Selasa 24 Jun 2014 15:00 WIB

Buyback Dinilai tak Tepat

Red:
Petugas melakukan perawatan pemancar Indosat,(23/6)
Petugas melakukan perawatan pemancar Indosat,(23/6)

JAKARTA -- Debat ketiga antarcalon presiden pada Ahad (22/6) malam memunculkan wacana pembelian kembali (buyback) saham mayoritas Indosat yang telah dijual pemerintah. Wacana disampaikan capres Joko Widodo menjawab pertanyaan capres Prabowo Subianto mengenai penjualan Indosat oleh mantan presiden Megawati Soekarnoputri pada 2002 silam.

Mantan menteri negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan, dalam perjanjian penjualan Indosat memang ada klausul buyback. "Jadi, kalau pemerintah mau membeli kembali, bisa kapan pun," ujarnya di Jakarta, Senin (23/6). Masalahnya, kata Sofyan, harga buyback saham Indosat tidaklah murah. Pemerintah membutuhkan dana yang sangat besar.

Jika pun pemerintah ingin membeli kembali, negara juga harus membelinya dengan mekanisme pasar. Melihat harga saham Indosat saat ini, menurut Sofyan, pembelian Indosat tidaklah sepenting membangun infrastruktur. "Bagi negara, kalau misalnya punya uang Rp 20 triliun, mana yang lebih penting? Beli Indosat atau untuk pembangunan infrastruktur?" ujarnya. Dalam pandangan Sofyan, pembangunan infrastuktur lebih penting dan harus didahulukan daripada membeli kembali saham Indosat.

Mantan sekretaris menteri BUMN Said Didu menyatakan, dari sudut pandang ekonomi atau finansial, Indosat memiliki prospek ekonomi yang memang akan menguntungkan dibandingkan mengembangkan Telkom atau membeli saham Singtel di Telkomsel. Kendati demikian, ide membeli kembali Indosat tidak bisa dilepaskan dari prioritas penggunaan APBN.

APBN saat ini, kata Said, lebih penting digunakan untuk membangun infrastruktur, rumah sakit, pembangkit listrik, dan sarana publik lainnya. "Artinya, ide buyback Indosat harus betul-betul dikaji secara objektif agar mendapatkan benefit terbaik bagi negara, bukan lagi sekadar gengsi politik karena value Indosat saat ini tidak lagi sestrategis saat dijual dulu," kata Said.

Direktur Kebijakan dan Strategis Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Dradjad Wibowo, menyatakan, ide Jokowi membeli kembali Indosat tidaklah tepat. Dradjad juga mempertanyakan keseriusan Jokowi agar pemerintah menjadi pemilik saham dominan di Indosat. Sebab, harga perusahaan operator telekomunikasi itu sudah melambung tinggi. Dradjad memperkirakan, harga Indosat kini sudah empat kali lipat dari harga saat dijual dulu. Harga Indosat akan semakin tinggi bilamana Pemerintah Indonesia memasang target membeli kembali perusahaan telekomunikasi yang sahamnya kini dikuasai Ooredoo Asia Pte Ltd.

Anggota Tim Sukses Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) Effendi Simbolon menilai, keinginan Jokowi membeli kembali saham Indosat sangatlah realistis. Sebab, saat saham Indosat dijual ke Singapura, terdapat klausul yang membolehkan Pemerintah Indonesia untuk membeli kembali.

Effendi menerangkan, penjualan Indosat pada 2002 merupakan mandat MPR pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ketika itu, MPR meminta pemerintah melepas aset-aset BUMN yang dianggap bermasalah. Pemerintahan Gus Dur yang lengser di tengah jalan mengakibatkan penjualan Indosat dieksekusi oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Dia melanjutkan, apabila Jokowi-JK terpilih menjadi presiden dan wakil presiden mendatang, keduanya akan menelaah sisi keuntungan dan kerugian dari pembelian kembali saham Indosat. Kondisi dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini akan menjadi pertimbangan keputusan buyback Indosat.

rep:satya festiani/nur hasan murtiaji/erdy nasrul/muhammad akbar wijaya ed: eh ismail

***

2002

Pemerintah menjual 8,10 persen saham di Indosat kepada publik dan selanjutnya menjual 41,94 persen kepada Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) atas dasar krisis ekonomi.

2008

Saham Indosat secara tidak langsung diakuisisi oleh Qatar Telecom (Qtel) melalui Indonesia Communications Limited (ICLM) dan Indonesia Communication Pte. Ltd. (ICLS) sejumlah 40,81 persen.

Guru

Indosat

1967

Indosat didirikan sebagai perusahaan penanaman modal asing pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telekomunikasi internasional melalui satelit internasional.

1980

Indosat dibeli dan dimiliki 100 persen oleh Pemerintah Indonesia.

Rp 22,3 Triliun

Aset Indosat per akhir 2001.

Rp 1,4 Triliun

Laba Indosat per akhir 2001.

Rp 5,7 Triliun

Nilai 41,94 persen saham Indosat yang dijual pemerintah kepada Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) pada 2002.

Rp 54,5 Triliun

Aset Indosat hingga akhir 2013.

Rp 2,78 Triliun

Kerugian Indosat pada 2013.

Komposisi Saham Indosat

Qatar Telecom atas nama Ooredoo Asia Pte. Ltd. (dahulu Qtel Asia Pte. Ltd)    : 65 %

Pemerintah Indonesia        : 14,29 %

Publik                               : 20,71 %

Pergerakan Saham ISAT

    

Date                Prev    Open    High        Low      Close    Change       Volume        Foreign Vol

23-06-2014    3,710    3,800    3,870    3,750    3,800    + 90           5,206,100    - 9,700     

20-06-2014    3,790    3,785    3,800    3,700    3,710    - 80            1,008,100    -324,600    

19-06-2014    3,795    3,785    3,795    3,785    3,790    - 5                 946,200    - 104,100      

18-06-2014    3,845    3,875    3,875    3,790    3,795    - 50            2,887,000    +1,950,400    

17-06-2014    3,900    3,890    3,890    3,825    3,845    - 55            1,114,200    -293,600    

16-06-2014    3,935    3,920    3,925    3,860    3,900    - 35               319,100    + 49,200

Sumber: Indosat, BEI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement