Jumat 08 Jan 2016 13:00 WIB

Para Ibu yang Terbelit Kasus Pencurian

Red:

"Suami saya pengangguran. Anak saya perlu susu. Saya enggak punya uang untuk beli susu."

Pada akhir Desember tahun lalu, sesosok perempuan muda tak dikenal terlihat di Babakan Sirna, Kelurahan Tegalega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Kendati terlihat asing, warga saat itu belum menaruh curiga kendati beberapa kali memergoki seorang perempuan muda keluar-masuk sejumlah kamar kos di wilayah tersebut.

Penampilan sang perempuan muda yang mengenakan kerudung tampaknya punya peran membuat warga terkecoh. Belakangan, sejak kehadiran perempuan itu, satu per satu kejadian aneh terjadi.

Ira Rahmawati (29 tahun), pengurus RT di Babakan Sirna, menuturkan, tak lama selepas perempuan muda itu tampak, penghuni beberapa kamar kost di wilayah itu secara bersamaan kehilangan kunci-kunci kamar. Kejadian itu juga berbarengan dengan penampakan sejumlah perempuan-perempuan asing yang seluruhnya terlihat santun di daerah itu.

Semuanya jadi terang benderang pada 22 Desember 2015. Bertepatan dengan peringatan Hari Ibu, perempuan muda tersebut tertangkap tangan mencuri laptop, ponsel, dan uang dari salah satu kamar kost. "Dugaan saya dan warga, beberapa ibu asing yang sebelumnya berseliweran tugasnya mengambil kunci-kunci lalu setelah beberapa waktu baru satu orang beraksi," kata Ira kepada Republika, kemarin.

Ia menyayangkan aksi kriminal yang dilakukan oleh perempuan tersebut. Terlebih saat ia mengetahui bahwa yang bersangkutan juga seorang ibu. Ira berkata, aksi itu mempermalukan citra para ibu. Ibu muda yang tertangkap tersebut kemudian digelandang ke kepolisian dan diketahui bernama MH.

MH mengaku usianya 30 tahun. Sang perempuan mengaku mencuri karena butuh uang untuk membiayai keluarga. Ia mencuri laptop, ponsel, dan celengan berisi uang sebesar Rp 863 ribu milik salah satu penghuni kost di Babakan Sirna bernama Chelia Chairunnisa (20 tahun).

MH memiliki dua orang anak yang berusia delapan tahun dan empat tahun. Suaminya kini tak bekerja sehingga ia kerap kebingungan bagaimana bisa menghidupi anaknya. "Saya terpaksa. Butuh uang untuk biaya keluarga sehari-hari," kata MH sebelum dibawa ke ruang tahanan, Selasa (22/12) silam. Sudah empat kali MH melakoni pekerjaan tak terpuji itu. Ia khusus mengincar rumah kost mahasiswi untuk mencuri laptop dan menjualnya ke pihak lain.

Kasus di Kota Bogor tersebut bukan satu-satunya. Belakangan, kasus kriminal yang melibatkan perempuan-perempuan dari berbagai rentang usia mengemuka di beberapa lokasi di Jabodetabek. Di Kabupaten Bekasi, dua orang kakak beradik, SU (35 tahun) dan SK (31 tahun), tertangkap tangan mencuri di sebuah rumah kosong di Perumahan Cluster Aralia, Harapan Indah, Desa Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya pada Rabu (6/1) pagi. Aksi kedua pelaku terekam kamera pengintai (CCTV) rumah yang terkoneksi ke ponsel pemilik rumah.

"Petugas menemukan sebuah obeng yang digunakan untuk mencongkel pintu di kantong celana pelaku," kata Kapolsek Tarumajaya Ajun Komisaris James Silitonga. James menjelaskan, pencurian ini bermula saat pemilik rumah bernama Andi Wiliam Wongso (30 tahun) meninggalkan rumah untuk pergi bekerja.

Kemudian kedua pelaku yang sudah mengincar rumah korban mendatangi rumah kosong tersebut dengan menggunakan sepeda motor. "Tersangka SU masuk melalui jendela, sedangkan tersangka SK menunggu di luar rumah untuk memantau situasi," kata James.

Kedua tersangka, lanjut James, membawa kabur satu dompet warna hitam, satu dompet warna ungu, satu tas warna ungu, satu unit ponsel , uang tunai Rp 300 ribu, tiga lembar uang tunai pecahan dolar Singapura senilai lima dolar, dan satu lembar uang tunai pecahan dolar Singapura senilai 10 dolar.

Kanit Reserse Kriminal Polsek Tarumajaya Inspektur Satu Jefri mengatakan, SU merupakan ibu dari tiga orang anak. Kepada petugas polisi, ia mengaku nekat mencuri karena faktor ekonomi. SU mengatakan terpaksa mencuri karena tidak memiliki uang untuk keperluan berobat anak pertamanya. Penghasilan suaminya yang bekerja sebagai kuli bangunan diakuinya tidak cukup. "Lalu dia mengajak adiknya, SK, untuk mencuri. SK mau karena kasihan dengan keponakannya," kata Jefri.

Selain mencuri rumah kosong, kata Jefri, setahun lalu SU pernah hampir terjerat kasus pencurian telepon genggam. Saat itu, salah seorang tetangga SU menuduh SU mencuri ponsel miliknya. Namun, yang bersangkutan berdalih ponsel tersebut adalah miliknya yang dibeli dari toko ponsel di sekitar Tarumajaya.

Yati (35 tahun), salah seorang ibu rumah tangga di Tambun, Kabupaten Bekasi, mengaku resah dengan adanya kejadian pencurian oleh wanita ini. "Jarang ada orang curiga ibu-ibu bisa mencuri. Kalau lengah, bisa benar-benar kecurian," kata dia.

Sementara, di Kota Depok, tiga perempuan diamuk massa setelah ketahuan mengutil baju anak di Pasar Depok Jaya, Pancoran Mas, Selasa (5/1/). Ketiga wanita tersebut menangis mengaduh-aduh merasakan perih di wajah yang lebam akibat jotosan massa yang kesal.

Ketiga perempuan itu diketahui berinisial Dl (51 tahun), WT (45), dan LI (25). Ketiganya dibawa ke Polsek Pancoran Mas. Dua kantong plastik pakaian anak yang mereka curi dari toko disita sebagai barang bukti.

Dalam pemeriksaan terungkap empat orang yang tinggal bertetangga di Tanjung Priok, Jakarta Utara, datang ke pasar sekitar pukul 09.30 WIB. Mereka menargetkan toko di Blok O milik Dul yang dianggap tak terlalu banyak penjaganya.

Berbagi tugas, mereka tak masuk toko berbarengan. Berlagak berbelanja, dua wanita sibuk mencocokkan pakaian ke badannya. Kepada penjaga yang mendekat, mereka menanyakan harga dan menawar.

Saat bersamaan, dua lainnya bergerak cepat memasukkan barang ke tas plastik besar yang dibawanya. Tumpukan celana jins untuk anak, kaos, dan pakaian anak cepat dimasukkan dalam tas. Kepada polisi, Li mengaku harus mencuri karena suaminya pengangguran, sedangkan puterinya (3 tahun) butuh susu. "Anak saya perlu susu, saya enggak punya uang untuk beli susu," kata Li. n c34/c37/rusdy nurdiansyah ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement