Jumat 07 Nov 2014 11:00 WIB

Survei Kecelakaan Lalu Lintas di Seluruh Dunia: Orang-Orang yang Mati dalam Diam

Red:

Kecelakaan lalu lintas merupakan momok mengerikan yang terjadi di banyak negara. Terlebih untuk negara-negara berkembang ketika masalah transportasi seperti benang kusut.

Data yang dikeluarkan World Health Organization (WHO) menunjukkan, India menempati urutan pertama negara dengan jumlah kematian terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas. Sementara, Indonesia menempati urutan kelima.

Namun yang mencengangkan, Indonesia justru menempati urutan pertama peningkatan kecelakaan menurut data Global Status Report on Road Safety yang dikeluarkan WHO. Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan jumlah kecelakaan lalu lintas hingga lebih dari 80 persen. Di Indonesia, jumlah korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 120 jiwa per harinya. Tak berbeda jauh dengan di Nigeria, yang mengklaim 140 jiwa warganya tewas akibat kecelakaan setiap hari.

Sementara, angka kematian global saat ini tercatat mencapai angka 1,24 juta per tahun. Diperkirakan, angka tersebut akan meningkat hingga tiga kali lipat menjadi 3,6 juta per tahun pada 2030.

Seperti dilansir dari the Washington Post, menurut data terbaru Global Burden, di negara berkembang kecelakaan lalu lintas termasuk lima besar penyebab utama kematian di dunia. Melampaui HIV/AIDS, malaria, TBC, dan penyakit pembunuh lainnya. Para korban cenderung merupakan warga miskin, muda, dan kebanyakan laki-laki.

Pembunuh global yang paling mengancam dalam berlalu lintas adalah kendaraan bermotor. Menurut Spesialis Keselamatan Lalu Lintas di Bank Dunia Jose Luis Irigoyen, negara-negara miskin menyumbang 50 persen dari kemacetan lalu lintas di dunia. Mereka juga menyumbang 90 persen jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas.

Spesialis Transportasi Bank Dunia Mustapha Benmaamar punya cerita unik soal karut-marutnya tranportasi di ibu kota Jakarta. Dia menuturkan, di Jakarta kawanan pemotor berdengung keluar- masuk bagai busur panah membelah kemacetan di antara mobil, bus, dan truk. Tak sedikit yang berjalan di trotoar dan ugal-ugalan melawan arus, kemudian berhenti di bawah jalan layang ketika hujan. Tanda berhenti (lampu merah) mereka abaikan. Pejalan kaki pun tak dihormati.

Menurutnya, insiden kecelakaan lalu lintas di Jakarta seperti kecelakaan pesawat setiap pekan. Namun ironisnya, persoalan ini seperti tak menjadi masalah besar. "Ketika sebuah kecelakaan pesawat terjadi, itu menjadi berita besar. Tapi di sini, orang-orang ini mati dalam diam," kata dia.

Saat ini, menurutnya, ada lebih dari 60 juta sepeda motor di jalan-jalan di Indonesia. Jumlah tersebut terbilang spektakuler. Ini telah terjadi sejak dekade lalu saat kredit kendaraan tersedia dengan mudah untuk umum.

Kapolri Jenderal Sutarman mengakui angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia tinggi. Meski begitu, ia mengklaim, pihak kepolisian sudah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi angka kecelakaan. "Makanya, yang ada polisi di jalanan itu hanya di Indonesia, tetapi tingkat kedisiplinan masyarakat Indonesia dalam berlalu lintas itu kan sangat mengkhawatirkan," ujar Sutarman, Kamis.

Sutarman mengatakan, sebagian besar dari kecelakaan lalu lintas yang terjadi adalah kecelakaan sepeda motor. "Kenapa Indonesia korbannya banyak, karena mungkin kendaraan sepeda motor paling banyak di dunia itu di Indonesia. Di Cina itu yang produksi sepeda motornya besar, hampir tidak ada di jalanan, Jepang juga," katanya.

Untuk mengurangi angka kecelakaan, Sutarman mengatakan, pendidikan kedisiplinan sangat perlu diterapkan dan harus dimulai dari keluarga. Selain itu, pendidikan di sekolah maupun di tempat-tempat lain pun perlu digalakkan. "Orang-orang di beberapa daerah belum punya SIM naik motor, kemudian sudah tahu nggak boleh lewat ya contraflow, bahaya itu, dia tidak mengindahkan keselamatan," kata Sutarman.

Direktur Keselamatan Transportasi Darat Kementerian Perhubungan Gede Pasek mengatakan, berdasarkan catatan yang dia miliki, angka kematian di jalan raya sebetulnya menurun setiap tahun. Menurut data kepolisian, angka kecelakaan di jalan raya pada 2013 sebanyak 26.464 kasus, menurun dari 2012 sebanyak 29.544 dan 31.234 kasus pada 2010.

Untuk menekan angka kematian di jalan raya, Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperbaiki 68 titik rawan kecelakaan di seluruh Indonesia. "Soal geometri jalan diurusi oleh Kemen-PU, Kemenhub menangani rambu-rambu lalu lintas yang dibuthkan," lanjut Gede Pasek.

Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan, untuk menekan angka kecelakaan yang makin meningkat dari tahun ke tahun, pemerintah harus memperketat syarat mengantongi SIM.

Menurut Danang, penyebab tingginya angka kecelakaan bersumber dari dua sisi, yakni di hulu dan hilir. "Pertama kali masyarakat berinteraksi dengan kendaraan bermotor karena telah mendapatkan SIM," katanya kepada Republika.

Oleh karena itu, selain memperketat syarat mendapatkan SIM, sekolah-sekolah mengemudi juga harus terakreditasi. Dengan demikian, mereka yang telah mengantongi izin mengemudikan kendaraan bermotor memenuhi kualifikasi, baik dari sisi keahlian maupun pemahaman berlalu lintas.

Faktor yang bersumber dari hilir, lanjutnya, adalah penanganan pascakecelakaan. Guru besar bidang transportasi UGM ini menuturkan penanganan pascakecelakaan di Indonesia belum mencapai standar minimal. Akibatnya, angka kematian dan tingkat fatalitas karena kecelakaan makin tinggi. Di negara-negara maju jika terjadi kecelakaan, ambulans datang maksimal dalam jangka waktu 15 menit. "Di Indonesia tidak jelas kapan ambulans datang dan masyarakat tidak terlatih menolong korban pascakecelakaan," ujarnya menambahkan.

n c88/c85/c82 rep: gita amanda ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement