Jumat 10 Oct 2014 12:00 WIB

Lukisan Cap Tangan Tertua Berasal dari Maros

Red:

Di mana lukisan gua tertua di dunia? Sebelum Kamis (9/10) para arkeolog meyakini lukisan gua paling uzur berasal dari sebuah ceruk batu di El Castillo, Kota Puente Viesgo, Cantabria, Spanyol. Di ceruk ini dan gua-gua di sekitarnya yang terkenal dengan kompleks Monte Castillo, arkeolog menemukan lukisan cap tangan berwarna cokelat kemerah-merahan dan motif lainnya yang umurnya sekitar 40 ribu tahun yang lalu (tyl).

Penemuan-penemuan lukisan gua yang sangat cantik seperti di Altamira, Spanyol, (20 ribu tyl); Lascaux, Prancis, (20 ribu tyl); dan Chauvet, Prancis, (32 ribu tyl); membuat Eropa menjadi pusat penelitian bidang ini. Eropasentris pun lahir dalam bidang seni lukis batu (rock art).

Namun, penemuan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, mengubah asumsi tentang lukisan gua tertua di dunia di atas. Di kota kecil ini, Maros hanya seluas 1.619 kilometer persegi, tim arkeolog Australia dan Indonesia berhasil mengurai umur lukisan gua Maros dan hasilnya mengejutkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Raisan Al Farisi

Peneliti dari Griffiths University Australia, Dr. Maxime Aubert dalam video yang menjelaskan mengenai penemuan arkeologi berupa lukisan dinding gua saat konferensi pers di Pusat Arkeologi Nasional, Jakarta Selatan, Kamis (9/10).

"Lukisan itu warnanya ada yang merah dan hitam. Diperkirakan umur lukisan  antara 38 ribu-40 ribu tyl," kata arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Muhammad Ramli, dalam jumpa pers di Pusat Arkeologi Nasional, Kamis (9/10) pagi.

Penemuan umur lukisan gua di luar Eropa yang mencapai 40 ribu tahun ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Hasil penelitian 10 peneliti Indonesia dan Australia pun menjadi sorotan utama majalah bergengsi internasional Nature edisi 9 Oktober.

Majalah sains ini memberi judul 'Ice Age Art in the Tropics, Indonesia cave paintings show figurative art present at opposite ends of the late Pleistocene World'. Nature memajang gambar lukisan gua khas Maros yaitu seekor babi rusa dan cap tangan.

"Lukisan cap tangan itu diperkirakan berumur 39,9 ribu tyl. Menjadikannya sebagai lukisan cap tangan tertua di dunia," kata Maxime Aubert dari Griffith University, Queensland, Australia, kepada BBC.

Dalam papernya di Nature, para peneliti menjelaskan lukisan Maros ini memberi pemahaman baru mengenai asal-usul seni purba manusia. Awalnya, karena lukisan gua banyak muncul di Eropa, maka arkeolog beranggapan lukisan gua menyebar dari Eropa ke daerah lain.

Penemuan Maros merontokkan argumen ini. Di Maros, ternyata pada 39 ribu tyl seniman lokal sudah bisa membuat lukisan gua yang figuratif dan realis. Lukisan binatang menjadi contohnya. Kemudian, lukisan cap tangan. "Karena itu sangat mungkin (teori) seni lukis gua menyebar di seluruh dunia secara independen pada saat yang sama," demikian Jurnal Nature.

Bagaimana para peneliti berhasil memecahkan masalah umur lukisan gua di Maros? Ini salah satu poin yang menarik. Peneliti menggunakan metode uranium dating terhadap kerak air yang membatu di atas lukisan gua. Secara sederhananya seperti ini: Masyarakat Maros dahulu kala melukis di dinding gua. Lukisan itu karena gejala alam gua teraliri oleh tetesan air. Air yang menetes meninggalkan sedimen kerak di atas lukisan gua.

Sedimen kerak inilah yang diambil oleh para peneliti untuk diteliti. Ternyata lewat metode uji uranium di dalam sedimen itu peneliti bisa mendapat angka umur lukisan. Tercatat, peneliti mengambil sampel 19 collaroid (kerak batu) dari 12 lukisan cap tangan, dua lukisan hewan.

Lukisan tertua, yaitu cap tangan berasal dari Gua Leang Timuseng dengan umur 39,9 ribu tyl. Sementara lukisan babi rusa berumur sekitar 35 ribu tyl. "Ini menjadi salah satu bukti paling tua Sulawesi sudah diduduki oleh manusia pada periode itu," demikian Nature.

Arkeolog Balai Arkeologi Makassar Budi Hakim menambahkan, lukisan cap tangan ternyata meninggalkan warisan budaya di masyarakat Sulawesi. Terbukti warga Bugis Makassar suka membuat cap tangan saat membangun rumah baru.

Maros adalah salah satu surga situs lukisan gua di Indonesia. Di kawasan bukit kapur ini ada sekitar 93 gua yang dilukis. Motif lukisannya, antara lain, cap tangan manusia, binatang, seperti babi, anoa, dan burung, perahu, dan bentuk geometris seperti garis. Lukisan ini berada di dinding gua maupun di langit-langit gua. Dilukis dengan warna merah, cokelat, dan hitam. Umur okupasi gua-gua di Maros berdasarkan analisis karbon antara 31-35 ribu tyl.

Meski demikian, lukisan gua di Maros masih menyisakan misteri. Peneliti belum menemukan siapa yang melukis gua di kawasan Maros. Baru ditemukan gigi manusia yang berasal dari jenis Homosapiens ras astromelanesid. Selain itu, kelestarian lukisan gua di Maros pun terancam oleh industri marmer. Warga bahkan kerap membakar jerami di dalam gua yang sebetulnya harus dilindungi itu. Arkeolog meminta pemerintah tegas menjaga kelestarian situs lukisan gua Maros. rep:c73/dyah ratna meta novia ed: stevy maradona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement