Rabu 29 Jul 2015 14:14 WIB

PM Inggris Minta Resep RI Hadapi Radikalisme

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Inggris David Cameron berdialog dengan sejumlah tokoh muda dan cendekiawan Muslim Indonesia, di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Selasa (28/7). Dalam dialog tersebut, Cameron meminta resep kepada Indonesia dalam menghadapi gerakan radikalisme, seperti kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Direktur Eksekutif Wahid Institute Yenni Wahid menyampaikan, dalam pertemuan tersebut, Cameron menilai Indonesia berhasil mengombinasikan semangat nasionalisme dengan identitas sebagai umat Muslim. RI, kata Cameron, juga mampu mengembangkan toleransi dalam mempraktikkan keberagamaan di Indonesia. "Makanya, Cameron datang ke sini tanya resepnya itu apa," ujar Yenny, di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/8).

Atas pertanyaan itu, Yenny mengatakan, Indonesia memiliki dua organisasi besar Islam, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Dua organisasi ini menjadi pilar yang menopang toleransi serta mengusung terus gagasan tentang toleransi di Indonesia.

Selanjutnya, sambung Yenny,  Indonesia memiliki identitas Pancasila sebagai semangat hidup yang bukan hanya sekadar simbol. "Nilai-nilai yang diaktualisasikan jadi penting. Orang Muslim Indonesia memang sudah mempraktikkan gaya hidup toleran yang mengayomi gaya hidup mayoritas dan minoritas," katanya menjelaskan. Namun, kata Yenny, tetap ada tantangan yang akan dihadapi semua bangsa.

Selain Yenny, tokoh yang hadir dalam dialog kemarin, di antaranya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin, mantan ketua umum PBNU Hasyim Muzadi, cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, Ketua Dewan Pengurus Masjid Sunda Kelapa Azka Mahmud, dan mantan menteri luar negeri Alwi Shihab. 

Sedangkan, tokoh muda Muslim yang juga hadir adalah Ketua PB HMI Arief Rosyid Hasan, Irfan Amalee dari Peace Generation, Widya dari Sabang Merauke Institute, Diajeng Lestari dari Komunitas Hijabers, dan Fajar Riza Ulhaq dari Maarif Institute. Kurang lebih satu jam mereka melakukan dialog secara tertutup di Masjid Sunda Kelapa. 

Din Syamsuddin yang juga ketua umum PP Muhammadiyah mengatakan, ia bersyukur dan sedikit tersanjung karena Indonesia dianggap berhasil menghadapi isu radikalisme. "Walaupun tidak terlalu panjang, tetapi saya pribadi menilai dialog ini sangat positif dan produktif," kata Din.

Din berkata, tujuan dialog tersebut karena Cameron ingin belajar dari pengalaman Indonesia menghadapi ancaman radikalisme, termasuk yang menggunakan kekerasan. "Ia sangat ingin belajar bgaimana cara menghadapi dan menghalanginya," ucapnya.

Dalam dialog tersebut, sambung Din, Cameron menganggap Indonesia berhasil dalam menangkal dan menghadapi aksi radikalisme. Ia memaparkan, dari 2,7 juta populasi Muslim di Inggris, lima ribu di antaranya diketahui berangkat ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Sedangkan, Indonesia dengan jumlah populasi Muslim sebanyak 200 juta Muslim sejauh ini diketahui hanya sekitar 500 yang bergabung ISIS. "Makanya, kami sharing secara spontan, faktor-faktor apa yang menyebabkan Indonesia bisa mengatasi radikalisme," ujarnya.

Menurut Din, salah satu faktor penangkal aksi radikalisme di Indonesia karena adanya sinergi ormas-ormas Islam yang memiliki kepercayaan diri dan mampu menampilkan naratif yang berseberangan. Contohnya, sambung Din, ketika isu ISIS mulai mencuat, MUI langsung mengumpulkan ormas Islam dan sepakat untuk menyatakan secara keras bahwa ISIS adalah kelompok politik radikal yang menggunakan, bahkan menyalahgunakan agama untuk kepentingan tertentu. Cara mereka bertentangan dengan watak Islam sejati yang rahmatan lil ‘alamin serta watak masyarakat Indonesia yang wasakiyah, moderat, dan toleran.

Din berpesan, watak Islam yang damai, rukun, dan santun dengan prinsip jalan tengah bisa terus diserukan umat Islam agar tidak terpengaruh pikiran lain. "Insya Allah, watak Islam ini kita promosikan ke luar negeri sebagai salah satu faktor menciptakan perdamaian dunia," katanya berharap.

Selepas pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (27/7), David Cameron menyatakan bahwa salah satu alasannya mengunjungi Indonesia adalah untuk berbagi pengalaman dan belajar soal isu perlawanan terhadap ekstremisme. Cameron juga menyatakan bahwa Islam bukan agama yang mengajarkan ekstremisme dan menekankan bahwa di beberapa agama lain juga ada kelompok agama yang ekstrem dan menyimpang. Indonesia merupakan negara pertama di luar Eropa yang dikunjungi Perdana Menteri Cameron sejak dia terpilih kembali sebagai perdana menteri Inggris Raya.

Selain berdialog dengan para tokoh Islam, Cameron juga menutup UK-Indonesia Business Forum di Jakarta, kemarin. Ia mengatakan, ingin lebih banyak perusahaan Inggris berinvestasi di Indoensia. "Bekerja samalah dengan kami karena kami bertekad untuk menolong. Inggris terbuka untuk bisnis dan pintu itu terbuka lebar bagi Indonesia," katanya dalam pidatonya dalam acara tersebut.  c07/antara ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement