Jumat 24 Apr 2015 13:00 WIB

Parlemen agar Dukung Kebijakan Pemerintahnya

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara-negara di kawasan Asia-Afrika dituntut mampu mewujudkan kesejahteraan, solidaritas, dan stabilitas. Menurut Presiden Joko Widodo, isu inilah yang telah diperjuangkan para tokoh pendahulu pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

‘’Negara-negara Asia-Afrika kini harus mengontekstualisasi nilai utama yang diperjuangkan para pendahulu pada 60 tahun lalu, yaitu kesejahteraan, solidaritas, dan stabilitas," ujar Jokowi saat membuka Konferensi Parlemen Asia Afrika, di Jakarta, Kamis (23/4).

Konferensi bertema ‘’Memperkuat Peran Parlemen dalam Kerja Sama Selatan-Selatan untuk Mempromosikan Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia" ini, menurut Presiden, sejalan dengan keinginan pemerintah menjalankan nilai-nilai Konferensi Asia Afrika.

Ia juga mengingatkan parlemen soal pentingnya mendukung kebijakan kepala negara. Parlemen merupakan representasi suara rakyat. "Suara rakyat adalah suara Tuhan," kata Presiden Jokowi. Sebab itu, kata dia, parlemen memiliki peran strategis untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

‘’Saudara adalah cahaya moral terwujudnya kesejahteraan di Asia dan Afrika,’’ ujar Presiden. Karena itu, ia mendorong parlemen agar selalu bersama pemerintah memperjuangkan kemerdekaan, perdamaian, dan kesejahteraan.

Mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga ketua Dewan Global Green Growth Institute, sebuah lembaga internasional yang berbasis di Seoul, Korea Selatan, menjadi pembicara kunci dalam konferensi ini. Ia menyampaikan pandangan senada dengan Presiden.

Menurut dia, semangat Konferensi Asia Afrika tidak pernah hilang. Bila dulu semangatnya antikolonialisme dan antipenjajahan, sekarang semangatnya berjuang untuk mencapai perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan.

Ia menilai, kemiskinan memang masih menjadi masalah bagi negara-negara di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia. Masih ada orang-orang yang berpenghasilan di bawah 8 dolar AS sehari. Namun, ia menyatakan hal tersebut secara umum sudah menurun.

Beberapa negara, menurut dia, sudah berhasil mencatatkan kemajuan dalam koridor pencapaian millenium development goals. Kemajuan itu harus dipertahankan. Selain itu, kerja sama regional dan antarregional harus terus ditingkatkan, khususnya Selatan-Selatan.

Apalagi, negara Asia-Afrika mempunyai  banyak sumber daya dan inovasi yang bisa dibagikan dan dikembangkan. SBY menyebut, saat ini merupakan era Asia dan Afrika. Perekonomian di Asia tumbuh, begitu pula di Afrika.

Bangsa-bangsa Asia-Afrika harus bergerak untuk meraih kesempatan dan membuat kawasan ini menjadi lebih baik. ‘’Interkonektivitas harus dibangun untuk menjaga perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan bangsa-bangsa Asia-Afrika," tutur SBY.

Di sisi lain, SBY mendorong agar Asia-Afrika menghentikan konflik di antara mereka sendiri. Semua pihak kini harus meredam konfik di Yaman dan tempat lainnya. Menurut dia, dua benua ini memang memiliki sejarah konflik internal maupun perang saudara.

SBY mencontohkan sejumlah konflik itu, di antaranya di Afrika Selatan, Rwanda, dan Kamboja. Meski demikian, di antara negara-negara yang pernah berkonflik tersebut, tidak sedikit pula yang berhasil tumbuh, baik secara ekonomi maupun politik.

Bagi dia, Konferensi Asia Afrika kali ini juga diselenggarakan pada waktu yang tepat. ‘’Dunia sedang mengalami masa pancaroba. Banyak kejadian di muka bumi yang tidak kita kehendaki, seperti di Timur Tengah, Afrika, sebagian Asia, dan tempat lainnya.’’

Ketua DPR Setya Novanto mengatakan, ada 36 negara yang menghadiri Konferensi Asia Afrika tahun ini. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 11 ketua parlemen dan lainnya wakil ketua parlemen yang ikut menjadi bagian delegasi yang datang ke Indonesia.

Agenda konferensi di parlemen, akan menghasilkan deklarasi forum parlemen se-Asia-Afrika, yang mendukung kebijakan para kepala negara di Bandung. Sejumlah isu dibahas dalam konferensi ini, yakni kemitraan strategis Asia-Afrika dan Palestina. n c82 ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement