Senin 19 Oct 2015 13:00 WIB

Pesan Damai di Tengah Siaga Satu

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Pesan Damai di Tengah Siaga Satu

Kami sudah lelah terus bermusuhan. Kalau damai, kami bisa nonton di Jakarta dengan aman, the Jakmania juga bisa nonton di Bandung dengan aman.

Ibu Kota DKI Jakarta boleh jadi siaga satu. Tetapi kegembiraan sepak bola tetap terlihat di wajah belasan ribu pendukung yang menyerbu kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Ahad (18/10). Di tengah kawalan ribuan aparat polisi dan tentara, Bobotoh Persib Bandung (julukan pendukung Persib), Sriwijaya FC, pedagang dadakan, dan warga yang doyan sepak bola menyuarakan pesan perdamaian. 

Sebagian dari pendukung yang datang dari jauh bahkan menginap di sekitar Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sekadar ingin menyaksikan sepak bola, barang yang jadi langka selepas konflik antara Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mencuat.

Tak hanya dari wilayah Bandung, Bobotoh juga datang dari Tasikmalaya hingga Pangandaran. Mulai dari anak-anak sampai pria berumur tanpa rasa takut menggunakan kaos biru, yang selama ini tabu di Ibu Kota. 

GBK serupa Si Jalak Harupat, stadion kandang Persib Bandung, minus yel-yel yang menjelekkan Persija Jakarta. "Kami sudah lelah terus bermusuhan. Kalau damai, kami juga bisa nonton di Jakarta dengan aman. Mereka (the Jakmania) juga bisa nonton di Bandung dengan aman,"  tutur Wawan Gunawan, Bobotoh asal Cimahi, saat ditemui di pintu 1 SUGBK, Ahad (18/10).

Hal yang sama juga diharapkan sebagian the Jakmania. Sebagian terlihat menggunakan seragam Macan Kemayoran tetapi tak ikut membuat onar. Mereka juga menyambut Bobotoh dengan membentangkan spanduk bertuliskan, "Selamat Datang Bobotoh, #SavePersija, Bersatu Itu Seru."

Salah satu anggota the Jakmania, Rifal, mengatakan, kedatangannya memang sengaja untuk menyambut Bobotoh. Pria asal Jembatan Lima, Jakarta Barat, itu merasa tak takut sama sekali dengan banyaknya ribuan suporter Persib tersebut. 

Rifal juga berterima kasih atas pengertian Bobotoh yang tetap menjaga sikapnya selama final Piala Presiden. "Kami datang untuk menyambut, bukan menyambit. Saya datang dengan niat baik, jadi tidak takut," kata pria berusia 18 tahun itu.

Pesan serupa datang dari pihak berkaus kuning. Salah seorang pendukung Sriwijaya FC, Rizal Afrizal (24), juga berharap perdamaian berjaya. Menurut dia, Sriwijaya FC tidak pernah bermasalah dengan suporter manapun. "Kalau nonton aman kan enak, jadi tenang," kata dia. 

Dia berangkat menggunakan motor dengan kekasihnya dari Pademangan, Jakarta Utara, sebab telah tinggal lama di Jakarta. Karena berasal dari Pipalega, Kemuning, Palembang, Rizal tetap setia dengan klub kesayangannya, Sriwijaya FC. 

Perdamaian juga dianggap penting buat mereka yang mencoba meraup untung dari perhelatan sepak bola kemarin. Di salah satu pintu masuk gate IV, seorang penjual pernak-pernik sepak bola, Dede Ridwan (53), asal Jakarta meminta keributan antarsuporter disudahi. 

Ia menuturkan, pertandingan yang panas sejatinya menguntungkan buat penjual atribut seperti dirinya. Pembeli yang meningkat fanatismenya tentu lebih ramai membeli atribut. Kendati demikian, keuntungan bisa berbalik jika kemudian kericuhan terjadi.

Rizky (30 tahun) juga menuturkan bahwa kericuhan berpengaruh untuk keuntungannya. Pada pertandingan kemarin misalnya, ia hanya membawa tiga karung yang berisi syal, kaus, dan bendera. 'Bawanya mah tidak banyak, takut wanti-wanti kalau ada kerusuhan," ujar Rizky saat ditemui Republika di pintu VI GBK.

Sementara, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama menginginkan kecintaan suporter terhadap klub mereka diwujudkan dalam upaya meraih prestasi. "Seharusnya malu. Lihat tuh Persib, naik mobil aja iri. Jakarta apa yang dibanggakan? Nimpuk orang doang. Kami (Pemprov DKI) harus keras, tapi keras disertai sayang. Namanya juga anak sendiri. Tapi, bukan berarti tidak kami pecut," kata dia menegaskan. 

Menjelang pertandingan kemarin, bendera-bendera Persib dan Sriwijaya FC sebagian dibentangkan di tanah. Sejumlah suporter menjadikan atribut mereka sebagai sajadah dan bergantian melaksanakan shalat Ashar. 

Umar Setiawan, Bobotoh asal Kota Kembang, salah satu yang mengambil jeda sejenak untuk menunaikan kewajibannya sebagai Muslim. Dalam doanya, ia selipkan harap untuk perdamaian antara Bobotoh dan the Jakmania.

Ia mengaku memiliki seorang saudara penggemar Persija Jakarta. Baginya, permusuhan antarsuporter tak menyisakan banyak hal kecuali luka mendalam dan kerugian. n c21/reja irfa widodo/c33 ed: fitriyan zamzami 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement