Jumat 01 Aug 2014 14:00 WIB

Argentina Ngemplang Bayar Utang

Red:

BUENOS AIRES -- Pemerintah Argentina menolak untuk membayar utang luar negerinya kepada para kreditor dalam pertemuan yang digelar di New York, Amerika Serikat, Rabu (30/7). Penolakan bayar utang ini menjadikan Argentina berstatus gagal bayar alias default untuk kali kedua dalam 13 tahun terakhir. Argentina pernah mengalami hal serupa pada 2001.

Argentina memiliki utang dalam bentuk obligasi yang jatuh tempo sebesar 1,3 miliar dolar AS kepada para kreditor. Mereka adalah investor vulture fund, istilah bagi investor yang membeli obligasi negara-negara saat dalam krisis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Carlo Allegri/Reuters

Jumpa pers Menteri Ekonomi Argentina

Axel Kicillof, Rabu (30/7).

Pertemuan dengan para pemegang obligasi itu berakhir tanpa kesepakatan dengan penegasan Pemerintah Argentina untuk tetap menolak membayar utang yang batas waktunya berakhir pada 30 Juli 2014. Argentina memilih untuk bertahan dengan alasan tidak mau diperas para pemegang surat utang.

Argentina berharap pembayaran utang bisa diselesaikan secara bertahap, walaupun para hedge funds holdings (pemilik obligasi) memaksa Argentina membayar semua utang secara langsung. "Argentina menuding para kreditor itu memanfaatkan masalah utang untuk mendapatkan keuntungan yang besar," demikian yang dilaporkan BBC, Kamis.

Pada Rabu malam, Menteri Ekonomi Argentina Axel Kicillof mengatakan, para investor telah menolak tawaran kompromi pemerintah. "Kami tak akan meneken kesepakatan yang membahayakan masa depan seluruh rakyat Argentina," kata Kicillof saat jumpa pers di New York, Rabu malam. "Argentina tetap tenang karena besok hanyalah hari yang lain dan dunia akan terus berputar."

Para hedge funds itu tak menerima usulan Argentina, meski Kicillof tak memerinci detail proposal yang ditawarkan. Padahal, Argentina saat ini sedang berjuang menghadapi resesi, kelangkaan dolar AS, dan salah satu negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia yang mencapai 11,9 persen. Sejauh ini belum ada komentar dari para kreditor.

Para investor hedge funds itu adalah grup kreditor asal Amerika Serikat yang membeli surat utang dengan harga murah. Mereka tak pernah menerima keputusan restrukturisasi utang yang sebenarnya disetujui oleh sebagian besar para pemegang obligasi yang lain.

Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner mengecam dan menyebut mereka, termasuk Aurelius Capital Management dan NML Capital, sebagai investor pemakan bangkai (vulture funds). Alasannya, mereka mengambil kesempatan ketika Argentina berada di masa kesulitan ekonomi.

Setelah penolakan bayar utang, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's menurunkan peringkat kredit mata uang asing Argentina menjadi selective default. Penurunan peringkat ini karena kegagalan pembayaran bunga utang kepada para kreditor tersebut.

Kicillof menanggapi santai rating Standard & Poor's itu. "Siapa yang memercayai lembaga pemeringkat? Siapa yang berpikir mereka wasit yang adil dalam sistem keuangan?" katanya.

Kalangan analis pasar keuangan di Wall Street melihat default atas utang dari total 30 miliar dolar AS itu tidak memengaruhi pasar finansial global. Mereka beralasan, penolakan bayar utang Argentina ini lebih dilatarbelakangi masalah teknis pembayaran, bukan fundamental ekonomi dan kisruh politik seperti pada 2001.

Apalagi, perekonomian Argentina pada 2014 ini jauh lebih baik ketimbang 13 tahun lalu ketika negeri itu mencatat hiperinflasi hingga ratusan persen. Belum lagi produk domestik bruto yang anjlok hingga 25 persen.

Dari data Wall Street, dari sisi angka pengangguran, pada 2001 mencapai 19,2 persen dari total angkatan kerja. Pada 2014, angka pengangguran tercatat hanya 7,1 persen.

Dari kinerja pertumbuhan ekonomi, pada 2001 Argentina mengalami kontraksi ekonomi hingga -4,4 persen. Pada tahun ini, kontraksi ekonomi hanya -0,2 persen.

Investor global memandang gagal bayar utang Argentina ini terjadi bukan karena masalah fundamental ekonomi Argentina. "Tapi, lebih karena masalah kesepakatan yang gagal dicapai sehingga Buenos Aires tidak memiliki keinginan untuk membayar utang itu," kata analis BMO Private Bank Jack Ablin seperti dikutip USA Today.

Argentina, kata Jack, memiliki kemampuan membayar cicilan dan pokok utang luar negerinya dalam bentuk obligasi yang direstrukturisasi. Investor, jelas dia, tidak melihat tanda-tanda ada persoalan serius pada sistem finansial Argentina.

Total utang luar negeri Argentina mencapai 200 miliar dolar AS yang semuanya dalam mata uang asing. Sebanyak 30 miliar dolar utang dalam bentuk obligasi yang sudah direstrukturisasi dengan kewajiban cicilan yang harus dibayar sekitar 500 juta dolar AS. rep:elba damhuri/ichsan emrald alamsyah/reuters ed: nur hasan murtiaji

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement