Selasa 05 Aug 2014 16:00 WIB

Tujuh Sekolah PBB Dibom Israel

Red:
Maha al-Sheikh Khalil(7), kiri, menerima hadiah oleh seorang pekerja amal berpakaian sebagai beruang untuk liburan Idul Fitri di tempat tidur rumah sakit di Kota Gaza, di Jalur Gaza utara, Senin, 28 Juli, 2014.
Maha al-Sheikh Khalil(7), kiri, menerima hadiah oleh seorang pekerja amal berpakaian sebagai beruang untuk liburan Idul Fitri di tempat tidur rumah sakit di Kota Gaza, di Jalur Gaza utara, Senin, 28 Juli, 2014.

GAZA CITY -- Serangan brutal militer Israel terhadap sejumlah sekolah milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jalur Gaza disebut sebagai kebiadaban moral dan aksi kriminal. Sudah tujuh sekolah PBB diserang Israel dalam agresinya ke Gaza sejak 8 Juli lalu.

Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan, pelaku pengeboman sekolah PBB yang menewaskan warga Gaza itu sebagai aksi kekerasan yang melanggar hukum kemanusiaan internasional. Ban pun meminta Israel bertanggung jawab. "Militer Israel sebenarnya telah diberi tahu berkali-kali mengenai lokasi sekolah PBB itu," kata Ban dalam pernyataan yang dikutip the Guardian, Senin (4/8).

Pada Ahad (3/8), serangan jet tempur Israel menewaskan warga yang sedang mengantre membeli makanan di halaman depan sekolah PBB di Rafah, wilayah selatan Gaza. Serangan ini menewaskan 10 orang dan melukai 30 lainnya.

Sejumlah saksi mata mengungkapkan, bom itu meledak pukul 10.30 pagi di luar gerbang sekolah persiapan khusus untuk anak laki-laki. Saat itu, sekelompok anak dan orang dewasa mengantre membeli kue.

Pada Rabu (30/7), jet tempur Israel mengebom sekolah PBB di Jabaliya, utara Gaza, yang menewaskan 16 orang dan 90 lainnya terluka. Pekan sebelumnya, 15 warga Gaza tewas dan 200 lainnya terluka akibat serangan Israel mengenai sekolah PBB di Beit Hanun. Saat itu, tempat bermain anak-anak sedang dipenuhi anggota keluarga yang mengungsi dengan asumsi lokasi tersebut tempat teraman dari serangan tentara Zionis.

Secara keseluruhan selama 28 hari agresi Israel ke Gaza, sudah tujuh sekolah milik PBB menjadi sasaran rudal dan mortar Israel. Juru Bicara Militer Israel sebelumnya menyalahkan Hamas yang menembakkan roket dari sekitar lokasi sekolah PBB.

Mohammed Abu Adwan (15), salah seorang korban serangan di Rafah, menceritakan, saat itu dia bersama kawannya, Moaz Abu Rus, duduk santai di depan gerbang sekolah.

"Suasananya normal saja. Beberapa anak membeli pemanis dan makanan lainnya. Tiba-tiba, terjadi ledakan. Saya terkena pecahan bom," ujarnya. Temannya, yang juga berusia 15 tahun, tewas dalam serangan itu.

Fatih Firdbari (30) berada di luar sekolah ketika ledakan terjadi. "Saya tak merasakan apa-apa sesaat ketika bom meledak dan kemudian saya terjatuh," kata Fatih.

"Ketika saya lihat sekitar, orang-orang bergelimpangan. Saya juga terluka di betis." Fatih berprofesi sebagai petani yang saat itu hendak menengah tanahnya di dekat perbatasan dengan Mesir.

Satu jam setelah ledakan, korban bom tergeletak di pelataran sekolah dalam kondisi penuh darah. Salah seorang korban termasuk berusia 13 dan 10 tahun yang bermukim di dekat sekolah itu. Keduanya sedang menjajakan makanan.

Presiden Prancis Francois Hollande menyebut penyerangan sekolah PBB sebagai hal yang tak dibenarkan. Pelanggaran ini, katanya, harus ditindak segera. Juru Bicara Kemenlu Amerika Serikat Jen Pskai mendesak agar penyelidikan terhadap serangan itu dapat dilakukan secara cepat.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta maaf terjadinya serangan kepada warga sipil. "Kami tidak bermaksud menyerang warga sipil di Gaza. Hal ini tak sengaja kami lakukan," kata Netanyahu, dilansir Reuters.

Langgar gencatan senjata

Pada Senin (4/8), Israel mengumumkan gencatan senjata terbatas untuk bantuan kemanusiaan yang berlaku dari pukul 10.00 hingga 17.00. Gencatan itu tak berlaku di wilayah Rafah bagian timur yang saat itu masih berlangsung pertempuran.

Namun, gencatan senjata tujuh jam itu justru dilanggar Israel sendiri. Menurut Ma'an News Agency, baru beberapa menit berlangsung, serdadu Zionis menewaskan Aseel Muhammad al-Bakri, gadis kecil berusia delapan tahun, dan melukai 30 lainnya.

Ini bukan kali pertama Israel melanggar gencatan senjata yang disepakatinya. Sebelumnya, kesepakatan gencatan senjata tiga hari hanya berlangsung lima jam karena Israel kembali menggempur Gaza saat mengetahui tiga serdadunya tewas di Rafah dalam baku tembak dengan pejuang Hamas, Jumat.

Namun, Hamas tak percaya begitu saja terhadap gencatan senjata itu. Hamas mengimbau agar seluruh warga Gaza tetap berhati-hati selama gencatan senjata.

"Gencatan senjata sepihak yang diumumkan Israel merupakan upaya untuk mengalihkan perhatian dunia dari aksi pembantaian yang dilakukan terhadap warga Gaza selama ini," ujar Juru Bicara Hamas, Sami Abu Zahri, dikutip dari AFP.

Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, ada 1.830 warga Gaza tewas, terdiri 1.012 laki-laki, 180 perempuan, 364 anak-anak, dan 70 manula. Sedangkan korban luka mencapai 9.370, terdiri dari 4.092 laki-laki, 1.736 perempuan, 2.662 anak-anak, dan 340 manula.

Militer Zionis juga melancarkan serangan terhadap 72 wartawan dan 57 staf medis di Gaza. Gempuran Israel juga menghancurkan 9.540 rumah warga, 108 masjid, 172 sekolah, dan 178 bangunan pelayanan serta fasilitas publik. rep:c64/c66/dessy suciati saputri/c73/ap/reuters ed: nur hasan murtiaji

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement