Rabu 29 Jul 2015 14:17 WIB

Bisnis Air Bersih Rp 1.000 dari Cibarusah

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kemarau dan kekeringan membuka pintu usaha bagi Didi (42 tahun). Warga Kampung Gempol 2, Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, ini dalam sehari bisa menjual 100 jeriken air bersih kepada warga yang kesulitan memperoleh air.

Meski demikian, Didi mengaku enggan memanfaatkan kesusahan warga untuk menangguk untung berlebih. Ia menetapkan harga rendah yang ia sebut sekadar mengganti pembayaran listrik yang dipakai untuk menggerakkan pompa air listrik.

Ia merasa cukup menafkahi keluarganya dengan mengandalkan upah bekerja di toko material. ‘’Saya menggunakan jet pump, jadi hanya untuk kebutuhan listrik karena pada dasarnya kebutuhan air kan kebutuhan bersama, Mas," katanya kepada Republika, Selasa (28/7).

Didi menjual air hanya Rp 1.000 per jeriken, sedangkan di dalam jeriken itu berisi 20 liter air. Menurut dia, rata-rata warga membeli empat jeriken dalam sehari. "Kebanyakan warga mengangkutnya dengan motor, ada juga yang mengangkut dengan gerobak air," jelasnya.

Di depan rumahnya, berjejer sekitar 12 jeriken milik warga. Setelah Didi selesai mengisi penuh jeriken-jerikan tersebut, baru kemudian warga mengambilnya. Di samping kiri rumahnya terdapat sebuah warung berukuran 4 x 4 meter.

Warung tersebut sudah tidak dipakai lagi. Di sanalah ia menaruh jet pump miliknya karena takut dicuri orang. Jet pump itulah yang selama ini digunakan untuk menyedot air di sumur yang kedalamannya mencapai 67 meter.

Didi membuat sumur itu dengan menghabiskan Rp 12 juta, kalau sekarang bisa mencapai Rp 15 juta. "Milik warga biasanya hanya 45 meter, tapi kalau segitu sudah enggak kuat ngangkat airnya," ujar dia.

Sejak sumur itu dibangun pada 2012, warga selalu mengandalkan sumur milik Didi ketika terjadi kekeringan. Acep (40), salah satu warga yang membeli air dari Didi, kemarin, membawa empat jeriken dengan gerobaknya.

Ia mengisi sendiri jeriken-jeriken itu. Ia mengaku per hari hanya menghabiskan empat jeriken karena ia hanya tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Air tersebut untuk mandi, cuci piring, serta baju. Kalau untuk minum, ia menggunakan air galon seharga Rp 5.000.

Menurut Acep, kekeringan di Cibarusah sudah berlangsung tiga bulan terakhir, yaitu sejak Mei lalu. ‘’Mungkin ini berakhir pada bulan September, biasanya gitu," ujarnya sambil mendorong gerobak airnya dan salah satu anaknya menaiki gerobak itu.

Rusak

Ketua Organisasi Pengelola Pemakai Air (OPPA) Mitra Tirta Pamdes Prambanan, Sleman, Jawa Tengah, Mujimin, mengatakan, akibat pompa sumur rusak, sebagian warga Dusun Gedang Sambirejo mulai membeli air untuk keperluan sehari-hari.

Pompa air yang rusak itu biasaya digunakan untuk menyediakan air bagi 185 kepala keluarga. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman Julisetiono Dwi Wasito, kerusakan yang sama terjadi di Kalinongko Lor Gayamharjo.

Juli mengatakan, untuk mengatasi hal tersebut, Pemkab Sleman akan membuat sumur dalam baru. BPBD Sleman juga menyiapkan 100 tangki air untuk didistribusikan ke daerah rawan kekeringan. Namun, distribusi hanya dilakukan bila ada kerusakan sistem jaringan air.

Pekan depan, kata Juli, penyaluran air dilakukan di Kalinongko Lor yang pompa sumurnya rusak. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan, menambahkan, mekanisme penyaluran air dilakukan berdasarkan kebutuhan dan pengajuan dari warga. Satu tangki air menampung 4.000 liter. Biasanya air untuk mandi.

Di sisi lain, Palang Merah Indonesia (PMI) mendistribusikan bantuan 267 ribu liter air bersih ke daerah kekeringan. Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI, Sumarsono, mengatakan, distribusi ini mencakup Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Bekasi, dan Bogor.

Untuk bencana kekeringan di Jawa Tengah, sejak Mei lalu PMI memobilisasi 42 truk tangki air dengan kapasitas 6.000 liter. Sebanyak 222 ribu liter air dibagikan kepada 2.202 kepala keluarga yang tersebar di 35 desa di Kabupaten Grobogan, Cilacap, Tegal, dan Boyolali.

Wilayah Kabupaten Bogor yang mengalami kekeringan terparah berada di Kecamatan Cariu, Cibunglang, Ciampea, Rumpin, dan Jonggol. Mulai pertengahan Juli, PMI membawa 30 ribu liter air bersih dengan total penerima manfaat sebanyak 1.150 kepala keluarga.

Sedangkan untuk Kabupaten Bekasi, PMI mendistribusikan 15 ribu liter air bersih yang diterima 680 kepala keluarga di kecamatan Babelan dan Cibarusah yang mengalami kekeringan terparah di Kabupaten Bekasi.  c39/c97/antara ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement