Kamis 26 Mar 2015 13:00 WIB

Mengungkap Serangan ke Az-Zikra (Bagian 3): Petani dan Tukang Ojek Pun Diajak

Red:

Sejumlah orang melakukan penyerangan ke Perumahan Islam Bukit Az-Zikra, Sentul, Bogor, Rabu 11 Februari lalu. Massa yang datang dari berbagai wilayah itu mengeroyok seorang satpam  perumahan tersebut. Para pelaku kemudian ditangkap dan ditahan di Polres Bogor. Wartawan Republika melakukan investigasi untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di balik penyerangan itu. Berikut laporannya.

***

Jalan setapak yang diapit hamparan empang menjadi satu-satunya akses jalan. Di antara bidang empang itu terdapat beberapa bidang tanah yang rutin dipergunakan oleh warga sebagai lahan pertanian palawija.

Setelah melewati jalan menurun, jalan setapak yang dilalui pun berakhir di bantaran sungai. Untuk menyeberangi sungai, hanya ada jembatan yang terbuat dari bilah bambu yang dijejerkan terikat dengan kawat. Di seberang jembatan bambu yang hanya dapat dilalui seorang itu terlihat sebuah rumah yang sudah termakan usia. Di rumah tua itulah keluarga salah seorang tersangka penyerangan Perumahan Az-Zikra tinggal.

Di selasar rumah yang terletak di Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, itu Aliah Yoyoh menerima kedatangan Republika. Semenjak suaminya, Romli, ditahan di Polres Bogor, Aliah mengaku sangat kewalahan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Saya berharap Bapak bisa dibebaskan," ujar Aliah, Selasa (10/3).

Aliah mengungkapkan, suaminya menjalani hari-hari dengan pekerjaan serabutan. Di matanya, Ramli merupakan sosok kepala keluarga yang tak habis-habisnya bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Ramli menekuni profesinya sebagai petani palawija.

"Dia suka ngerjain apa saja, kadang kuli bangunan, kadang bantu-bantu warga sekitar yang butuh tenaganya," katanya.

Nasib serupa dirasakan oleh Nurhasanah, istri tersangka penyerangan Az-Zikra, Salim Bin Hasan. Nana, sapaan akrab perempuan 26 tahun itu, melewati hari demi hari tanpa kehadiran sang suami. Setiap hari ia berharap agar suaminya dapat kembali ke rumah. Sebab, dia yakin suaminya tidak terlibat dalam perkelahian, Rabu (11/2) malam, itu di kawasan Perumahan Az-Zikra, Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Semenjak putus kerja setahun lalu, menurut Nana, suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap. Bersama rekan seprofesinya, Salim mangkal di bilangan Jalan Raya Pemda. "Kadang kerjain apa aja kalau ngojek lagi sepi. Dia juga jadi tukang parkir di rumah makan," katanya.

Yoyoh dan Nanah meyakini suami mereka tidak terlibat dalam pengeroyokan Kepala Keamanan Az-Zikra, Faisal Salim. Bahkan, suami mereka mengakui hanya ikut-ikutan.

Tokoh agama di Kelurahan Sukahati, Ustaz Syukur, mengatakan kekhawatirannya kepada keluarga dari warganya yang sudah sebulan lebih mendekam di tahanan Polres Bogor. Menurutnya, sejak peristiwa di Az-Zikra, para keluarga kehilangan sanak keluarga yang kesehariannya menjadi tulang punggung keluarga. "Di sini setiap RT ada dua orang, di antara mereka malah masih bocah," katanya.

 

Ketua tim pengacara para tersangka, Muhammad Tohir, mengatakan tidak seluruh warga terlibat dalam pemukulan Faisal Salim. "Semuanya harus dipilah," ujarnya.

 

Ia sempat menyebut beberapa nama yang terlibat langsung dalam pengeroyokan Faisal, di antaranya Saepudin dan Ibrahim. Tohir mengungkapkan, orang yang pertama kali mengajak warga adalah Ibrahim.

 

Tohir mengatakan, pihak keluarga akan melakukan islah kepada pihak Az-Zikra dengan harapan memaafkan para pelaku pengeroyokan dan menempuh jalan damai. Dalam islah itu, kata dia, kedua belah pihak berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dan tidak menghilangkan barang bukti. Sejauh ini, lanjut dia, upaya hukum yang telah dilakukan, yakni mengirim surat penangguhan penahanan sehubungan dengan status para tersangka merupakan tulang punggung keluarga.

 

Terekam kamera

Aksi para tersangka penyerangan Az-Zikra terekam kamera Fandi (33 tahun). Ketika itu, hampir tengah malam saat sebagian besar warga di Perumahan Bukit Az-Zikra sudah terlelap, Rabu (11/2). Seperti biasa, Fandi pergi ke kamar mandi di lantai dua rumah yang terletak di Jalan Tawadu, No 1, Perumahan Az-Zikra. Pemiliknya, Faisal Salim, yang tak lain adalah kepala keamanan Yayasan Az-Zikra, pimpinan Ustaz Arifin Ilham, yang menjadi korban pengeroyokan para tersangka. Oleh Faisal, rumah itu ia jadikan juga indekos dengan delapan kamar. Salah satu penghuninya adalah Fandi.

Tak sampai lima menit, setelah menggosok gigi dan cuci muka, Fandi berjalan kembali ke kamarnya yang menghadap ke depan jalan. Suasana yang awalnya sepi tiba-tiba berubah menjadi ramai. Melongok ke bawah, pria yang mengaku sedang mendalami ilmu agama itu melihat sekitar 50 orang sedang beradu argumen dengan si empunya tempat ia tinggal.

"Begitu saya keluar, emang udah rame motor. Debat sama Bang Faisal mereka minta turunin spanduk malam itu juga, minta diantar ke rumah pak RT yang memang dekat dari sini. Kata Bang Faisal gak boleh, harus musyawarah dulu besok," kata Fandi.

Fandi tidak menyangka dia akan menjadi saksi kejadian pemukulan terhadap Faisal. Bergegas, ia segera kembali ke kamar dan mengambil telepon genggam. Mengendap-endap, ia merekam yang terjadi saat itu. "Saya melihat ada orang yang pura-pura dipukul, Bang Faisal juga sempat lari ke arah kiri rumah, tapi ditangkap sama mereka," ujarnya.

Menurut Fandi, kurangnya penerangan di sekitar rumah juga menyebabkan rekaman menjadi gelap. Namun, lanjut dia, seluruh kejadian bisa terlihat.

Esok hari usai kejadian, Fandi menyerahkan rekaman tersebut kepada pihak yayasan untuk dijadikan barang bukti. "Meski ada warga yang terbangun, kebanyakan tidak berani untuk keluar, kebetulan saya ingat ada HP dan saya rekam," katanya.

 

Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham mengaku sudah memaafkan para pelaku yang ikut dalam penyerangan ke Perumahan Az-Zikra. "Mengenai kasus di Az-Zikra saya sudah memaafkannya, hanya saja proses hukum tetap berjalan," ujarnya.

 

Bahkan, Ustaz Arifin bersedia diundang oleh Polres Bogor dalam acara Dzikir dan Do'a Bersama, Selasa (9/3). Acara yang berlangsung di Aula Divia Cita itu dihadiri sedikitnya 1.000 orang. Di antara 67 orang tahanan yang didampingi anggota kepolisian, juga terdapat para tersangka kasus pengeroyokan kepala keamanan Az-Zikra. 

 

Dalam tausiyahnya, Ustaz Arifin mengatakan, ciri-ciri orang beriman, yakni ketika dibacakan Alquran, hatinya bergetar. Selain itu, ciri orang beriman lainnya adalah yang memakmurkan masjid Allah. Tausiyah itu kemudian ditutup dengan zikir bersama. n c94 ed: muhammad fakhruddin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement