Selasa 15 Jul 2014 13:00 WIB
analisis

Kemenangan Sepak Bola Jerman

Red:

Oleh: Indra Sjafri -- Jerman menguasai dunia! Sebuah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kemenangan Jerman di tanah Amerika dengan mengalahkan salah satu wakilnya yang terkuat, Argentina. Gol Mario Goetze pada babak kedua perpanjangan waktu mewujudkan mimpi Die Mannschaft untuk kembali merebut gelar bergengsi di dunia sepak bola.

Pertandingan dimulai dengan penguasaan bola yang begitu rapi dari para pemain Jerman. Argentina tampak sekali hanya mencoba bertahan dengan menumpuk delapan orang di jantung pertahanan. Praktis hanya Higuain dan Messi yang berada di lini depan. Bahkan ketika bertahan, mereka sesekali turun hingga sepertiga lapangan mereka sendiri.

Ini menunjukkan bahwa Sabella ingin mencuri gol melalui serangan balik sesaat setelah terjadi transisi. Tampaknya, taktik ini akan berhasil. Setelah beberapa kali para pemain Jerman gagal menembus pertahanan, serangan-serangan cepat Argentina dari sisi sayap kanan berhasil masuk ke area kotak penalti. Sayangnya karena dukungan pemain di depan yang hanya dua orang, serangan itu pun mentah begitu saja. Babak pertama benar-benar dikuasai Jerman dengan penguasaan bola lebih dari 63 persen.

Namun, kita harus memberikan pujian pada tangguhnya pertahanan Argentina kemarin. Bermain dengan pola dasar 4-2-3-1 dengan menempatkan Mascherano dan Perez sebagai gelandang bertahan, Argentina sukses membendung serangan-serangan cepat Jerman. Akibatnya, Jerman pun hanya mampu melancarkan empat kali shoot yang tiga di antaranya on target, itu pun tidak begitu berbahaya. Sangat terlihat bahwa Sabella tidak cukup berani untuk bermain terbuka pada babak pertama.

Pada babak kedua, peta taktis kedua tim mengalami perubahan, terutama dari tim Argentina. Mereka memasukkan Aguero untuk mengganti Lavezzi dan menarik Messi lebih ke dalam. Dalam situasi ini mereka memainkan pola diamond di lapangan tengah. Taktik ini terbukti cukup efektif. Lapangan tengah menjadi area pertarungan yang lebih menarik karena kedua tim mempunyai jumlah pemain yang sama. Bastian Schweinsteiger yang sebelumnya leluasa menguasai bola, kini mendapat tugas baru, yakni mengawal pergerakan Messi.

Perubahan taktis ini memberikan tempo permainan yang lebih menarik. Argentina mulai mampu menguasai bola dengan lebih nyaman. Lima belas menit pertama pada babak kedua, penguasaan bola Argentina meningkat menjadi 48 persen. Argentina juga mampu memberikan serangan-serangan yang lebih konsisten ke jantung pertahanan lawan.

Di kubu Jerman, Schurrle masuk menggantikan Kramer yang mengalami cedera. Dipasangnya Kramer ini pun agak menarik karena dia menggantikan posisi Khedira yang sepanjang turnamen bermain sangat luar biasa. Schurrle yang bermain lebih condong ke kiri memberikan sedikit variasi serangan.

Pada awalnya, Jerman hanya menyerang dari sisi sebelah kanan. Situasi ini muncul karena Howedes tampaknya diberikan instruksi khusus untuk tidak meninggalkan posnya di bek kiri dengan tujuan mengawal pergerakan sayap kanan Argentina yang sangat cepat. Ini adalah bukti bahwa kedua tim benar-benar mempelajari secara saksama kecenderungan taktis kedua lawan. Loew tidak mau gegabah dengan mengorbankan sayap kirinya diobrak-abrik oleh penyerang Argentina. Taktik ini cukup mampu meredam kecepatan sayap-sayap Argentina. Dampaknya untuk sisi penyerangan Jerman, praktis hanya sisi kanan yang cukup aktif menyerang. 

Recovery problem

Pertarungan pada babak kedua berpindah ke lapangan tengah. Imbangnya jumlah pemain di lapangan tengah menjadikan penguasaan bola tidak sepenuhnya dikuasai oleh para pemain Jerman. Messi menjadi lebih leluasa menguasai bola dengan sesekali melakukan aksi solonya dari lini tengah.

Akan tetapi, persoalan mulai muncul dari timnas Argentina saat pertandingan memasuki menit 80-an. Pada menit-menit akhir ini, para pemain Argentina sudah tampak begitu berat menggerakkan kakinya. Kondisi tersebut sangat wajar terjadi lantaran masa recovery yang tidak imbang dari pertandingan sebelumnya. Argentina yang harus bekerja 120 menit melawan Belanda dengan masa recovery yang lebih sedikit dari Jerman membuat kondisi mereka tidak benar-benar fit. Sebaliknya, Jerman masih cukup segar untuk bermain lebih cepat dalam sisa waktu yang ada.

Ditambah dengan pergantian pemain yang tepat yang dilakukan oleh Joachim Loew, memberikan keuntungan yang lebih besar bagi Jerman. Masuknya Mario Goetze pada akhir-akhir waktu normal babak kedua memberikan suntikan tenaga yang lebih fresh. Tampak jelas kemudian bahwa kemenangan Jerman ditentukan oleh pemain yang masih segar ini. Saat para bek Argentina sudah benar-benar terkuras tenaganya, Goetze menjadi penentu kemenangan yang dimulai dengan serangan dari sisi kiri penyerangan Jerman. 

Kemenangan DFB

Di luar aspek taktis yang ditunjukkan di lapangan, kemenangan Jerman sesungguhnya adalah buah kerja keras semua elemen sepak bola di Jerman. DFB sebagai federasi tertinggi sepak bola Jerman berani mempertaruhkan reputasinya dengan mempertahankan Joachim Loew sebagai pelatih kepala setelah gagal pada Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Hal ini membuktikan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh DFB tidak hanya berbasis pada hasil, tapi lebih pada proses.

Mereka mau menekan ego mereka untuk tidak buru-buru menjadi juara dengan bongkar pasang pelatih. Sebaliknya, mereka rela menunggu lebih lama untuk mendapatkan sebuah tim yang benar-benar siap untuk mampu meraih juara. Aktivitas lain yang dilakukan oleh DFB yang lebih penting adalah melakukan revolusi filosofi pembinaan usia muda mereka. Talent scouting yang lebih masif dilakukan di seluruh negeri. Pendekatan fisik yang sebelumnya terkenal di Jerman diubah menjadi pendekatan taktis. Oleh karena itulah, mereka kini dihuni oleh pemain-pemain yang tinggi badannya relatif lebih kecil, tapi mampu bermain dengan lebih cerdas secara taktik dan cantik secara teknik.

Inilah kemenangan sesungguhnya. Sekali lagi, Jerman membuktikan pada kita semua bahwa proses untuk menjadi juara tidaklah bisa instan. Waktu, tenaga, dan kemauan untuk mengubah pola berpikir jauh lebih menentukan dan berbuah lebih indah. Ini pelajaran penting bagi sepak bola di Indonesia. Untuk menuju prestasi tertinggi, dibutuhkan waktu dan tenaga yang tidak mudah. Namun, jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh, hasilnya pun tidak akan pernah mengecewakan. Selamat Jerman!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement