kemudian melaporkan kasus penculikan adiknya ke aparat Polsek Beji pada Sabtu (6/2), pukul 24.00 WIB. ''Saya sedang dalam perjalanan menuju Garut untuk membesuk orang tua saya yang sedang sakit, lalu dapat kabar dari kakaknya kalau Jamaludin sejak pulang sekolah belum pulang ke rumah dan sudah dicari ke mana-mana tidak ketemu. Saya dapat kabar kalau Jamaludin diculik, saya memutuskan untuk kembali ke Depok,'' tutur Zubaedah.
Pada Sabtu pagi, berdasarkan laporan dan penelusuran, aparat Polresta Depok menuju ke sebuah rumah di Jalan H Albaido, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. ''Tidak sampai 24 jam, kami berhasil mengungkap kasus penculikan anak, namun sayangnya korban ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa,'' ujar Kaporlesta Depok Kombes Dwiyono.
Dwiyono, menuturkan, korban ditemukan masih memakai baju seragam sekolah dalam kondisi terduduk di lantai bersandar di dinding dengan kaki terlonjor ke depan di pojok kamar mandi dengan tangan terkulai lemas dan tubuhnya membiru. Sementara ini, kepolisian masih menyelidiki ada atau tidaknya kekerasan seksual yang dialami korban.
Saat dihadirkan di Mapolresta Depok, tersangka Begeng menyatakan penuturan yang berbelit. "Bukan saya yang culik dan bunuh. Saya hanya dititipin sama orang, dan saya enggak kenal," kata Begeng, di ruang penyidikan Mapolresta Depok.
Begeng mengklaim, pada Sabtu (6/2) lalu, ia dihubungi orang yang tak ia dikenal. Begeng mengatakan, orang tersebut memintanya melakukan sesuatu dan mengancam akan membunuh jika mengabaikan perintah itu. "Kalau saya enggak ngikutin dia ngancam akan bunuh. Dia katanya ngaku tahu di mana saya berada," ujarnya.
Begeng mengatakan, dirinya diminta menemui seseorang di belakang kampus Universitas Indonesia (UI). Kemudian, ia melanjutkan, dirinya membawa Jamaludin ke rumahnya di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Pada tengah malam, Begeng berujar, ada dua orang masuk ke dalam rumahnya. Kedua orang tersebut, ujarnya, langsung menemui korban. Ia mengatakan terpaksa membiarkan kedua orang tersebut masuk rumahnya karena telah mendapat ancaman dari orang yang menurut dia berperawakan tinggi besar. "Saya enggak tahu anak itu diapain di kamar saya," kata dia.
Bagaimanapun, pihak keluarga berharap sang penculik segera diproses dan dihukum dengan hukuman yang setimpal. "Masalah hukuman bagi si pelaku penculikan minta secepatnya diproses secepat mungkin," kata Kepala Desa Tanjung Kamuning yang juga kerabat dekat orang tua korban, Nuroni Saefuloh, kepada Republika.
Nuroni mengatakan, anak-anak dilindungi oleh negara. Maka pelaku penculikan pun harus menjalani proses hukum dan mendapatkan hukuman yang setimpal karena telah merenggut nyawa seorang anak yang dilindungi negara. Terkait akan dihukum seperti apa, ia menyerahkan semuanya kepada aparat penegak hukum. Namun, ia berharap hukuman bagi pelaku secepatnya dilaksanakan. oleh Fuji EP Rusdy Nurdiansyah/Ahmad Islamy Jamil/Umi Nur Fadhilah ed: Fitriyan Zamzami