Kamis 28 Aug 2014 13:00 WIB

Palestina di Ambang Kemerdekaan

Red:

Selasa (26/8) pukul 19.00 waktu Gaza menjadi momentum yang tak akan dilupakan warga Jalur Gaza, Palestina. Pada pukul itu, Pemerintah Mesir mengumumkan telah tercapainya gencatan senjata permanen antara Palestina dan Israel.

Kabar ini melahirkan kembali jutaan harapan yang selama ini seolah menjadi mimpi setiap warga Palestina, khususnya penduduk Gaza. Kini, Palestina memasuki pintu kebebasan dari ancaman dan ketakutan agresi militer Israel yang bisa terjadi kapan saja.

Beberapa saat setelah kabar kesepakatan gencatan senjata permanen tersiar, ratusan warga Gaza turun ke jalan. Mereka bergembira merayakan kemenangan besar tersebut. Beberapa anggota pasukan Hamas menebar tembakan ke udara. Suara tembakan itu seolah musik yang mengiringi teriakan gembira warga Gaza yang menari-nari di tengah jalan raya.

Tak hanya di Gaza, luapan kegembiraan juga terlihat di Tepi Barat. Mereka bersuka-cita menyambut kesepakatan gencatan senjata permanen selayaknya merayakan hari besar keagamaan.

Hamas pun mengumumkan kemenangan dan mengucapkan selamat kepada seluruh rakyat Palestina atas perjuangan untuk mengakhiri agresi Zionis Israel di Gaza. "Tuntutan Palestina telah terpenuhi. Saya ucapkan selamat pada seluruh rakyat Palestina dan bangsa Arab atas kemenangan kita. Hamas juga akan terus berjuang untuk Palestina setelah pertempuran berakhir," ujar Juru Bicara Hamas Sami Abu Zuhri dalam konferensi pers, seperti dilansir Maan News, Selasa (26/8).

Zuhri menyatakan, para pemukim Israel yang tinggal di perbatasan Gaza dapat kembali ke rumah mereka setelah gencatan senjata berlaku. Mereka tak perlu lagi khawatir Hamas akan meluncurkan roketnya membalas serangan militer Israel.

Juru Bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric menyatakan, Sekjen PBB Ban Ki-moon berharap gencatan senjata jangka panjang ini menjadi awal proses politik yang lebih maju. "Kesepakatan ini sebagai satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian yang bertahan lama," ujar Dujarric.

Gencatan senjata yang dimediasi Mesir menandai akhir dari blokade Israel terhadap Gaza. Kesepakatan juga menyetujui perluasan batas wilayah perairan Gaza dari tiga mil menjadi enam mil, pembukaan pintu perbatasan di Rafah, pembangunan kembali infrastruktur yang hancur, pengurangan zona keamanan Israel di perbatasan dari 300 meter menjadi 100 meter.

"Kami akan mulai membangun kembali pelabuhan dan bandara. Jika mereka menyerang pelabuhan kami, akan kami serang, dan jika mereka menyerang bandara, kami akan serang mereka lagi," kata tokoh senior Hamas Mahmud al-Zahar yang tampil ke publik setelah gencatan senjata berlaku, seperti dikutip dari Aljazirah. Adapun mengenai pertukaran tahanan, masuk dalam agenda substansi yang akan dibahas dalam pertemuan lanjutan di Kairo.

Diplomat Dewan Keamanan PBB juga sudah mengajukan gagasan mekanisme pemantauan terkait pelanggaran gencatan senjata dan memverifikasi arus barang ke Jalur Gaza. Dewan Keamanan PBB mengakhawatirkan, tanpa ada verifikasi yang tepat dari ketentuan gencatan senjata, perang akan dengan mudah tersulut kembali. Sebuah dokumen yang diprakarsai oleh Inggris, Prancis, dan Jerman menyerukan agar Ban Ki-moon segera memberikan proposal terkait mekanisme dan upaya rekonstruksi besar-besaran di Gaza.

Presiden Palestina Mahmud Abbas mengatakan, kondisi Gaza saat ini sudah di luar imajinasi setiap manusia. Bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza akibat agresi militer Israel selama 50 hari terakhir meluluhlantakkan sarana dan prasaranan publik. Palestina, kata Abbas, meminta bantuan internasional untuk merekonstruksi Gaza setelah kesepakatan gencatan senjata permanen dicapai.

Abbas mendesak agar negara donor internasional memberikan bantuannya bagi warga Gaza. Abbas juga menekankan perlunya setiap faksi Palestina untuk bergerak maju dengan rencana rekonsiliasi nasional.

Pemimpin senior Hamas Abu Marzouq menambahkan, kesepakatan gencatan senjata permanen dibarengi dengan persetujuan pembukaan pintu perbatasan di Gaza. Pembukaan ini akan memungkinkan bantuan kemanusiaan serta bahan-bahan lain masuk ke Gaza.

Saat ini, pintu perlintasan Kerem Shalom dan Erez telah beroperasi. Adapun tiga penyeberangan lainnya akan dioperasikan secepatnya. Menurut Marzouq, perluasan wilayah perikanan yang juga menjadi tuntutan Hamas pada Israel telah disetujui. Nelayan Gaza dibolehkan melaut sejauh enam mil di perairan Mediterania dan secara bertahap ditingkatkan hingga 12 mil pada akhir tahun ini.

"Israel juga setuju menghentikan pembunuhan yang ditargetkan pada aktivis Hamas. Pembukaan perbatasan Rafah secara permanen juga akan segera dibicarakan," ujar Marzouq, dilansir Maan News. Negosiasi akan terus berlanjut selama satu bulan ke depan untuk mendiskusikan tuntutan yang belum terselesaikan. n c64/c66 ed: eh ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement