Selasa 18 Nov 2014 12:15 WIB

Tafsir Salman, Upaya Ilmuwan ITB Gali Makna Ilmiah Alquran

Red:

Dalam Islam, ilmu pengetahuan memiliki keterkaitan erat dengan ayat suci Alquran. Tak ada pemisahan seperti halnya yang dilakukan oleh dunia Barat. Karena itu, tak sedikit buah karya seperti tafsir ilmi yang dilahirkan oleh ulama-ulama Muslim. 

Tafsir ilmi mencoba memahami kitab suci Alquran secara ilmiah dan rasional.  Meski mendapat sejumlah kritik dan penentangan, namun tafsir ilmi terus berkembang dari zaman ke zaman.  Dari era  Imam Ghazali (505 H), Imam Fakhrudin al-Razi, Jalaludin al-Suyuti sampai Muhammad Abduh (1849-1905).

Imam al-Ghazali, misalnya, dalam kitabnya  Jawahir al-Quran, menegaskan, penafsiran ayat Alquran perlu menggunakan disiplin ilmu seperti astronomi, kedokteran, dan perbintangan. Sementara Abduh mengingatkan agar Muslim berpikir kritis dan tidak terjebak fatalisme.

Upaya pengembangan tafsir ilmi pun terus dilakukan dengan mengaitkan ayat-ayat qauliyah dan kauniyah yang ada di alam semesta sampai di era modern. Tak hanya di Timur Tengah, upaya penafsiran terhadap Alquran juga dilakukan di Indonesia.

Adalah para ilmuwan Muslim Indonesia di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mencoba menggali makna ilmiah dalam ayat suci Alquran.  Buah pikir para ilmuwan ITB inipun berhasil menelurkan sebuah karya tafsir ilmi yang menambah literatur khazanah Muslim. 

Tafsir tersebut diberi nama Tafsir Salman. Istilah Salman mengacu pada nama masjid di ITB yang selama ini menjadi pusat pergerakan Islam di kampus itu. Tafsir yang dibukukan setebal 619 halaman itu fokus pada surah-surah terakhir Alquran, yaitu di juz 30. Tafsir tidak menyentuh sama sekali juz lain selain bagian akhir itu.

Dari 37 surah dalam Juz Amma, dipilihlah 29 surah yang dianggap sarat akan isyarat ilmiah. Adapun 29 surah tersebut 28 surah Makkiyah (diturunkan di Makkah) dan satu surah Madaniyah (diturunkan di Madinah).

Tafsir disusun oleh 26 pakar dari berbagai disiplin ilmu. Adapun pemilihan Juz Amma dalam tafsir ini, antara lain, karena Juz Amma merupakan salah satu dari dua Juz yang mayoritas surahnya berisi surah-surah yang turun di awal-awal kenabian atau Makkiyah Awal. Surah-surah Makkiyah awal kebanyakan memuat dasar-dasar keislaman yakni akidah dan akhlak dan belum menyangkut soal hukum dan syariat.

Salah satu surah yang ditafsirkan yakni al-'Alaq. Pada ayat pertama disebutkan, Iqra' bismi rabbika al-ladzi khalaqa. Menurut ilmuwan ITB, ada makna penting dalam ayat pertama surah Iqra. Pertama-tama Rasulullah diperintahkan Allah untuk membaca atau iqra'.  Perintah membaca, bukan berarti membaca lembaran yang dibawa Malaikat Jibril. Konteks "membaca" dalam hal ini adalah "membaca" dunia mikrokosmos dan makrokosmos. Rasulullah sudah mempunyai gambaran tentang dunia, baik makrokosmos maupun mikrokosmos. Beliau merasa resah dengan kondisi seperti itu. Perintah iqra' sebenarnya merupakan perintah 'membaca fakta-fakta kehidupan dalam kedua kosmos' tersebut.

Pakar tafsir dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Prof Dr Rosihon Anwar mengatakan, meski tidak seluruh ayat Alquran ditafsirkan, namun kajian ilmiah dalam Juz Amma tersebut sudah memberikan kontribusi besar terhadap literatur pengembangan Islam, khususnya di bidang karya ilmiah.

"Tafsir Salman ini tidak hanya sekadar tafsir biasa, tapi sarat kajian ilmiah di dalamnya, ini bisa menjadi kontribusi terbesar dan literatur tambahan bagi pengembangan Islam," ujarnya saat bedah buku Tafsir Salman di Masjid Salman ITB, Jumat (14/11).

Terlebih, menurutnya, Tafsir Salman ini disusun oleh tim yang mengelaborasikan sekitar 26 pakar dari berbagai disiplin keilmuan. Sehingga, kajian ilmiah dalam tafsir ini tidak diragukan. Dia pun berharap karya ini dapat menerus tafsir-tafsir ilmiah sebelumnya.

Pada hakikatnya, kata dia, tafsir akan terus mengalami perkembangan sesuai zaman. Tafsir harus tidak boleh stagnan karena harus bisa mendialogkan dengan persoalan agama. "Teks (Alquran) selesai, tapi perkembangan terus, jadi harus bisa menggali Alquran sehingga terus berdialog dengan perkembangan zaman," ungkapnya.

Sehingga, bukan menutup kemungkinan semakin ke depan akan ada tafsir-tafsir dari berbagai disiplin sesuai kebutuhan umat manusia. Hanya saja, tidak semua orang bisa menafsirkan kecuali memenuhi syarat dan ketentuan.

"Siapa pun bisa, tapi harus memenuhi persyaratan dan ketentuan, tidak boleh sembarangan, tapi saya lihat 26 pakar ini insya Allah memenuhi kriteria tersebut," ujarnya.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan apresiasi yang mendalam atas lahirnya Tafsir Alquran yang spesifik di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Tafsir yang dilahirkan oleh Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman di ITB dinilai akan menambah khazanah keislaman di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. "Saya ucapkan selamat karena telah melahirkan tafsir Alquran. Tugas manusia memang menggali rahasia Allah SWT yang tersembunyi di balik dalil Alquran," ujar Ketua PBNU Maksoem Mahfoedz kepada Republika, Senin (17/11).

Mahfoedz  menjelaskan, PBNU juga melakukan hal sama. Lembaga Pertanian PBNU, kata dia, juga terus menggali dasar-dasar pertanian dari Alquran.  Melalui upaya itu, PBNU terus menemukan kebesaran rahasia Allah yang terkandung di dalam Alquran. "Kami (PBNU) selalu menggali dan mendasarkan program pada pendalaman ayat Alquran," kata dia. Maksoem yakin, Tafsir Salman merupakan tafsir yang akan berguna bagi umat manusia, terlebih di bidang teknologi.

Pakar Tafsir Indonesia Prof. Nazaruddin Umar turut mengapresiasi lahirnya Tafsir Salman. Tafsir ini dipercaya akan memperkaya tafsir Alquran melalui berbagai disiplin ilmu. "Saya mengapresiasi penerjemahan Alquran. Sebab, Alquran merupakan kitab yang Rahmatan Lil Alamin," ujar Nazaruddin Umar yang sekaligus merupakan rektor Perguruan Tinggi Ilmu Quran kepada Republika, Senin.

Mantan wakil menteri agama ini menyatakan, pada prinsipnya Alquran merupakan kitab yang penuh rahmat dan bisa menjadi referensi terhadap semua disiplin ilmu pengetahuan. Semua pakar ilmu pengetahuan bisa mencari ibroh dan referensi dari Alquran. "Siapa pun punya akses masuk. Quran milik semua disiplin ilmu," ujar Nazar.

n c60/c63 ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement