Rabu 01 Jul 2015 11:00 WIB

Menteri Dituntut Tetap Kerja Ngebut

Red:

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengetahui kabar adanya menteri yang menghina dirinya. Meski demikian, kata Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Presiden tak ambil pusing mengenai kabar tersebut.

‘’Beliau tidak peduli, cuek-cuek saja," ujar Pratikno, di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (30/6). Menurut dia, semula dia ingin melapor mengenai isu yang tengah beredar di masyarakat terkait menteri yang disebut menjelek-jelekkan Presiden itu.

Namun, belum juga melapor, kata Pratikno, Presiden sudah tahu apa yang hendak disampaikan oleh dirinya. ‘’Kelakar saya begini, 'Pak sudah baca?' Saya cuma mau lapor itu saja'," kata dia menirukan ucapannya sendiri kepada Presiden. 

Presiden merespons pernyataan Pratikno. "Sudah, sudah, saya sudah tahu. Tolong sampaikan kepada para menteri tetap kerja ngebut," ujar Pratikno lagi menirukan ucapan Jokowi. Para menteri diminta mengejar target penyerapan anggaran dan pembangunan infrastruktur.

Menurut Pratikno, Presiden lebih memilih untuk fokus bekerja daripada mengurusi rumor semacam itu dan tak memikirkan untuk memberikan sanksi. Selain itu, Pratikno mengungkapkan, kepala negara pun tak mendorong untuk mengusut rumor menteri yang menghina dirinya. Presiden, kata Pratikno, tidak mudah terpengaruh dan hanya berpesan agar semuanya kerja ngebut.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyatakan bahwa ada menteri yang menghina dan mengecilkan Presiden. Menurut Tjahjo, hinaan itu terekam dan sudah didengar Presiden. Kemarin, Tjahjo menyatakan, meski mengungkapkan adanya menteri yang menghina Presiden, dia tak pernah menyebut nama.

‘’Dalam pernyataan saya di hadapan teman-teman pers, saya tidak pernah menyebut nama menteri Ibu Rini (Menteri BUMN Rini Soemarno—Red) atau nama lain. Saya tidak pernah sebut nama siapa pun dalam pernyataan saya," kata Tjahjo menegaskan.

Prinsipnya, kata dia, Presiden Jokowi terbuka atas kritik dan saran dari siapa pun, baik anggota Kabinet Kerja, tokoh masyarakat, anggota DPR, pers, bahkan masyarakat luas. Namun, hal itu seharusnya disampaikan secara sopan dan tidak kasar, apalagi mengecilkan serta terkesan menghina.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, perombakan kabinet dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja pemerintah. ‘’Ya, tentulah gunanya meningkatkan kinerja pemerintah, bukan masalah personal, bukan,’’ katanya, di kantor Wapres. 

Lebih lanjut ia menyebut terdapat sejumlah menteri yang memiliki kinerja cukup baik dan kurang baik sehingga para menteri itu pun dituntut dapat meningkatkan kinerja mereka. Namun, ia enggan mengatakan kapan perombakan dilakukan.

‘’Tunggu-tunggu sajalah. Tunggu-tunggulah. Sebelum Lebaran setelah Lebaran sama saja," kata Kalla. Ia menambahkan, hingga kini pemerintah belum berkomunikasi dengan dengan para petinggi partai politik terkait terkait perombakan kabinet.

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pramono Anung mengatakan bahwa selama delapan bulan, Presiden Jokowi sudah tahu menteri yang patut dipertahankan dan diganti.

Salah satu yang patut dipertimbangkan akan diganti, menurut Pramono, adalah menteri yang menghina Presiden. Menurut dia, menteri harusnya loyal, tak memiliki perbedaan pandangan dengan Presiden, apalagi sampai menghina.

Menurut Pramono, dia bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP Hasto Kristyanto sudah mendengar rekaman penghinaan menteri kepada Presiden itu tiga pekan lalu. Namun, PDIP tidak ingin berkomentar sebelum ada komentar dari pemerintah.

Pramono mengatakan, yang pasti Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga sudah mendengar rekaman itu. "Kalau saya presidennya, menteri yang menghina itu akan saya gecek-gecek,’’ katanya.

Hampir pasti

Iman Sugema, satu dari sebelas ekonom yang diundang Presiden Jokowi ke Istana Negara, Senin (29/6), menyatakan, perombakan kabinet memang sudah hampir pasti. Namun, ia mengaku belum mengetahui siapa yang tak diganti dan siapa yang akan digantikan.

Soal seberapa penting perombakan ini, menurut dia, bisa dilihat dari puas tidaknya Presiden atas kinerja para menteri. Pihak yang menilai puas atau tidak puas, bukan hanya rakyat atau pengamat, tetapi juga Presiden Jokowi.

Jika Presiden berkata tidak puas karena dinilai menteri itu tidak memenuhi target, apa pun alasannya akan diganti. "Acuannya, tugas yang diberikan Presiden Jokowi dilaksanakan dengan baik atau tidak, yang tahu cuma Pak Jokowi," ujar Iman.

Iman menambahkan, diskusi para ekonom dengan Presiden Jokowi membahas perkembangan ekonomi terakhir dan langkah-langkah yang perlu dilakukan. Menurutnya, itu hanya diskusi santai, bukan membicarakan siapa yang akan diganti.

Diskusi juga membahas tentang pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, pasar modal, obligasi, dan lainnya. "Keluhan sana-sini banyak, tapi enggak ada yang menyangkut perombakan kabinet," kata Iman.

Ekonom Universitas Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko, mengatakan, Presiden Jokowi tidak secara khusus membahas perombakan kabinet. Namun, Presiden sudah tahu bahwa ada beberapa menteri yang harus diganti.

"Terasa sekali dari pembicaraan beliau yang tidak puas. Kalau dari nada bicaranya, Pak Presiden berencana mengganti pos beberapa kementerian yang dianggap kurang," ujar Prasetyantoko menjelaskan.

Prasetyantoko mencontohkan, Presiden Jokowi bercerita tentang kemarahannya di Pelabuhan Tanjung Priok yang pada intinya tidak puas dengan kinerja kementerian. Menurutnya, yang dibutuhkan Presiden hari ini adalah kerja cepat.

n agus raharjo/bambang noroyono/c87 ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement