Selasa 30 Dec 2014 13:00 WIB

Harga Premium Berubah pada Tahun Baru

Red:

JAKARTA -- Pemerintah menyiapkan kado tahun baru buat masyarakat berupa kebijakan anyar bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan tersebut akan membuat harga BBM, seperti Premium dan solar, berubah.

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pada awal 2015, masyarakat akan membeli BBM dengan harga baru. Sofyan enggan menjelaskan lebih perinci kebijakan yang membuat harga BBM berubah.

Begitu pula ketika ditanya mengenai besaran perubahan, apakah akan naik atau turun.  "Pokoknya akan kami umumkan sebelum tahun baru. Sehingga pada tahun baru nanti, masyarakat akan membeli BBM dengan harga baru," kata Sofyan di kantornya, Senin (29/12).

Sebelumnya, pemerintah mewacanakan untuk memberlakukan subsidi tetap untuk setiap liter BBM bersubsidi. Subsidi tetap dinilai lebih sehat buat Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN). Melalui kebijakan ini, harga BBM bersubsidi akan bersifat mengambang mengikuti harga pasar. Misal, pemerintah memberikan subsidi Premium per liter sebesar Rp 1.000. Jika harga keekonomian Premium mengacu harga minyak dunia sebesar Rp 10 ribu, konsumen harus membeli seharga Rp 9.000 per liter.  

Menurut Sofyan, pemerintah masih harus menghitung berapa harga keekonomian BBM seiring harga minyak dunia yang terus menurun. Untuk itu, dia tidak bisa menyebutkan angka pasti saat ini. "Besok (Selasa), pemerintah akan melakukan rapat lagi membahas kebijakan ini. Tunggu saja hasil akhirnya seperti apa. Kami sedang menghitung semuanya," kata dia.

Menurut Sofyan, pemerintah ingin menerapkan kebijakan baru supaya skema pemberian subsidi BBM tidak lagi menyandera APBN. Maklum, dengan skema subsidi harga yang diterapkan saat ini, jumlah anggaran subsidi untuk BBM menjadi tidak pasti karena tergantung dari harga minyak dunia dan juga kurs rupiah. Pada APBN 2015, pemerintah mematok subsidi BBM sebesar Rp 276 triliun. "Kami ingin membuat APBN lebih stabil. Supaya program pemerintah untuk membangun infrastruktur bisa maksimal," ujarnya.

Pemerintah menaikkan BBM bersubsidi pada 18 November lalu. Harga Premium dari Rp 6.500 naik menjadi Rp 8.500. Sementara, solar naik dari Rp 5.500 ke Rp 7.500 per liter.  Kenaikan BBM dilakukan di tengah anjloknya minyak mentah dunia kendati nilai tukar rupiah terhadap dolar merosot. Pemerintah beralasan dengan menaikkan BBM, ruang fiskal dalam anggaran pada 2015 akan lebih besar.

Belum lama ini, Menteri Keuangan Bambang Brodjononegoro mengatakan akan ada tambahan anggaran Rp 230 triliun pada APBN Perubahan 2015. Anggaran tersebut diperoleh dari pemangkasan subsidi, pajak, dan turunnya minyak dunia. Sebagian besar tambahan anggaran untuk infrastruktur.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Naryanto Wagimin menyatakan, memang ada rencana untuk memberlakukan subsidi tetap pada 1 Januari. "Iya, betul. Tapi, tunggu nanti ya," ujarnya, Senin 29/12).

Meski demikian, Naryanto menolak menjelaskan lebih jauh apakah harga akan turun atau naik. "Semoga ada penurunan harga. Yang pasti kebijakan yang dikeluarkan nanti sudah dibahas secara matang," katanya. Naryanto menilai, pengguna kendaraan tidak masuk ke dalam golongan miskin sehingga tidak patut mendapatkan subsidi BBM.

Pengamat energi Marwan Batubara mengatakan pemerintah harus menurunkan harga BBM bersubsidi. Entah itu melalui skema subsidi tetap atau opsi lainnya. Sebab, harga keekonomian BBM bersubsidi seperti Premium sudah lebih rendah dari yang dijual saat ini sebesar Rp 8.500 per liter. "Saya yakin harga BBM seperti Premium sudah lebih murah."

Marwan mengatakan, harga BBM harus turun karena faktanya harga minyak dunia saat ini sudah berada di bawah 60 dolar AS per barel. Sementara saat mengumumkan kenaikan harga BBM, harga minyak dunia di kisaran 75-80 dolar AS per barel.

Pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Banyuwangi, Jawa Timur, tidak memedulikan naik-turunnya harga BBM. Yanto, karyawan SPBU di Genteng Wetan, Banyuwangi, mengatakan, masalah harga BBM itu urusan pemerintah dan juga konsumen. SPBU tugasnya hanya menjualkan produk BBM. Pengelola SPBU di Bandar Lampung, Yadi, mengatakan, akan mengikuti keputusan pemerintah. Hanya saja, kebijakan harga BBM bersubsidi mengambang dikhawatirkan akan mendapat keluhan dari konsumen. n c85/ahmad baraas/mursalin yasland rep: satria kartika yudha ed: teguh firmansyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement