Jumat 24 Oct 2014 16:15 WIB

Jamaah Keluhkan Makanan di Hotel Transit

Red:

JEDDAH — Lagi-lagi, jamaah haji Indonesia mengeluhkan makanan yang disajikan untuk mereka. Kali ini, keluhan dilontarkan jamaah kloter 37 Embarkasi Solo karena makanan yang disajikan hotel transit mereka di Jeddah sangat tidak enak. Nasinya keras karena belum matang, terasa asin, dan lauk dagingnya terlalu pedas.

Kepala Seksi Katering dan Hotel Transito Daker Jeddah Iin Kurniawati pun mengakui hal itu. ''Nasinya belum matang dan rasanya asin, sepertinya diberi garam saat dimasak,'' kata Iin yang bersama timnya langsung mengecek makanan yang dikeluhkan tersebut di Hotel Sultan, Jeddah, Rabu (22/10). 

Iin menjelaskan, Kementerian Agama (Kemenag) selama ini selalu mensyaratkan semua perusahaan penyedia katering bagi jamaah haji Indonesia harus mempekerjakan koki dari Indonesia. "Khusus hotel transit, kontraknya adalah fullboard, jadi tidak dipersyaratkan koki dari Indonesia," katanya.  

Terkait kejadian ini, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi sudah menegur pihak hotel dan memanggil juru masak hotel yang terdiri atas orang Bangladesh dan Filipina.

Kepala Bidang Katering PPIH di Arab Saudi Elmiyati Masyhuri juga datang ke Hotel Sultan untuk memastikan kabar ini. Saat mencicipi sayur acar yang disajikan dalam boks sampel, Elmiyati terlihat mengernyitkan mata. "Aduh, ini acarnya asam sekali, cukanya kebanyakan sepertinya," katanya seperti dilansir Media Center Haji (MCH).

Selain rasa acarnya asam, sajian sayurnya juga kurang menarik. "Tapi, kalau rasa dagingnya enak. Hanya saja sangat pedas, kasihan jamaah.''

Elmiyati kemudian menugaskan pengawas katering Donny Riadi untuk memberikan pengetahuan singkat mengenai cita rasa masakan Indonesia kepada juru masak hotel, sekaligus mempraktikkan cara memasak ala Indonesia yang benar. 

Selama menginap di hotel transit, jamaah mendapatkan makan sebanyak tiga kali dengan menu yang berbeda. ''Selain daging dan sayur acar seperti menu makan siang ini, jamaah juga akan mendapat menu lain, yaitu ikan bumbu bali dan sayur tumis untuk makan malam serta ayam bumbu kecap dan tumis untuk sarapan," lanjut Elmiyati.

Kepala Seksi Sanitasi dan Surveilance Daker Jeddah Agus Djamaluddin sangat menyayangkan masalah makanan yang terjadi di Hotel Sultan. "Ini menunjukkan bahwa kemampuan mengolah makanan belum dikuasai (oleh juru masak hotel—Red)," kata Agus.

Ia menduga, hal itu karena juru masak harus mengolah makanan dalam jumlah begitu besar sehingga beberapa aspek terabaikan. "Selama ini mungkin hanya menangani sedikit. Begitu menangani yang lebih besar, dia tidak mampu.''

Agus kemudian menjelaskan tentang enam prinsip yang harus menjadi acuan dalam pengolahan makanan, yakni pemilihan bahan mentah, penyimpanan bahan mentah, cara pengolahan, penyimpanan makanan yang sudah matang, pengemasan ataupun pengangkutan, dan penyajian makanan.

"Dari semua itu yang tak kalah pentingnya orang yang memasak. Salah satu kriteria, orang tersebut harus punya kemampuan mengelola makanan dari aspek kesehatan, baru kemudian ilmu bagaimana mengolah makanan," kata Agus.

Ia menyebut, dapur katering Al Mazroi yang akan menangani kebutuhan makan bagi 5.000 jamaah di Hotel Dywan Al Aseel perlu melakukan sejumlah perbaikan. Di dapur itu, ia melihat peralatan masak dan pemadam kebakaran ringan diletakkan sembarangan. ''Juga, masih ada lalat yang masuk. Seyogianya dapur katering ada air cartin atau plastik untuk menghalau lalat.''

Masalah makanan di hotel transit juga menyedot perhatian Kepala Daker Jeddah Ahmad Abdullah Yunus. Ia pun menyarankan, untuk penyelenggaraan haji tahun mendatang, urusan makan jamaah di hotel transit harus melibatkan Subdit Katering Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, seperti halnya pengadaan katering di bandara, Madinah, dan Armina. n ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement