Kamis 28 May 2015 13:00 WIB

Rokok Berpotensi Ganggu Bonus Demografi Indonesia

Red: operator
Kebiasaan merokok mencetus munculnya penyakit demensia saat usia bertambah tua.
Foto: Prayogi/Republika
Kebiasaan merokok mencetus munculnya penyakit demensia saat usia bertambah tua.

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA -- Satu dari lima penduduk dunia kecanduan merokok. Dari total 1,35 miliar perokok di seluruh dunia, sekitar 22,5 persen, di antaranya, merupakan anak muda. Hal itu disampaikan CEO Indonesia Medika Gamal Albinsaid di sela-sela acara Youth Forum 2nd Indonesian Conference on Tobacco or Health 2015 di Jakarta, Rabu (27/5).

 “Sekitar 78 persen perokok di kita sudah mulai merokok sebelum usianya 19 tahun. Bahkan, sepertiganya mengaku sudah mulai mencoba (rokok) sejak 10 tahun,” ujar Gamal.

Menurut Gamal, industri rokok mengancam masa depan generasi muda yang sehat dan berdaya ekonomi tinggi karena menyasar konsumen dari rentang usia anak-anak muda di Indonesia. Sebagai gambaran, kata Gamal, setiap tahunnya Pemerintah Indonesia mengalokasikan anggaran Rp 1,1 triliun untuk mengatasi penyakit akibat paparan asap rokok.

Bahkan, rumah tangga rata-rata keluarga Indonesia yang beranggotakan perokok cenderung tidak masuk akal dalam mengalokasikan pendapatan per bulannya. Alasannya, alokasi untuk pendidikan dan kesehatan masih kalah dibandingkan untuk membeli rokok. “Menghabiskan 11,5 persen pendapatan per bulannya untuk konsumsi rokok. Sementara, per bulannya mereka hanya menghabiskan 3,2 persen untuk pendidikan dan 2,3 persen untuk kesehatan,” kata Gamal.

Kondisi demikian, lanjut Gamal, sangat sering dijumpai justru pada keluarga Indonesia dari kelas menengah ke bawah, bukan kalangan berpenghasilan tinggi. “Padahal, sekitar 50 persen dari total penduduk Indonesia per harinya hanya mendapat dua dolar AS per hari. Bahkan, 18 persennya hidup dengan (penghasilan) di bawah satu dolar AS per hari,” kata Gamal.

Atas alasan itu, menurut Gamal, perlu peran dan keberpihakan pemerintah terhadap kampanye antirokok. Apalagi, Indonesia tengah menyongsong puncak bonus demografi pada rentang 2020-2030.

Saat ini, jumlah penduduk usia produktif sebanyak kira-kira 180 juta orang dibandingkan dengan jumlah penduduk usia nonproduktif, yakni 85 juta orang. “Tantangannya, bagaimana agar mereka yang usia produktif, benar-benar produktif. Saya kira, produktivitas itu sangat dekat dengan kesehatan. Jadi, ketika kesehatan itu rendah, produktivitas juga rendah," tutur dia.

Dalam seminar ini juga dipaparkan hasil survei Lembaga Tobacco Control Support Centre (TCSC) dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI). Survei terhadap 5.355 responden, menunjukkan tingkat efektivitas gambar peringatan bahaya rokok yang kini terdapat dalam tiap bungkus rokok.

 “Peringatan kesehatan bergambar dengan gambar kanker paru dianggap yang efektif (89,5 persen) meyakinkan perokok untuk berhenti merokok,” demikian pernyataan dalam rilis resmi TCSC dan IAKMI. n c14 ed: andri saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement