Rabu 04 May 2016 11:00 WIB

Sukses Berkat Cajon dan Hibah Modal

Red:

Nama alat musik asal Peru, Amerika Selatan, ini boleh jadi belum terlalu akrab di telinga kita. Cajon (baca kahun) adalah sebuah alat musik perkusi (alat musik pukul) seperti kotak drum. Arti kata cajon adalah kotak yang diambil dari bahasa Spanyol.

Untuk Ryan Ade Pratama, ternyata cajon punya makna tersendiri. Berkat alat musik ini, Ryan sukses berwirausaha hingga meraih omzet sekitar Rp 150 juta per bulan.

Perjalanan awal Ryan merintis usaha alat musik cajon itu bermula ketika mengikuti kompetisi wirausaha yang diadakan oleh Wismilak Diplomat Success Challenge (DSC) pada 2014. Bisa dibilang, inilah titik balik untuknya. "Masalah modal langsung terpecahkan karena sebagai salah satu pemenang program ini saya mendapat hibah dana, bukan pinjaman. Selain itu, saya juga mendapat bantuan bimbingan bagaimana mengelola usaha yang baik," ujarnya mensyukuri.

Seluruh pemenang program DSC Wismilak memang mendapat pendampingan manajemen usaha selama satu tahun. Hal ini juga dijelaskan oleh Surjanto Yasaputera selaku Chief Board of Commissioner Diplomat Success Challenge, "Kami ingin memastikan keberhasilan para wirausaha muda yang memenangkan kompetisi DSC,'' katanya.

Setelah mengikuti kompetisi, ternyata ada perbedaan signifikan dari bisnis alat musik cajon yang dijalani Ryan Pratama. Jika awalnya ia hanya memproduksi empat unit cajon sebulan, setelah mengikuti program kompetisi wirausaha DSC kini ia mampu memproduksi hingga 200 unit per bulan.

Ryan merasa sangat bersyukur karena perkembangan bisnisnya begitu diapresiasi masyarakat. Kesuksesannya tersebut tak terlepas dari modal usaha yang ia dapatkan sebagai pemenang dan bimbingan usaha yang selama satu tahun ini diperoleh di DSC.

Kini, bisnis cajon Ryan sudah tersebar luas ke seluruh nusantara. Gerainya hingga saat ini mencapai 30 titik di seluruh Indonesia, kecuali Papua. Bahkan, beberapa toko musik besar sudah menjadi mitra bisnisnya.

Uniknya, varian produk-produk cajon yang dibuat Ryan menggunakan bahasa Belanda, demikian pula mereknya, yakni Koning Percussion. "Nama Koning diambil dari bahasa Belanda yang berarti raja. Dasar filosofinya tentu saya ingin agar produk cajon saya menjadi pemimpin pasar," ungkap Ryan yang akan membuka sekolah kursus cajon.

Dengan makin banyaknya produksi, jelas Ryan, makin produktif pula dia merekrut banyak sahabat di sekelilingnya untuk berkarya. Di sinilah social entrepreneur makin terlihat.

"Saya percaya bahwa orang sukses belajar dari orang yang lebih sukses. Banyak orang bisa sukses karena mereka mau belajar dari orang-orang yang telah lebih dulu sukses dengan mengikuti langkah-langkah mereka. Ini merupakan salah satu perwujudan dari social entrepreneurship ,'' ujarnya.

Ryan menuturkan bahwa setelah ikut DSC, ia menemukan banyak hal baru yang menginspirasi untuk maju. Ia sangat merasakan manfaat dari hadiah modal usaha yang gratis alias bukan pinjaman yang mengubah orientasi usahanya lebih meluas.

Program DSC merupakan program CSR yang diprakarsai Wismilak Inti Makmur dan telah dimulai sejak 2010. Pada tahun ini merupakan tahun ketujuh pelaksanaan kompetisi wirausaha bagi para pemuda Indonesia. Hadiah dana dalam bentuk hibah sebesar Rp 2 miliar telah disiapkan penyelenggara bagi para pemenang. ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement