Kamis 18 Dec 2014 12:00 WIB

JK: Rp 12.500 Sudah Bagus

Red:

JAKARTA -- Pemerintah mengakui stablitas rupiah akan sulit berada di bawah angka Rp 12 ribu per dolar AS seperti diproyeksikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2015. Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap rupiah dapat stabil pada angka Rp 12.500.

"Stabilitas saya rasa ada di Rp 12.500 per dolar, sudah baguslah itu kalau bisa tercapai," ujar Jusuf Kalla seusai rapat terbatas bidang ekonomi di Kantor Kepresidenan, Rabu (17/12).

Kurs tengah Bank Indonesia mencatat, nilai tukar rupiah pada Rabu di posisi Rp 12.720 per dolar AS atau menguat 180 poin dibandingkan sehari sebelumnya Rp 12.900. Adapun di pasar spot antarbank di Jakarta, rupiah menguat 73 poin menjadi Rp 12.652 per dolar.

Wapres memprediksi, rupiah akan kembali stabil awal tahun depan bersamaan dengan mulai efektifnya kebijakan pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, menurutnya, bukan disebabkan perekonomian Indonesia yang memburuk, melainkan karena ekonomi AS yang membaik. Menurut JK, pelemahan ini merupakan peluang untuk mendongkrak ekspor.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga mengatakan, asumsi kurs rupiah dalam APBN Perubahan berada di kisaran Rp 12 ribu per dolar AS. Asumsi makro kini masih dalam tahap pembahasan untuk finalisasi. "Perubahan asumsi kurs sekitar Rp 12 ribu," ujar Bambang di kantor Kementerian Keuangan, Rabu (17/12).

Prediksi pemerintah bahwa nilai tukar rupiah antara Rp 12 ribu hingga Rp 12.500 berada di atas proyeksi sebelumnya. Berdasarkan APBN 2015, kurs rupiah dipatok pada level 11.900 per dolar atau lebih tinggi dari APBN Perubahan 2014, yakni Rp 11.600 per dolar. Sedangkan untuk jangka menengah 2016-2018, rupiah berada di level Rp 11 ribu hingga Rp 12 ribu.

Perubahan nilai tukar rupiah akan berdampak pada hitungan pos belanja negara, termasuk pembiayaan utang. Pembayaran bunga utang luar negeri (ULN) akan bertambah lantaran melemahnya rupiah.

Bank Indonesia, kemarin, merilis jumlah utang Indonesia, baik di sektor pemerintah maupun swasta. Berdasarkan data itu terungkap, posisi ULN pada akhir Oktober 2014 mencapai 294,5 miliar dolar AS atau naik dibandingkan akhir September 2014 sebesar 292,3 miliar dolar AS. Posisi ULN Oktober 2014 terdiri dari ULN sektor publik sebesar 133,2 miliar dolar AS dan swasta 161,3 miliar dolar AS.

Namun, JK tetap optimistis menguatnya dolar AS tidak akan berpengaruh pada pelunasan ULN pemerintah. Hal ini karena pembayaran utang luar negeri dikonversikan dari dolar ke rupiah. Apalagi, pemerintah juga memiliki pemasukan dalam bentuk dolar. "Seperti minyak, hasil ekspor, royalti, itu juga dalam dolar," ujar Wapres.

Tak hanya pemerintah, utang valas di sektor swasta yang jatuh tempo pada akhir tahun ini diyakini juga akan meningkat, khususnya perusahaan yang tidak menerapkan kebijakan lindung nilai pada utang mereka. Bank Indonesia menilai pembayaran utang swasta pada akhir tahun turut berkontribusi terhadap melemahnya kurs rupiah.

BI mengungkapkan, jumlah utang swasta dalam denominasi dolar mencapai 145,301 miliar dolar AS dari total 161,291 miliar dolar AS pada Oktober. Adapun ULN swasta yang jatuh tempo kurang dari satu tahun pada Oktober mencapai 48,166 miliar dolar AS.

Ekonomi Yanuar Rizki mengatakan, pelemahan rupiah merupakan sesuatu yang sudah diproyeksikan para investor dan bankir. "Kalau mereka, memang menginginkan ini terjadi. Investor iktikadnya money printing, profit sebesar-besarnya," kata Yanuar. Menurut Yanuar, investor asing yang paling diuntungkan adalah Bank Sentral AS (the Fed). "Bandarnya the Fed. Ekspektasi keuntungan setinggi-tingginya."

Sinyal the Fed menaikkan suku bunga telah membuat pelarian arus modal di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Ekonom Indef Enny Sri Hartati menilai, pemerintah terlihat lebih realistis karena faktanya rupiah sulit berada di level Rp 12 ribu. Menurutnya, dorongan faktor eksternal terlalu kuat. Dolar AS menguat terhadap seluruh mata menyusul semakin membaiknya perekonomian AS. n c87 rep: halimatus sa'diyah, satria kartika yudha ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement