Senin 03 Aug 2015 11:00 WIB

Rusuh Blok Cepu tak Pengaruhi Lifting

Red:

JAKARTA -- Pemerintah yakin kericuhan di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, tak akan mengganggu lifting atau produksi minyak yang siap jual. Pascakerusuhan Sabtu (1/8) lalu, kegiatan di dua area kerja, yaitu Engineering Procurement and Construction (EPC) 1 dan 5, dihentikan.

"Insya Allah tidak pengaruh pada lifting," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Ahad (2/8). Menurut Sudirman, produksi minyak akan tetap sesuai target sebesar 825 ribu barel per hari.

Blok Cepu mampu menyumbang produksi sebesar 20 persen secara nasional. Menurut Sudirman, tak terganggunya produksi karena insiden Cepu sudah sepenuhnya diserahkan kepada kepolisian. Dia berharap produksi bisa segera dipulihkan.

"Blok Cepu sudah diamankan, diambil oleh SKK Migas dan kepolisian. Kami sedang pelajari rute persoalannya dan mudah-mudahan bisa diperbaiki," kata Sudirman. Pemerintah juga berkoordinasi dengan kepolisian untuk melakukan investigasi.

Vice President Public and Government Affairs Exxon Mobil Indonesia Erwin Maryoto mengatakan, pengoperasian kembali dua area kerja di Blok Cepu menunggu situasi di lapangan kembali normal. "Kami menunggu situasi kondusif," katanya, kemarin.

Menurut Erwin, ini berarti pekerjaan konstruksi EPC 1 dan kegiatan commissioning akan dilanjutkan kembali kalau sudah aman. Saat ini Exxon berkoordinasi dengan Tripatra-Samsung selaku kontraktor EPC 1, polisi, dan pemerintah. Investigasi juga sedang berjalan.

Penghentian produksi, ungkap Erwin, berlaku di area yang berada di Dusun Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Penghentian operasi itu menyebabkan penurunan produksi minyak sebesar 50 ribu hingga 55 ribu barel per hari. Menurut Erwin, berdasarkan kajian awal, tak ada kerusakan fatal terhadap fasilitas di lapangan.

Pada Sabtu, sekitar pukul 12.00 WIB, di lokasi proyek Blok Cepu, Kecamatan Gayam, Bojonegoro, pekerja subkontraktor Tripatra-Samsung yang hendak makan siang marah. Kemarahan itu dipicu pengetatan pintu keluar yang semula empat kemudian hanya ada satu. Karyawan sempat merusak lima mobil, mencopot 135 AC, dan puluhan tabung pemadam kebakaran dijarah untuk dilempar-lemparkan.

Hingga saat ini belum ada konfirmasi dari pihak Exxon mengenai perincian kerugian materi akibat kejadian itu. Erwin hanya menyebutkan, prioritas utamanya adalah mengupayakan kondisi aman agar produksi minyak bisa dilakukan kembali.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan, meski area kerja EPC 1 dan 5 dihentikan operasionalnya, sejumlah operasi pengeboran tak terdampak kebijakan tersebut. "Lokasi insiden sudah diamankan. Saya percaya Exxon sangat mengutamakan keselamatan. Exxon memprediksi, operasi EPC 5 akan lebih cepat bisa berjalan lagi, namun tidak untuk EPC 1, tempat insiden terjadi," ujar Wiratmaja.

Di sisi lain, menurut Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Amien Sunaryadi, Early Oil Expansion (EOE) atau produksi awal minyak mentah dari Well Pad B yang terdampak oleh kericuhan pekerja sudah mulai berjalan kemarin. "EOE sudah berjalan pukul 13.10 WIB," kata Amien. Namun, ia enggan menyebutkan apakah EOE sudah kembali normal melakukan produksi sebesar 80 ribu barel minyak per hari.

Pertemuan

Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, berencana melakukan pertemuan membahas insiden Cepu, Senin (3/8). Ketua Tim "Konten" Lokal Proyek Blok Cepu dari Pemkab Bojonegoro Soehadi Moelyono mengatakan, pertemuan dimaksudkan untuk mencari solusi agar blok itu kembali normal. Pihak yang diundang dalam pertemuan adalah Deputi Operasi SKK Migas, Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) dengan seluruh kontraktornya, termasuk PT Tripatra-Samsung, dan pihak terkait lainnya.

Menurut Soehadi, menormalkan produksi minyak di Blok Cepu sangat penting karena berhubungan dengan produksi minyak nasional. Hanya saja, kata dia, kembali normalnya produksi Blok Cepu dan 5.000 pekerja di sana akan berlangsung jika kondisi benar-benar sudah aman.

Soehadi menyatakan, yang berwenang menyatakan kondisi aman adalah kepolisian yang sekarang mengambil alih keamanan. Ia mengungkapkan, kerusuhan di EPC 1 disebabkan ribuan karyawan yang kesulitan keluar untuk makan siang karena hanya ada satu pintu keluar, padahal biasanya ada empat pintu.

Karena itu, jelas Soehadi, mereka marah kemudian melakukan perusakan. Dalam pertemuan Senin ini dibahas pula kemungkinan adanya penyebab lain. n antara ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement