Sabtu 23 Aug 2014 12:30 WIB

Pelaku Pasar Optimistis Pemerintahan Baru

Red: operator

JAKARTA -Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai perselisihan hasil pemilihan umum Pilpres 2014 direspons positif pelaku pasar dan pebisnis.

Kepastian legal formal keputusan Komisi Pemilihan Umum yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memang di tunggu pelaku pasar.

Ekonom senior BNI Ryan Kiryanto mengatakan, respons positif pelaku pasar karena mereka optimistis dengan pemerintahan baru. "Pasangan capres dan cawapres terpilih dinilai sesuai dengan ekspektasi publik," kata Ryan, Jumat (22/8).

Menurut Ryan, tren rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ke depan akan menguat.

Alir an modal asing pun akan makin kencang. Investasi juga diprediksi bakal melonjak. Alhasil, proyeksi pertumbuhan ekonomi

Pelaku Pasar Optimistis Pemerintahan Baru

2015 akan lebih baik.

Namun, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono mengakui, penguatan rupiah dan IHSG itu tidak optimal. Proses hukum Pilpres 2014 yang panjang, kata Tony, mem buat momentum bagi indeks dan rupiah melonjak menjadi hilang."Momentum untuk melonjak pesat pun hilang," katanya.

Menurut Tony, momentum bagi rupiah untuk kembali menguat bisa terjadi ketika Jokowi dikukuhkan sebagai presiden. Syaratnya, kabinet bentukan Jokowi memiliki komposisi yang bagus dan tepat.

Sehari setelah pengumuman MK yang menolak gugat an pasangan Prabowo SubiantoHatta Rajasa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI di buka menguat, Jumat. Namun, dalam penutupan perdagangan Jumat, IHSG ditutup melemah 7,24 poin atau 0,14 persen menjadi 5.198,89.

Tony memprediksi, ke depan tren kurs rupiah akan menguat ke Rp 11.200 per dolar AS. Kendati dia mengaku sulit bagi rupiah menembus level Rp 11 ribu per dolar AS karena beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik yang mencapai sekitar Rp 350 triliun. "Angka ini, menurut pa sar, sudah tidak masuk akal sehingga APBN tidak kredibel," kata Tony.

Kemarin, jumlah saham yang diperdagangkan di BEI mencapai 5,24 miliar lembar saham senilai Rp 5,6 triliun de ngan frekuensi 191.205 kali transaksi. Adapun kurs rupiah menguat pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) ke level Rp 11.654 per dolar AS, Jumat. Pada Kamis (21/8), nilai tukar rupiah per dolar AS sebesar Rp 11.717.

Penguatan rupiah ini, kata ekonom BCA David Sumual telah diantisipasi oleh pelaku pasar sebelumnya. "MK bu kan lagi menjadi isu karena sudah dalam ekspektasi. Mungkin sedikit berpengaruh, tapi tidak signifikan," kata David.

Penguatan rupiah kali ini lebih didorong oleh perkembangan perekonomian nasional. Defisit neraca transaksi ber jalan yang masih membengkak menjadi sentimen yang memengaruhi. Namun, defisit tersebut dia nilai masih sesuai ekspektasi.

Menurut David, perge rakan rupiah ke depan masih akan dipengaruhi oleh defisit transaksi berjalan. Dari sisi politik, pergerakan rupiah akan sedikit banyak dipengaruhi struktur kabinet dan sosok menteri yang mengisi portofolio kabinet, terutama di bidang ekonomi. "Ekspektasinya kanpemenang akan merampingkan kabinet. Kita lihat seperti apa," ujar David.

Chief of Economist PT Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra mengatakan, setelah keluar keputusan MK, situasi menjadi lebih baik. "Ketidakpastian mulai berkurang dari sisi politik. Tinggal tunggu kabinet barunya nanti apakah sesuai ekspektasi pa sar." Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Harta ti mengakui pasar menyambut positif pengumumam MK.

Na mun, katanya, ini baru merupakan syarat perlu. Syarat wajibnya adalah bagaimana pemerintahan baru nanti mengeluarkan kebijakan yang proinvestasi.

Putusan MK diharapkan pendiri Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) M Hatta Sinatra membawa iklim usaha menjadi lebih baik. "Siapa pun yang menjadi presiden, mereka pasti menginginkan yang terbaik bagi Indonesia. Semoga saja putusan MK ini bisa menjadi awal yang baru," katanya.Menurutnya, kalau konfliknya berke panjangan, bisa jadi investor enggan masuk. rep:Ichsan Emrlad Alamsyah/Friska Yolandha/ahmad islamy jamil/c88 ed:nur hasan murtiaji

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement