Selasa 16 Dec 2014 11:00 WIB

Wisatawan Keluhkan Sampah di Pantai Kuta

Red:

KUTA -- Sejumlah turis asing mengeluhkan banyaknya sampah di Pantai Kuta, Bali. Sampah seperti kantong plastik, kaleng, potongan kayu, dan kertas menghiasi bibir pantai yang sejatinya digunakan para turis berjemur. Bau sampah bercampur dengan air laut pun meruap tak sedap.

Wisatawan mancanegara (wisman) asal Norwegia, Romeyn, misalnya. Dia mengaku kurang puas menikmati Pantai Kuta pada pagi, terlebih sore hari. Alih-alih berjemur, Romeyn pun lebih banyak menghabiskan waktunya berjalan-jalan di pinggir pantai. "Jika kondisi yang sama terus bertahan, saya yakin tak ada turis yang mau datang kedua kalinya ke Kuta," ujarnya kepada Republika, Senin (12/15).

Romeyn mengungkapkan, dia mendapat rekomendasi Pantai Kuta dari situs Lonely Planet. Menurutnya, dari 25 lokasi teratas untuk berwisata di Bali, Pantai Kuta selalu berada di posisi pertama. "Namun, sesampainya di sini, saya mendapatkan pengalaman berbeda. Semua yang saya lihat sampah," katanya mengeluh.

Mrinalini, wisman dari Bangalore, India, juga mengaku kecewa dengan kondisi Pantai Kuta yang kotor. Dia sudah berada di Bali sejak Jumat pekan lalu dan berencana libur panjang di sana. "Pantai di luar hotel saya cukup kotor dan pasirnya lengket sekali untuk berjalan," katanya mengeluh.

Wanita muda yang menginap di salah satu hotel berbintang di Kuta itu mengakui staf kebersihan di Pantai Kuta rajin menjaga kebersihan pantai. Mereka rutin membersihkan dan menyapu pantai dengan mesin khusus setiap pagi hari. Akan tetapi, pantai selalu saja kotor kembali pada sore hari.

Setiap pengujung tahun, Pantai Kuta memang kerap dipenuhi sampah kiriman. Sampah terbawa hingga Pantai Kuta akibat fenomena angin musim barat. Masalah ini tentu menjadi sorotan mengingat Bali adalah salah satu destinasi wisata favorit dunia.

Berdasarkan pantauan Republika, dinas kebersihan dan pertamanan setempat sudah aktif mengoperasikan mobil pengangkut yang memunguti sampah secara otomatis pada pagi hari. Namun, sampah tetap saja datang kembali ke bibir-bibir pantai pada siang menjelang sore harinya.

Namun, pertanyaannya adalah dari mana sampah itu berasal? Sampah-sampah tersebut ternyata kebanyakan berasal dari sungai-sungai sekitar Pantai Kuta. Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali Suriadi Darmoko mengatakan, bencana ekologis ini bukan hanya karena posisi Kuta yang berupa cekungan dan menjadi muara sampah bagi sungai-sungai dan pulau di sekitarnya, melainkan kurangnya kesadaran penduduk, termasuk wisatawan, soal buang sampah.

Moko menilai, kurang bijak jika tumpukan sampah yang berserakan di Pantai Kuta sepenuhnya karena "kiriman" akibat pergerakan angin musim barat pada musim hujan. Menurutnya, penataan sampah dan sistem sanitasi di seluruh pulau ini harus diperbaiki. "Respons cepat pemerintah daerah untuk sampah ini saya nilai sudah cukup. Namun, sampai kapan harus respons cepat melulu? Dalam jangka panjang, penegakan regulasi diperlukan untuk mengantisipasi pencemaran di bantaran-bantaran sungai," ujar Moko.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung, I Putu Eka Merthawan, mengatakan, dinasnya telah mengumpulkan 80 ton sampah basah dalam dua pekan pembersihan sampah di area Pantai Kuta, Bali. Volume sampah ini, menurutnya, belum mencapai kondisi darurat seperti dua hingga tiga tahun lalu, yaitu 200 ton per hari.

"Angin musim barat belum bertiup terlalu kencang di Bali, hujan juga belum terlalu deras karena musimnya mengalami kemunduran. Meski demikian, tanda-tanda datangnya sampah kiriman sudah terlihat di bibir Pantai Seminyak, Legian, dan Kuta berupa sampah plastik," kata Merthawan dihubungi, Senin.

Sampah kiriman tersebut, kata dia, juga mengapung cukup banyak sekitar 17 mil dari bibir Pantai Kuta. Dinas mengantisipasi fenomena tahun ini dengan menyiapkan tiga unit alat berat wheel loader, 10 unit dam truck, satu unit truk bantuan langsung dari Bupati Badung, tiga unit traktor, dan dua unit mobil Kijang pick up untuk pengiriman sampah dari pesisir pantai.

Koordinator Balawisata Kabupaten Badung, I Ketut Ipel, mengatakan, Balawisata bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk membersihkan area yang menjadi titik-titik gundukan sampah. Balawisata merupakan mitra dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung. Mereka juga memberikan informasi kepada wisatawan bahwa kotornya Kuta merupakan fenomena tahunan.

  rep: muthia ramdhani ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement