Rabu 12 Aug 2015 15:00 WIB

Ratusan Siswa di Depok Telantar

Red:

Remaja berseragam putih abu-abu itu pulang dengan wajah lusuh. Rautnya menampakkan campur aduk rasa kesal dan kecewa. Senyum anak laki-laki ini terlihat berat. Namun, hal itu bukan karena tugas menumpuk atau materi pelajaran membebaninya, melainkan ketidakjelasan sistem sekolah.

"Besok libur, Mah," kata dia kepada ibunya yang hangat menyambut. Saat semua murid baru sekolah menengah atas (SMA) duduk di bangku kelas, ia malah masih memperpanjang masa liburan. Entah kapan harus aktif kembali belajar, ia hanya menggelengkan kepala. Padahal, buku-buku baru di meja kamar sudah bersampul dan memiliki nama.

Orang tua murid dari anak tersebut, RN (nama disamarkan), merasa sedih dengan nasib putranya. Padahal, jadwal dari sekolah sudah jelas. Mulai Senin (10/8) kemarin, akan ada psikotes. Berikutnya, Selasa hingga Sabtu, tes berbagai pelajaran untuk menentukan pilihan akademik siswa, IPA atau IPS. "Psikotes kemarin yang rencananya dari pagi, kata anak saya, malah mulai jam 1 siang," ujar RN menceritakan kembali kekesalan anaknya.

Tahun ajaran 2015-2018 ini, RN menyekolahkan anaknya di SMA Negeri 3 Depok. Dengan biaya masuk sebesar Rp 9 juta, putranya ini tercatat sebagai siswa jalur khusus. Nilai ujian akhir pas-pasan, di angka tiga puluh koma sekian. Itulah mengapa nominal biaya pendidikan membengkak. "Ada janji, katanya 98 persen pasti masuk di SMAN 3," katanya menambahkan.

Namun, sebagian orang tua yang telah membayar banyak itu justru tak mendapat prioritas. Kini, putra RN dengan 400 siswa lainnya menjadi siswa kelas jauh (filial), tetapi tepatnya murid buangan. Mereka rencananya ditempatkan ke bangunan SD Pemuda Bangsa Depok.

RN mengatakan, semua bermula sejak Kamis (6/8) lalu. Perwakilan Dinas Pendidikan Kota Depok, entah siapa namanya, ia tak tahu, mengumpulkan orang tua murid siswa filian di SD tersebut. Mereka awalnya mengarahkan ratusan murid ini menjadi siswa SMA Negeri 14.

"Kami menolak. Semua orang berteriak protes. Bagaimana dengan biaya masuk yang telah kami bayarkan untuk masuk ke SMA tujuan," kata RN. Perdebatan tersebut tak berujung pada titik temu. Akhirnya, mereka mengimbau agar para wali murid ini kembali datang ke SD yang jaraknya hanya 500 meter dari SMAN 3 itu pada Sabtu (8/8). Kali ini, giliran Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 3 Zarni Fatma angkat bicara soal siswa filial.

Pertemuan pada hari itu, kata RN, kepsek memberikan angin segar kepada siswa dan orang tua murid. Mereka semua akan dianggap sebagai bagian dari siswa SMAN 3 Depok. Semua atribut dan keperluan sekolah merupakan fasilitas dari sekolah di Jalan Raden Saleh, Depok, itu. "Tapi, belajarnya bukan di SMA 3, tapi di SD Pemuda Bangsa," ungkap dia.

Menurut RN, Zarni mulai merunut jadwal untuk para siswa kelas jauh ini. Mulai Senin hingga Sabtu, mereka akan menjalani berbagai proses seleksi menentukan penempatan jurusan, seperti IPA atau IPS. Namun, saat pelaksanaan tes itu berlangsung, justru banyak terjadi ketidaksiapan.

Pantauan Republika pada Selasa (11/8), tidak ada aktivitas terkait siswa filial di SD Pemuda Bangsa. Puluhan kelas di sana terlihat kosong, hanya beberapa orang tua murid yang hendak menjemput anaknya yang masih usia SD. Tak terlihat segerombolan siswa berseragam putih abu-abu.

Terkait hadirnya murid kelas menengah atas di sekolah itu, sejumlah guru di sana juga enggan memberi tanggapan. Pun, kepala sekolah SD Pemuda Bangsa masih belum bisa dikonfirmasi. Hanya saja, seorang staf TU menyatakan, ada penolakan dari orang tua murid TK dan SD Pemuda Bangsa. "Rencananya memang mau jadi kelas jauh SMA 3, namun ada protes dari orang tua murid SD," ungkap staf bagian TU itu yang tak mau menyebut namanya.

Sejauh ini, belum ada kepastian kapan para siswa itu akan mulai mengikuti KBM di SMAN 3 Filial Depok. ''Tidak tahu kapan mulai belajarnya,'' kata Wakil Kepala Kesiswaan SMAN 3 Depok, Sahid Yunianto.

Menurut Sahid, sampai saat ini proses belajar mengajar di SMAN 3 Filial Depok masih dikelola langsung Dinas Pendidikan (Disdik) Pemkot Depok. ''Belum ada petunjuk para guru SMAN 3 juga mengajar di SMAN 3 Filial. Sampai saat ini belum dilibatkan,'' ujar Sahid menerangkan.

Diutarakan Sahid, di SMAN 3 Depok, para siswa baru sudah mengikuti proses KBM sejak 27 Juli 2015. Awal masuk para siswa baru mengikuti acara halal bihalal dan hari berikutnya mengikuti acara masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).

Menurut dia, tahun ini SMA 3 menerima 324 siswa baru yang dibagi dalam sembilan kelas. Setiap kelas rata-rata diisi 36 siswa. Sahid mengungkapkan, siswa-siswa baru yang diterima dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) dan kebijakan Disdik Pemkot Depok, yakni Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online 2015 melalui jalur siswa berprestasi, siswa miskin, siswa lintas zona, luar zona, dan pendaftaran ulang siswa serta kebijakan maksimalisasi bangku kosong.

''Kami tidak menerima siswa titipan, semua siswa yang masuk sudah sesuai dengan juknis dan kebijakan Disdik. Semuanya transparan dan sepengetahuan pihak Disdik,'' ujar Sahid.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Hery Pansila Prabowo mengatakan, ada tiga pembagian zona untuk kelas jauh ini. Zona timur untuk siswa yang tak tertampung di SMA 7, SMA 4, dan SMA 13. Mereka mendapat jatah kelas di SMPN 11 Tapos.

Zona tengah untuk siswa tampungan SMA 2, SMA 3, dan SMA 8. Mereka diarahkan menempati kelas SD Pemuda Bangsa. Lalu, zona barat, yakni SMA 5, SMA 6, SMA 9, dan SMA 10. Mereka mendapat kelas di SMPN Negeri 11, Beji. Mereka menempati bangunan lain hanya untuk satu tahun pertama sampai ada gedung atau sekolah baru untuk mereka di setiap zona tersebut. n ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement