Rabu 12 Aug 2015 15:00 WIB

Kami ingin Kembalikan Citra PKS di Masyarakat

Red:

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memasuki babak baru dengan terpilihnya struktur kepemimpinan anyar pada Senin (10/8). Apa yang akan pengurus baru akan lakukan untuk membesarkan kembali partai dakwah ini menjadi sorotan. Apalagi PKS beberapa kali dihantam kasus suap dan dugaan korupsi. Berikut wawancara wartawan Republika Agus Raharjo dengan Mohammad Sohibul Iman, Presiden PKS masa khidmat 2015-2020.

Apa visi misi yang akan dibangun PKS ke depannya?

Saat ini kami masih menyiapkan software dan perangkat untuk melaksanakan Musyawarah Nasional Oktober nanti. Setelah software atau sistem yang kami buat ini selesai, baru saya dapat mengatakan apa yang ingin dibangun PKS ke depannya. Visi dan misi akan kami sampaikan setelah munas nanti.

Apa tantangan PKS ke depan yang paling besar menurut Anda?

Sebagai partai dakwah yang berbasis kader, sejak awal PKS terus melakukan upaya agar prinsip partai dakwah dapat diaktualisasi. Menurut saya, ini tantangan terbesar bagi kepemimpinan yang baru ini, yaitu bagaimana PKS dapat mengaktualisasi partai dakwah ini dalam konsep Islami. PKS harus dapat berimprovisasi dan berinovasi agar nilai-nilai Islam dapat diterima oleh masyarakat Indonesia, terlebih dalam kondisi masyarakat Indonesia saat ini.

PKS tidak dapat bekerja sendirian. Kami akan menjalin kerja sama dengan seluruh pihak, baik dengan pemerintah, parpol lain, maupun elemen lain di dalam negeri atau di luar negeri. PKS sejatinya memiliki cita-cita menjadi partai dakwah yang akan melayani bangsa. Seperti yang ada dalam AD/ART kita, yaitu bersih, peduli, dan profesional.

Apakah akan ada perombakan struktur menyeluruh pascapemilihan kemarin?

Soal itu belum ada pembicaraan di internal. Kami akan munas dulu. Kalau itu sudah selesai, baru kami dapat melakukan penyesuaian terhadap struktur partai. Jadi, saya bisa memastikan dalam waktu dekat tidak akan melakukan perubahan struktur. Baik di PKS maupun juga di Alat Kelengkapan Dewan (AKD) DPR RI. Belum ada pembicaraan soal restrukturisasi di internal PKS. Tunggu nanti setelah munas.

Namun, semua bisa melihat bagaimana mulusnya pergantian struktur kepemimpinan inti PKS. Hal ini membuktikan tidak ada apa-apa di internal PKS. Tidak akan ada perpecahan. Soal faksi-faksi yang sering disebut oleh media, kami sudah membuktikan kami tetap satu. Bahkan PKS yakin memiliki imunitas terhadap intervensi pemerintah dalam proses pergantian pengurus partai.

Bagaimana dengan posisi Hilmi Aminuddin (mantan ketua Majelis Syura PKS) dan Anis Matta (mantan presiden PKS)?

Bagaimanapun, Ustaz Hilmi adalah guru untuk kami seluruh kader PKS. Beliau tetap menjadi rujukan langkah-langkah kami. Beliau juga satu-satunya tokoh paling senior PKS. Rencananya, kami akan membuat badan kerja sama internasional. Di situlah amanah baru Ustadz Hilmi dan Anis Matta. Seperti yang saya bilang tadi, PKS butuh menjalin kerja sama dengan elemen dalam negeri maupun luar negeri. Kota ingin menjalin kerja sama dengan Cina, negara Eropa, Afrika, hingga Timur-Tengah.

 

Terkait sikap politik PKS, apakah tetap di Koalisi Merah Putih (KMP)?

Kami tetap berada di KMP. Walaupun ada pergantian kepemimpinan, tetap menghormati kesepakatan di KMP. Posisi PKS tidak akan berubah.

Soal kasus hukum yang menimpa PKS, apa strategi untuk memperbaiki citra?

Kami akan tetap melihat persoalan hukum yang terjadi. Sebab, kasus hukum itu faktornya banyak. Secara internal, kami akan menyiapkan calon pejabat publik dengan baik. Mereka harus memahami tugas dan fungsi sebagai pejabat publik. Aturan mainnya seperti apa, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Di sisi lain, kami juga akan membekali mereka secara kepribadian dan moralitas.

Setelah penutupan masa perpanjangan pendaftaran calon kepala daerah, kami akan membuat strategi kemenangan. Salah satu yang akan kami bahas dalam strategi kemenangan ini adalah mengembalikan citra PKS di mata masyarakat.

Apakah Anda akan mundur dari keanggotaan DPR?

Di PKS, mundur atau tidak mundur dari jabatan publik adalah keputusan dari Majelis Syura. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, seperti Hidayat Nur Wahid, Luthfi Hasan Ishaaq, maupun Anis Matta, mereka mundur juga karena ada keputusan Majelis Syura. Itu bukan keinginan pribadi, tapi Majelis Syura. Keputusan apa pun nantinya yang akan dibuat Majelis Syura, saya harus menerimanya. Kalaupun nantinya mundur, siapa pengganti saya sudah ada aturannya. n ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement