Selasa 03 May 2016 17:00 WIB

Profesional Berkat Penampilan

Red:

Tampil profesional tidak melulu berdasarkan perilaku yang menunjang dan kemampuan yang mumpuni. Urusan penampilan juga tidak kalah penting. Bahkan, dengan gaya busana dan riasan yang pas bisa memberikan poin plus untuk kita. Apalagi, untuk kamu yang baru lulus alias para fresh graduate yang berniat mencari pekerjaan.

Untuk memberikan inspirasi bagi mahasiswa-mahasiswa di Indonesia mengenai gaya berbusana di dunia kerja, label mode internasional asal Hong Kong, Generation 2000 atau G2000, mengadakan program "G2000 Inspiration Roadshow Campus to Campus" dengan mengunjungi beberapa universitas negeri dan swasta.

"Tentunya selain berbekal latar belakang pendidikan, gaya busana yang baik untuk wawancara adalah persiapan penting memasuki dunia kerja," ujar Brand Manager G2000 Indonesia Tomy Jap.

Dalam seminar "Fashion and Beauty", news anchor dan Cosmopolitan Men 2010, Zulfikar Nagih, mengatakan, dengan tingginya persaingan di dunia kerja, para calon pelamar harus memiliki nilai jual lain seperti citra profesional.

Menurutnya, ketika pelamar memiliki indeks prestasi yang sama, pribadi yang lebih menarik akan lebih mudah meyakinkan perusahaan untuk memilihnya. "Menarik dalam hal ini mulai dari penampilan fisik, seperti pemilihan busana yang profesional hingga bagaimana ia membawa pribadinya ke dalam dunia kerja," ujar Zul.

Ia menuturkan, ada dua jenis pakaian kerja yang perlu diperhatikan, yaitu pakaian formal dan pakaian kasual. Namun, semua fresh graduate yang akan melakukan wawancara kerja, sebaiknya memakai pakaian kerja formal.

Busana kerja formal yang dikenakan laki-laki di antaranya kemeja slim-fit dengan warna-warna lembut, seperti putih, krem, atau biru muda. Menurutnya, kemeja warna lembut, terutama biru, bisa membantu menimbulkan rasa percaya diri.

"Jangan pakai warna terang, misalnya merah. Mungkin mengesankan berani, tapi pihak pewawancara tidak akan merasa nyaman," kata dia.

Kemeja yang dipakai bisa dipadukan celana loose yang sesuai dengan ukuran kaki dan tidak begitu ketat. Jas serta dasi juga sebaiknya digunakan, dan warnanya bisa disesuaikan dengan warna celana.

"Agar aman, lebih baik gunakan jas dan celana dengan warna-warna basic, seperti hitam, cokelat, dan abu-abu. Gunakan sepatu pantofel yang juga berwarna basic," jelasnya.

Untuk rambut, tambah Zul, usahakan berpotongan pendek dan rapi. Jambang dan kumis bisa tetap tampil, tapi tidak terlihat semrawut sehingga menimbulkan kesan kotor.

Sedangkan, perempuan dalam gaya busana kerja formal bisa memilih busana tanpa lengan yang dipadukan dengan blazer. Selain itu, kamu juga bisa memakai kemeja warna soft dengan rok atau celana warna gelap. "Sebagian perempuan suka menggunakan stocking, mungkin untuk menutupi luka. Tapi tidak boleh yang terlalu tebal seperti kaus kaki," tutur Zul.

Sepatu yang digunakan untuk perempuan adalah sepatu pantofel dengan hak belakang yang agak tinggi, sekitar tiga sampai lima cm. Selebihnya, untuk tas, tidak perlu membawa yang terlalu besar atau terlalu kecil, karena yang terpenting adalah tas bisa dipakai untuk menyimpan barang-barang yang dibawa. "Bagian rambut yang panjang diikat, dan yang pendek dijepit. Rambut yang terurai akan menimbulkan kesan tidak rapi," ujarnya.

Ia menambahkan, perempuan yang berhijab bisa mengkreasikan bentuk hijabnya sesimpel mungkin dan tidak berlebihan. Warna hijab bisa dipilih yang agak berbeda dari warna blazer, sedikit memiliki aksen warna-warna soft. "Baju kerja formal selain dipakai untuk wawancara juga dipakai untuk bekerja sehari-hari. Tips terpenting adalah pakaian pas di badan, jangan over, sehingga kita dan orang yang melihat akan merasa nyaman," kata dia.

Aturan berbeda untuk urusan berpakaian, tambah Zul, bisa berlaku untuk seseorang yang bekerja di industri kreatif. Para pekerja di industri kreatif bisa tampil dengan mengeksplorasi gaya busana.

Ia mencontohkan, perempuan dan laki-laki bisa memakai sweter atau kardigan sebagai pengganti jas dan blazer. Begitu pula dengan sepatu yang tidak harus selalu memakai sepatu pantofel berhak. "Industri kreatif itu bahkan bisa pakai kaus dan jins, bisa tabrak warna, juga rambut gondrong diwarnai nggak masalah," ungkapnya.

ed: Endah Hapsari

***

Warna Lembut dan Natural

Selain memperhatikan gaya busana, tata rias wajah yang cocok saat wawancara dan bekerja juga perlu dipersiapkan. Tidak seperti tata rias pada umumnya, riasan wajah untuk bekerja cenderung lebih natural dan tidak berlebihan.

Trainer label kosmetik Make Over, Yeny Kristyana, memberikan kiat-kiat untuk para fresh graduate mengenai cara merias wajah yang tepat. Menurutnya, untuk memberikan kesan natural, pemakaian alas bedak (foundation) pada wajah harus disesuaikan dengan warna leher agar tidak terjadi perbedaan warna.

Selain itu, hindari warna-warna keras untuk eye shadow, blush-on, dan lipstik, seperti warna merah dan oranye. Warna lembut seperti peach bisa dipilih dan diaplikasikan pada wajah agar terlihat lebih cerah. "Warna peach termasuk warna hangat, dan bisa untuk semua warna wajah," jelas Yeny.

Sedangkan untuk alis, eyeliner, dan maskara, warna yang cocok dipakai adalah warna cokelat atau hitam. Kedua warna tersebut, kata dia, merupakan warna dasar yang juga bisa memberikan kesan alami pada wajah. ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement