Jumat 22 Jan 2016 14:00 WIB

Grup Konseling LGBT Muncul di Kampus UI

Red:

DEPOK - Sebuah poster yang menawarkan layanan konseling terhadap kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) beredar di dunia maya dua hari terakhir. Layanan tersebut, seperti dicantumkan dalam poster, dikelola oleh Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC) University of Indonesia.

''Konseling Bagi Teman-Teman yang Butuh Bercerita'' tertera pada poster yang dimuat di akun Twitter SGRC. Testimoni dua mahasiswa dan dua alumni UI beserta foto mereka terpampang. Melalui konseling, mereka merasa terbantu untuk mengakui perbedaan orientasi seksual.

Kaum LGBT yang ingin berbagi cerita bisa melayangkan ceritanya melalui surat elektronik [email protected]. Dalam laman resminya, melela.org, kelompok ini menyatakan Melela merupakan wadah bagi insan LGBT untuk bercerita.

Laman ini menjelaskan, kata melela sempat digunakan Pramoedya Ananta Toer dalam novel berjudul Bukan Pasarmalam. Melela berarti menunjukkan diri dengan cara yang elok. Ini bisa dipadankan dengan coming out, saat LGBT membuka diri pada lingkungannya.

Di laman itu juga muncul pernyataan Managing Director Putra Sampoerna Foundation Nenny Soemawinata yang menegaskan sikap toleransi dan saling menghormati sebagai budaya perusahaannya.''Terdapat beberapa karyawan kami LGBT dengan prestasi kerja yang bisa cukup dibanggakan.''

Sementara itu, Rektorat UI langsung bereaksi menentang keberadaan kelompok SGRC. Rektorat menyatakan tidak pernah memberi izin pada gerakan tersebut. Bahkan, mereka mengungkapkan tidak mengetahui adanya kelompok pendukung LGBT itu.

"Dalam menyelenggarakan kegiatannya, SGRC tidak pernah mengajukan izin kepada pimpinan fakultas maupun UI atau pihak berwenang lainnya di dalam kampus UI," ujar Kepala Humas dan KIP UI Rifelly Dewi Astuti dalam penjelasannya, Kamis (21/1).

Dewi mengatakan, UI tidak bertanggung jawab atas segala kegiatan yang dilakukan SGRC. Ia beralasan, SGRC tidak memiliki izin resmi sebagai pusat studi, unit kegiatan mahasiswa, dan organisasi kemahasiswaan. ''Karena itu, kami menegaskan SGRC tidak berhak menggunakan nama dan logo UI pada segala bentuk aktivitasnya,'' kata Dewi. Pernyataan resmi ini sontak menyulut perdebatan di sosial media, terutama Twitter.

Kelompok pendukung LGBT melontarkan kritik kepada UI melalui Twitter SGRC. ''Sudah ada sejak 2014, baru dilarang 2016.''

Terkait keberadaan SGRC, Nico Adityo (22 tahun), mahasiswa FISIP UI, mengungkapkan, komunitas LGBT di UI memang ada, termasuk di fakultasnya. Ini terindikasi dari gaya bicara, bahasa tubuh, dan unggahan di media sosial. ''Walaupun dia enggak ngaku langsung, tapi kelihatan dari gayanya dia. Malahan dia pernah nanya soal cowok ganteng gitu di kelas,'' kata Nico kepada Republika.

Sebelumnya, ia sempat mendengar adanya komunitas ini dari seniornya. Namun, selama ini aksi LGBT tak terbuka dan frontal. ''Sebenarnya komunitasnya juga sudah ada, tapi sembunyi-sembunyi dan mereka punya kode-kode sendiri,'' katanya.

Namun, menurut mahasiswa jurusan administrasi negara ini, orientasi seksual merupakan urusan masing-masing individu. ''Namun, jadi berbeda kalau dia udah mulai nyoba goda-godain terus maksa-maksa,'' katanya.

Farhan Daelami, mahasiswa ilmu politik FISIP UI, juga tak menampik ada mahasiswa UI yang masuk kelompok LGBT. Ia menganggap itu adalah hak individu masing-masing. Namun, ia pun tak ingin fenomena ini menjadi masif. Farhan berharap ada usaha untuk mencegah meluasnya LGBT, misalnya dilakukan oleh lembaga dakwah kampus. Perlu ada juga diskusi objektif soal sikap terhadap LGBT.

Dirjen Pembelajaran dan Mahasiswa Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Intan Ahmad menyayangkan munculnya komunitas LGBT di kalangan mahasiswa. Menurut dia, tindakan tersebut jelas bukan bagian dari kebudayaan Indonesia.

Kementerian, kata dia, berencana membicarakannya dengan para wakil rektor bidang kemahasiswaan. Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi gerakan atau komunitas mahasiswa yang tidak tepat dilakukan di Indonesia ini ke depannya. rep: Reja Irfa Widodo,Wilda Fizriyani, c21, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement