Selasa 15 Jul 2014 13:37 WIB

Fariz Mehdawi, Duta Besar Palestina untuk Indonesia: Mereka Melakukan Pembersihan Etnis

Red:

Militer Israel terus membombardir Jalur Gaza, Palestina. Sudah 173 warga Gaza menjadi korban agresi militer Israel, 1.230 orang lainnya terluka. Bagaimana kondisi Gaza terkini, berikut wawancara wartawan Republika, Dessy Suciati Saputri dan Yeyen Rostiyani, dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi.

Bagaimana situasi terakhir di Gaza?

Anda bisa mengetahui sendiri kondisi di Gaza masih memanas. Operasi militer Israel masih berlanjut dan kami berupaya menghentikan situasi ini. Jumlah korban juga semakin bertambah. Sekitar 5.000 anak mengungsi dan lebih dari satu juta orang terluka dan perlu dirawat.

Peringatan penghancuran rumah (warga Gaza) hanya dikirimkan melalui pesan SMS atau telepon sebelum mereka menghantam wilayah kami. Warga tidak dapat segera evakuasi. Ini adalah agresi. Israel telah melanggar hukum internasional.

Hari ini kami melakukan pertemuan di Kairo untuk memberikan surat resmi perlindungan dari PBB. Kami membutuhkan pasukan PBB untuk melindungi warga di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem karena Israel tidak bertanggung jawab atas keselamatan warga dan mereka seperti melakukan pembersihan etnis. Tugas PBB menjaga perdamaian dan kestabilan. Namun, mereka gagal melakukannya di Suriah, Iran, Afghanistan, dan sekarang di Palestina.

Negara-negara Arab tidak bertindak cukup terhadap Palestina?

Lihatlah situasi di Arab. Di Suriah, ada lebih dari tiga juta pengungsi. Negara-negara Arab lainnya juga memiliki masalah sendiri. Mereka tak bisa memberi bantuan dan Anda masih menyalahkan mereka? Ini sangat tak adil.

Saya tidak membela mereka. Akan tetapi, mereka dalam situasi buruk untuk membantu kami. Itulah mengapa kami menginginkan Indonesia, Malaysia, Turki membantu kami. Kalian dalam posisi dan situasi yang lebih baik.

Banyak warga Indonesia ingin mendonasikan hartanya, Indonesia telah banyak bertindak untuk Palestina. Kami membutuhkan doa kalian, dukungan kalian.

Ini adalah agresi oleh militer Israel. Israel melawan warga Palestina. Ini bukan konflik dua pihak militer. Rakyat kami bersatu, berani, dan tak gentar. Kami tahu tujuan kami. Kami bertempur untuk berjihad, memperjuangkan kehormatan, mempertahankan tanah kami.

Kami tak sebanding dengan militer Israel karena kami tak memiliki militer dan peralatannya. Namun, kami bisa bertempur kembali dan berjanji kami akan bertahan. Ini yang warga Gaza lakukan.

Kami tak sendiri di sini. Kami mendapat dukungan saudara kami di Arab, Afrika, Asia, Uni Eropa, dan Amerika, bahkan juga Israel. Ada beberapa warga Israel yang membela Palestina. Konflik ini juga bukan berdasarkan konflik agama. Ini soal keadilan dan ketidakadilan.

Warga kami bertempur demi kemerdekaan. Jadi, kami lebih kuat secara politik. Kami lebih memiliki moral dan kami tidak terisolasi seperti Israel. Namun, tentu saja kami tidak mengabaikan penderitaan warga kami dan di saat yang sama kami berjuang atas pendudukan Israel.

Ada rencana agar Pemerintah Indonesia membuka kantor perwakilan di Palestina?

Level kedudukan diplomasi dua negara sama-sama di level kedutaan besar. Kita sudah memiliki level kedutaan. Ini bukan masalah membuka kantor kedutaan atau tidak. Ini hanya masalah kepraktisan. Kami memiliki diplomatik antara Indonesia dan Palestina.

Kami memiliki kedutaan, kami punya menteri, dan kami punya presiden. Kami punya semuanya. Akan tetapi, kami tak dapat mengendalikan perbatasan.

Apabila Indonesia membuka kedutaannya dengan cara seperti ini, akan sulit bagi kami menjamin mereka melakukan diplomasi ke manapun mereka mau. Pengalaman dua tahun lalu ketika Israel sangat bertindak kasar dan tidak mengizinkan Marty Natalegawa pergi menemui anggota komite Palestina di Ramallah.

Mereka mengatakan, menteri luar negeri Malaysia, Indonesia, Aljazair tidak diizinkan. Ini yang tak kami inginkan bagi duta besar Indonesia jika Anda membuka kedutaan di Ramallah. Anda telah memiliki konsulat untuk Palestina di Ramallah sejak dua bulan lalu. Presiden Mahmud Abbas sudah menerima surat kepercayaan dari Dubes Indonesia untuk Palestina di Ramallah.

Apa yang terjadi dengan two state solution?

Two state solution masih ada dan masih diharapkan. Namun, negosiasi terhenti sejak April. Jika AS, Eropa, PBB, dan Iran mengajukannya, menurut kami masih bisa dilakukan. Ini tidak sulit. Warga Palestina bertekad untuk tinggal di Palestina. Two state solution, one state solution, atau binational state, tak masalah bagi kami.

Anda menolak mengakui Israel sebagai negara Yahudi?

Pengakuan negara Yahudi hanyalah trik. Memangnya siapa kami? Kami nantinya akan dianggap sebagai warga asing. Dalam sejarah, kami telah tinggal di Palestina lebih dari 7.000 tahun. Saya dapat membuktikannya.

Lalu, apa kami harus mengakui tanah ini tanah mereka? Di Palestina, ada warga Muslim dan Kristen. Apakah mereka harus meninggalkan negara mereka karena ini negara Yahudi? Kami tak mau mengakuinya.

Banyak warga Indonesia mengira ini konflik agama?

Tentu saja agama bagian dari masalah ini karena mereka (Israel) menggunakan isu agama. Israel ingin menggunakan negara Yahudi untuk menjadi rumah bagi warga Yahudi.

Kami tidak bertempur hanya karena mereka Yahudi. Kami bertempur karena mereka menjajah. Ini masa kolonial. Israel mengatakan tanah ini milik Yahudi. Bukan, tanah ini juga milik umat Kristen dan Islam.

Cina memberi dukungan bukan karena isu Islam, tetapi karena ketidakadilan. Jika masalah ini selesai di Palestina, tidak ada lagi masalah dengan Yahudi. Ini juga tercantum dalam kebijakan Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Palestina.

Apakah serangan ini memperkuat Hamas dan Fatah?

Saat ini, kami bersatu. Ini kenyataannya. Secara diplomasi, kami satu. Secara politik juga begitu. Banyak yang panas dan marah atas bersatunya kami. Namun, ini prestasi yang baik. Ketika kami bersatu, kami bisa melakukan banyak hal. ed: eh ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement