Kamis 27 Aug 2015 14:00 WIB

Menkeu: Negara tidak Boleh Kolaps

Red:

JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan pemerintah terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan iklim usaha agar investasi tetap mengalir masuk. Menkeu menekankan pemerintah tidak menganggap gejolak yang terjadi di Bursa Efek Indonesia dan nilai tukar sebagai krisis. Pergerakan nilai tukar rupiah yang sudah menembus Rp 14 ribu per dolar AS, diklaim terkendali dengan baik di tangan pemerintah dan Bank Indonesia.

"Kita akan terus menjaga (rupiah). Tidak boleh negara kolaps," kata Menkeu, Rabu (26/8). Sepanjang Rabu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah. Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah ditutup di level Rp 14.133 per dolar AS pada Rabu, melemah 0,56 persen atau 79 poin dari penutupan Selasa (25/8) di level Rp 14.054 per dolar AS.

Sedangkan, menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah di level Rp 14.102 pada Rabu atau melemah 35 poin dibandingkan Selasa di level Rp 14.067 per dolar AS. Kurs tengah Bank Indonesia pun sudah memperlihatkan rupiah di level Rp 14.102 per dolar AS.

Kemarin, indeks gabungan BEI juga menguat tipis hanya 0,22 persen pada penjualan hari ini. Pergerakan IHSG, Rabu (26/8), meningkat 9,23 poin ke level 4.237,73. Sementara, bursa-bursa saham dunia kembali bergairah pascaserangan Senin kelabu akibat runtuhnya bursa Cina.

Bambang kembali mengatakan, RI punya pengalaman mampu melampaui krisis ekonomi 1998 dan 2008. Situasi saat ini berbeda karena fundamental ekonomi RI, kata Menkeu, lebih baik. Ini tecermin dari pertumbuhan ekonomi yang masih di atas empat persen lebih baik dari negara lain, inflasi tahunan rendah, dan defisit anggaran turun. Menkeu membahasakan situasi saat ini sebagai masa yang sulit dan ia optimistis Indonesia bisa melewati situasi sulit ini.

Menkeu juga menjelaskan, pemerintah sudah melakukan intervensi ke pasar Surat Berharga Negara (SBN). Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo memerinci, bank sentral sudah menyerap Rp 3 triliun SBN dari tangan asing. Dari catatan BI, sejak Senin, asing sudah melepas SBN RI sebesar Rp 4 triliun. "Kita juga intervensi di pasar valuta asing," kata Perry.

Bagaimana situasi rupiah ke depan? Perry mengatakan, bila bank sentral AS (The Federal Reserves) benar menaikkan tingkat bunga, dolar AS akan semakin perkasa. Dampaknya ekonomi negara berkembang akan makin tertekan. Keputusan tingkat bunga itu baru akan ditentukan pada pertengahan September.

Kemarin sore, pimpinan DPR bertemu dengan Gubernur BI Agus Martowardojo membahas kondisi ekonomi terkini. Seusai pertemuan Agus mengatakan, bank sentral mengimbau agar eksportir dan pengusaha melepas dolar AS yang mereka pegang. Ini agar pasokan dolar AS tetap berada di dalam negeri dan tidak keluar. Saat ini, lanjut Agus, dolar AS dibutuhkan untuk impor. Agus juga meminta semua pihak memiliki komitmen nasional untuk menghadapi situasi ini.

BI, sambung Agus, memahami saat ini ada kekhawatiran di dunia usaha terkait utang swasta yang dalam bentuk dolar AS. Kekhawatiran ini sempat menjadi sorotan tersendiri di Reuters pada Rabu. Dalam artikelnya disebutkan pengusaha RI dan Malaysia kini menghadapi lonjakan nilai utang luar negeri dalam bentuk dolar AS.

Dari 100 perusahaan besar di Asia Tenggara, yang dikaji oleh lembaga Standar & Poor's, sebanyak 40 persen di antaranya nilai utangnya sudah membengkak. Satu bankir bank asing di Singapura mengatakan perusahaan-perusahaan itu akan segera menerbitkan sahamnya kembali dengan harga yang murah dan merestrukturisasi utangnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia Agung Pambudi meminta pemerintah mencari solusi jangka pendek yang tepat untuk mengatasi perkasanya dolar AS. Menurut Agung, ada dua hal yang bisa dilakukan pemerintah dan BI. Pertama, menjaga tingkat bunga agar tetap menarik bagi pengusaha. Kedua, menjaga kepemimpinan nasional. "Dalam kondisi rentan begini, pemerintah harus kompak. Karena kalau tidak, akan jadi sinyal negatif," kata Agung. n m nursyamsyi/iit septyaningsih/rizki jaramaya ed: stevy maradona

KUTIPAN

Rupiah menurut saya sudah agak berlebihan (pelemahannya). Mestinya harus ada koreksi dari pasar sendiri dalam waktu dekat.

Darmin Nasution

Menko Perekonomian

Indonesia di ambang krisis. Makanya, pemerintah jangan tenang-tenang saja.

Agus Hermanto

Wakil Ketua DPR (Fraksi Demokrat)

Yang utama adalah menjaga permintaan (konsumsi) dalam negeri. Salurkan Bantuan Langsung Tunai tepat waktu dan kendalikan harga pangan.

Purbaya Yudhi Sadewa

Deputi III Staf Kantor Kepresidenan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement