Jumat 31 Jul 2015 13:32 WIB

Muslim-GIDI di Tolikara Sepakat Berdamai

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JAYAPURA — Komunitas Muslim di Tolikara dan Gereja Injili di Indonesia (GIDI) menyepakati perjanjian damai. Keduanya ingin menyudahi konflik dan mencegah terulangnya kerusuhan di Karubaga, Tolikara. Mereka juga sepakat untuk menyelesaikan kasus penyerangan jamaah shalat Id dan pembakaran masjid di Tolikara secara adat.

"Kami mohon kepada saudara-saudaraku umat Islam di seluruh nusantara, jangan sampai ada terjadi aksi balas dendam karena kami siap menyelesaikan insiden Tolikara secara damai melalui cara adat," ujar Ustaz Ali Muchtar, tokoh Muslim Tolikara di kantor Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua di Jayapura, Rabu (30/7) malam. Ia juga meminta kepada seluruh Muslim di Indonesia agar tidak memperpanjang persoalan dan menjauhkan diri dari aksi anarkisme yang bisa memperpanjang masalah.

Menurut Ali, pihak-pihak yang bersepakat juga meminta Polda Papua menghentikan proses hukum terkait penyerangan dan pembakaran masjid di Karubaga pada 17 Juli lalu. "Kami setuju bahwa tahanan yang diproses di polda segera diselesaikan agar permasalahan ini tidak berkepanjangan dan sepakat untuk masalah ini diselesaikan secara adat," katanya. Ia juga meminta Pemerintah Kabupaten Tolikara bisa memberi jaminan agar umat Islam bisa menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan yang dipegang.

Dalam pertemuan malam itu, hadir juga Presiden GIDI Pdt Dorman Wandikbo beserta jajaran pemimpin gereja. Pertemuan mediasi perdamaian itu diinisiasi oleh Ketua FKUB Papua Pdt Lipiyus Biniluk dan Ketua PW Nahdlatul Ulama Papua Tony Wanggai. Selain itu, perwakilan komunitas gereja dan tokoh-tokoh agama di Papua juga hadir.

Kesepakatan damai dan penyelesaian kasus secara adat disetujui seluruh pihak menjelang tengah malam. Mereka juga sepakat membentuk tim yang terdiri dari perwakilan GIDI Tolikara, Muslim Tolikara, dan tokoh lintas agama untuk merumuskan naskah perdamaian yang lebih substantif.

Dorman Wandikbo mengatakan, dalam pertemuan, pihaknya menyesalkan seluruh kejadian di Tolikara. Ia menegaskan bahwa GIDI siap mengikuti kesepakatan perdamaian sampai seterusnya.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain menyambut baik kesepakatan damai antara GIDI dan umat Islam di Tolikara. "Dengan bersatunya tokoh-tokoh agama dan telah diselesaikannya masalah Tolikara secara adat, itu memang tujuan kita agar tercapai kedamaian sampai hari kiamat," ujarnya di Jayapura, Kamis (30/7).

Mengenai permintaan pihak GIDI dan umat Muslim Tolikara agar proses hukum yang diproses oleh Polda Papua dihentikan, Zulkarnain menyatakan, hal tersebut sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berwajib. Ia sebagai tokoh agama menyatakan tak bisa mencampuri urusan hukum.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Patrige Renwarin menyatakan, penyelesaian kasus pidana melalui cara adat dimungkinkan di Papua. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua Nomor 21 Tahun 2001.

Menurut dia, pada prinsipnya, penyelesaian perkara pidana harus memenuhi rasa keadilan baik pelaku maupun korban. "Sudah banyak kasus serupa di tanah Papua khususnya di wilayah pegunungan tengah yang diselesaikan peradilan adat, mulai dari kasus pembunuhan, penganiayaan berat, hingga pembakaran rumah," kata dia.

Meski begitu, Patrige mengatakan, insiden Tolikara bukan lagi isu lokal, melainkan nasional. "Sampai saat ini, Polda Papua belum menerima tembusan surat perihal tersebut (menghentikan proses hukum)," ujar Patrige, Kamis (30/7). Sejauh ini, kata dia, proses hukum tetap berjalan.

Dalam insiden Tolikara, kepolisian sejatinya tak hanya memproses hukum kasus penyerangan dan pembakaran. Secara terpisah, Polda Papua juga mengusut penghasutan yang memicu penyerangan jamaah shalat Id serta penembakan oleh petugas kepolisian yang menewaskan warga dan memicu pembakaran.

Koordinator Sinergi Tolikara dari Forum Zakat Nasional (Foz Nas) Wilayah Papua Raya Andi Mangewai berharap, usai perjanjian damai antara Muslim Tolikara dan GIDI, seluruh proses pembangunan masjid di Tolikara bisa berjalan lancar. Saat ini melalui Sinergi FOZ telah terkumpul sekitar Rp 2 miliar sumbangan dari umat Islam seluruh Indonesia melalui lembaga zakat, ormas Islam, masjid, dan komunitas Islam.

"Bantuan itu harus segera kami berikan kepada Muslim di Tolikara. Dana tersebut selain untuk pembangunan masjid, juga untuk pemberdayaan ekonomi di Tolikara," kata Andi. rep: Dyah Ratna Meta Novia, Rahmat Fajar antara ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement