Rabu 25 Nov 2015 14:00 WIB

Menjadi Selebritas di Dunia Maya

Red:

Teknologi digital berkembang pesat dan masif, bahkan mulai dirancang agar bisa mendekati kecerdasan manusia. Ruang kreasi pun kini terbuka lebar dengan jangkauan interaksi mendunia. Terkait hal ini, Google menggelar ajang Magic in the Machine Learning, di Tokyo, Jepang, 9-11 November lalu. Berikut laporan terakhir wartawan Republika, Agung Sasongko, yang mengikuti acara tersebut.

***

Televisi tak lagi menjadi satu medium untuk dikenal banyak orang. Jejaring video, seperti Youtube dan Youtube Space, menjadi alternatif. Kualitasnya pun tak kalah. Efeknya justru lebih masif karena ditopang dunia maya.

Head of Youtube Space Tokyo Dorian Stone mengatakan, sejak diperkenalkan pada 2012, Youtube Space sudah dilihat 100 ribu kali dengan lebih 11 ribu karya video dan 800 acara. "Antusiasme pengunjung dunia maya sangat bagus," kata Dorian Stone saat jeda kunjungan Youtube Space Jepang, Tokyo, belum lama ini.

Menurut Stone, video internet telah menjadi medium yang diburu untuk berbagai alasan. Ada yang ingin menjadi terkenal. Ada yang ingin memberi tahu tentang sesuatu semacam edukasi. Ada pula yang hanya sekadar narsis. "Tergantung tujuannya," kata Stone.

Stone yang bertugas berkolaborasi dengan kreator Youtube se-Asia mengatakan, konsistensi merupakan satu kunci rahasia sukses di dunia maya, seperti halnya mekanisme penyiaran standar ada jadwal dan durasi tayangan. Youtube Space juga demikian. Bedanya, jadwal dan durasi tayangan dibuat oleh kreatornya. "Anda tahu, jadwal reguler meningkatkan secara dramatis jumlah penonton yang Anda dapatkan," kata Stone.

Misalnya, Anda punya konten yang ingin ditayangkan setiap Jumat. Konten tersebut harus terulang pada hari dan jam yang sama. Apabila konten tersebut menarik dan populer di kalangan pengunjung, ketika terjadi keterlambatan unggah atau tidak konsisten menepati jadwal yang ada, secara perlahan audiens akan meninggalkan kreativitas yang Anda buat.

Selanjutnya, kata dia, menentukan format kreasi menjadi kunci. Maksudnya, sebagai kreator layaknya produser dalam program televisi, Anda bisa menentukan format acara yang ingin Anda buat. Kuncinya, proses kreatif ini jangan terlalu sering berubah.

Setelah format terbentuk, akan lahir karakter dan tema yang akan ditonjolkan. "Ini merupakan nuansa seperti apa yang Anda miliki di konten itu. Apakah fokus ke hiburan dan budaya pop, Anda harus memberinya nuansa," kata Stone.

Menurutnya, salah satu kelebihan dari jejaring video dunia maya, seperti Youtube dan Youtube Space, adalah kemampuan berinteraksi secara langsung dengan audiens. Potensi ini perlu dimanfaatkan karena akan membantu Anda untuk eksis di dunia maya.

Melalui interaksi ini, akan muncul ide menarik. Memang, ada kritik, tapi juga banyak saran. Karena itu, interaksi ini akan ditentukan bagaimana kreator menampilkan konten dalam 15 detik pertama. "Anda sudah harus bisa menjerat hati pemirsa agar tak pindah ke lain channel!" kata dia.

Stone mengaku, banyaknya kreator membuat kompetisi antarkonten semakin berat. Menyajikan konten bermutu belumlah cukup. Sebab, tugas seorang kreator menjadi marketing dalam artian bagaimana Anda secara spontan membuat pengunjung dunia maya menyebarkan konten yang dibuat. "Salah satu tekniknya adalah bagaimana membuat penonton yang menggulirkan video Anda agar menjadi viral video," katanya.

Di dunia maya, salah satu indikator "isu" yang ramai dibicarakan bisa diketahui dengan adanya trending topic. Komentar buruk dan makian tak berujung ada di sini. Positifnya, keberadaan trending topic memudahkan kreator membuat konten.

"Kita bisa membuat konten yang sedang ramai dibicarakan atau sedang menjadi trending topic, seperti memanfaatkan Google Trends atau Twitter Trends untuk mencari tahu," kata Stone.

Di luar itu, kata dia, ada konten menarik yang bernilai rutinitas, seperti tips. Prinsipnya, buatlah tema tertentu, bernilai, dan terkait. Misalnya, bagaimana cara mengikat dasi atau semacamnya. Contoh lain, buat 10 hal yang membuat warga New York marah. "Ingat, tujuan utama mengunggah video agar tersebar dan menjadi viral di internet," kata dia.

Siap di-bully

Menjadi seleb YouTube Space bukanlah hal mudah. Butuh kerja keras, kreatif, dan siap di-bully. Sepadankah?

Republika sempat bertanya hal tersebut saat berkunjung ke Markas Youtube Space Jepang, di Mori Building, Tokyo, Selasa (10/11). Spontan, Head of Youtube Space Asia-Pasifik Kevin Mcdonald mengatakan, "Ya."

Menurut Kevin, sejak diperkenalkan pada 2012, respons audiens terhadap Youtube Space begitu signifikan. Seiring perkembangannya, lahir beragam kreator dengan karya yang banyak ditunggu.

Ketika menyambangi Youtube Space, Republika sempat bertemu pemilik akun Kumamiki Craft. Kumaiki adalah salah satu kreator dengan total pelanggan fantastis, yakni 220 ribu penonton.

Dengan bekal banyak pelanggan, Kumamiki berhak menggunakan studio 1 untuk eksekusi proses kreatifnya. Yang menarik, meski Youtube menyiapkan beragam alat, seperti alat rekam, editing, dan lainnya, Kumamaki memilih untuk men-set up sendiri produk kreatifnya.

Menurut Kevin, beragam fasilitas di Youtube Space, seperti tiga unit studio, ruang make up, berikut dengan ruang kontrol, dan ruang editing dapat digunakan para kreator yang mampu menembus lebih dari 5.000 pelanggan. "Semua gratis. Secara berjenjang dengan jumlah capaian pelanggan di atas 5.000. Khusus 400 ribu pelanggan, dapat memperoleh akses bebas ke fasilitas yang kami siapkan," kata Kevin.

Saat ini, Youtube Space memiliki fasilitas serupa di Los Angeles, London, New York, Paris, Sao Paolo, Berlin. "Tahun depan, Mumbai," kata Kevin. n ed: nur hasan murtiaji

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement