Kamis 17 Jul 2014 13:00 WIB
hikmah

Lailatul Qadar

Red:

Oleh:Haedar Nashir -- Pada bulan Ramadhan setiap Muslim mencari dan berusaha menemukan nilai tertingi dalam keberagamaannya. Di bulan penuh berkah itu, Allah SWT memaklumatkan  Lailatul Qadar, yakni malam kemuliaan.

Sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS al-Qadr: 1-5).

Pada ayat tersebut, Allah menerangkan keutamaan Lailatul Qadar, yakni suatu malam yang memancarkan cahaya hidayah sebagai permulaan tasyri' yang diturunkan untuk kebahagiaan manusia. Malam tersebut juga sebagai peletakan batu pertama syariat Islam, sebagai agama penutup bagi seluruh umat manusia, yang sesuai dengan kemaslahatan sepanjang zaman.

Malam tersebut lebih utama dari seribu bulan, untuk bebas dari segala dosa dan kesesatan, serta meraih nilai tambah dalam beribadah dan pahala. Itulah makna malam kemuliaan, sebagaimana penjelasan dalam Tafsir Departemen Agama.

Sayyid Qutb menjelaskan, Lailatul Qadr adalah malam yang dijanjikan dan disaksikan serta dicatat oleh seluruh wujud dengan penuh kegembiraan, semangat, dan kekhusyukan. Malam perhubungan mutlak antara bumi dan alam tertinggi. Malam permulaan turunnya Alquran ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Malam perisiwa agung yang bumi tidak pernah menyaksikan malam seperti itu dalam keagungan, petunjuk, dan dampaknya terhadap kehidupan semua manusia. Keagungan yang tidak mampu dijangkau oleh pengetahuan manusia (al-Qadr: 1-3).

Pada malam kemuliaan itu, melimpah cahaya yang tenang, halus, indah, dan penuh kasih sayang dari Allah SWT. Juga cahaya para malaikat dan malaikat Jibril, yang datang dan pergi sepanjang malam  antara bumi dan langit tertinggi (al-Qadr: 4). Malam yang mengepakkan sayapnya ke seluruh semesta dan ruh-ruh yang berjalan di malam itu, yakni malam yang penuh kesejahteraan hingga terbit fajar (al-Qadr: 5). 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Raisan Al Farisi

Itikaf Malam 17 Ramadhan, malam Lailatul Qadar

 

Tentang malam kemuliaan, banyak ragam penafsiran, tetapi semuanya menembus wilayah ruhaniah yang tak terjangkau nalar verbal. Secara syariat, ia malam diturunkannya Alquran, hadir pada bulan Ramadhan yang di dalamnya kewajiban berpuasa dimaklumatkan, serta segala rangkaian ibadah diperintahkan dan disunahkan dengan janji pahala berlipat ganda.

Namun, hakikat dan makrifat terdalam dari Lailatul Qadar itu hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Manusia beriman hanya berusaha menjalani malam yang penuh makna hakikat dan makrifat itu tanpa diketahui kapan persisnya, dengan melakukan ibadah dan kepasrahan diri secara total dan khusyuk.

Dengan ruhani alqadar, lakukan seluruh ibadah dengan penuh ketulusan menembus ranah syariat menuju hakikat dan makrifat agar menemukan esensinya yang utama guna meraih ridha dan karunia-Nya. Jadikan setiap malam di bulan penuh berkah itu untuk membongkar seluruh penyakit batin, seperti egoisme, gila kuasa, takabur, tamak, dan segala angkara murka yang selama ini membelenggu jiwa menuju insan yang saleh secara autentik. Alqadar bagi setiap Muslim laksana mikraj ruhaniah ke puncak tertinggi untuk meraih serbakemuliaan dan memancarkannya dalam kehidupan yang serbautama.

Maka, jadikankah setiap malam Ramadhan yang diselimuti Lailatul Qadar itu sebagai malam kemuliaan dengan menembus alam tertinggi melalui habluminallah yang tulus, khusyuk, dan total dengan segala ketundukan kepada-Nya sehingga menjadi insan yang selalu dekat dengan-Nya secara autentik.

Pada saat yang sama pancarkan segala kebaikan yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya untuk menyebarkan segala benih kemuliaan dalam relasi habluminannas yang serbasaleh sepanjang hayat.

Wallahu a'lam bish shawwab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement