Ahad 01 Feb 2015 13:48 WIB

Permainan Cantik Luongo Bawa Australia Juara

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,SYDNEY -- "Kami akan memberikan performa terbaik," ujar gelandang Australia, Massimo Luongo, menjelang partai final Piala Asia 2015 kontra Korea Selatan di Stadion Australia, Sabtu (31/1).

Rangkaian kata Luongo, penggawa Socceroos berdarah Indonesia, tidak sebatas retorika. Janji itu terbukti di lapangan.

Terbukti, kepiawaiannya memimpin lini tengah tim begitu mumpuni. Sebuah golnya pada menit- menit akhir babak pertama seolah menjadi penegasan kualitas penggawa Swindown Town (Inggris). Asa bagi Australia untuk jadi yang terbaik di Asia semakin membuncah.

Namun, memasuki babak kedua, Korsel tak menyerah. Taegeuk Warriors terus-menerus membombardir lini belakang Australia yang digalang duo Matthew Spiranovic- Trent Sainsbury. Kesabaran itu berbuah kala laga hampir usai. Tepat pada menit ke-91, wingerSon Heung-min menyamakan kedudukan dan laga pun berlanjut ke perpanjangan waktu.

Pada saat krusial, pelatih Socceroos Ange Postecoglou membuat keputusan jitu dengan memasukkan James Troisi. Troisi berhasil mencocor bola muntah hasil tepisan kiper Korsel Kim Jin-hyeon atas umpan silang Tomi Juric. Sontak, Stadion Australia gegap gempita.

Kedudukan bertahan hingga laga usai. Australia mencetak sukses ganda, sebagai tuan rumah sekaligus jawara turnamen tertinggi antar negara Asia.

Bagi Socceroos, keberhasilan ini merupakan yang perdana sejak bergabung dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) sembilan tahun silam, sekaligus mengakhiri rasa penasaran dalam empat tahun terakhir. Maklum, Australia gagal menjadi juara di Piala Asia 2011 lantaran ditaklukkan Jepang pada masa perpanjangan waktu.

Kesuksesan juga menjadi milik Luongo yang terpilih sebagai pemain terbaik turnamen. Sebuah peng hargaan yang layak diterima pria 22 tahun tersebut. Penghargaan juga bertambah sejalan keberhasilan Matt Ryan menjadi kiper terbaik turnamen.

Dilansir laman resmi AFC, Sabtu (31/1) malam, Postecoglou mengutarakan perasaannya. "Saya merasa sangat bangga atas kontribusi pemain, staf, dan setiap orang. Kebahagiaan yang sulit digambarkan dengan kata-kata," ujar Poste coglou. Pria kelahiran Yunani ini menambahkan, laga kontra Korsel tak serupa dengan pertemuan kedua kubu pada fase grup.

Kala itu, Australia menyerah 0-1 atas Korsel. "Pertandingan kali ini berbeda. Sulit. Namun, para pemain menunjukkan performa yang masif,"

kata Postecoglou. "Satu-satunya kekhawatiran saya karena kami kebobolan pada akhir-akhir pertandingan. Para pemain akan sangat patah hati jika gagal menang pada perpanjangan waktu. Tapi, saya tahu kami akan menyelesaikannya dengan baik. Ini hanya masalah mengambil kesempatan ketika itu datang, dan kami melakukan itu.

Dan, seperti yang saya katakan, saya sangat bangga dengan mereka," kata mantan pelatih Brisbane Roar dan Melbourne Victory ini.

Di sisi lain, kekalahan jelas terasa menyakitkan bagi Korsel. Apalagi, Taegeuk Warriors mengusung ambisi menjadi juara untuk pertama kali dalam 55 tahun terakhir. Penampilan apik sejak penyisihan hingga empat besar seolah tak tersisa. Meskipun gagal meraih trofi, pelatih Korsel Uli Stielike tetap memuji perjuangan anak asuhnya.

"Saya tidak setuju bahwa kami tidak menjadi juara. Saya setuju kami tidak meraih piala, tapi para pemain adalah juara di hati banyak orang," ujar Stielike. "Saya pikir seharusnya imbang."  rep: Muhammad Iqbal ed: Firkah Fansuri

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement