Jumat 12 Feb 2016 16:00 WIB

Jangan Boros, Sayang Uangnya

Red:

Apakah kamu sering membeli sebuah produk karena diskon yang gede, iming-iming hadiah, atau karena kemasannya menarik? Atau, malah kamu suka membeli barang demi menjaga gengsi supaya bisa tampil kekinian?

Nah, jika jawaban kamu ya pada semua pertanyaan, bisa dibilang itu tanda-tanda kamu bergaya hidup konsumtif. Tidak percaya?

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh lembaga riset Kadence Internasional Indonesia pada 2015 diketahui, 28 persen orang Indonesia memiliki kebiasaan gaya hidup konsumtif yang tidak sehat karena pengeluaran lebih besar daripada penghasilan mereka.

"Bahkan kelompok masyarakat dengan pendapatan lebih rendah cenderung lebih konsumtif daripada kelompok masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi," ungkap Direktur Retail Banking Permata Bank Bianto Surodjo kepada wartawan di Jakarta, saat acara #SayangUangnya Media Gathering yang diselenggarakan Permata Bank di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang tidak kondusif seperti sekarang, tentunya kamu perlu kiat-kiat yang efektif untuk mengelola keuangan kamu supaya lebih sehat.  "Bukan berarti kita harus menjadi super pelit atau super irit hingga pada akhirnya membuat kita tidak bisa lagi menikmati hidup. Yang harus kita lakukan adalah lebih bijak dalam membuat keputusan bertransaksi agar uang hasil usaha dan keringat kita tidak terbuang sia-sia," ujarnya.

Jika kamu menilai sudah saatnya membuat keuangan lebih sehat atau tidak lebih besar pasak daripada tiang, ada baiknya kamu mulai menerapkan gaya hidup frugalisme. Menurut Bianto, ini adalah gaya hidup hemat dengan konsep berpikir untuk memenuhi kebutuhan dan menahan keinginan.

Ini juga gaya hidup yang mengusung pola berpikir bahwa kebahagiaan bukan berasal dari banyaknya materi yang dikonsumsi maupun uang yang dibelanjakan, melainkan kebahagiaan berasal dari dalam diri kamu sendiri.

Masalah keuangan

Perencana keuangan dan bisnis, Prita Ghozie, punya cerita yang tidak kalah seru. Menurut survei yang dilakukan ZAP Finance tahun 2013 lalu, ada tiga sumber masalah keuangan, yaitu 50 persen tidak bisa membedakan simpanan, tabungan, dan investasi. Selain itu, ada 18 persen yang hobi berutang dan 32 persen lain punya gaya hidup tinggi.

Ia mengatakan, gaji orang Indonesia biasanya hanya bertahan seminggu. Belum lagi tabungan yang cepat pula menguap. Ini karena kita tidak bisa membedakan uang elektronik, tabungan, dan investasi. "Nah, gara-gara tabungan tidak pernah ada, jika butuh uang jadinya berutang," ungkapnya.

Menurutnya, kebiasaan berutang bisa memicu gaya hidup yang tinggi. Bila kamu terbiasa memaksakan membeli sesuatu, padahal belum ada dana yang memadai untuk membelinya maka ujungnya bisa ditebak. Kamu bakal memilih jalan berutang demi memiliki produk idaman. "Inilah penyakit orang Indonesia," ujarnya.

Menurutnya, uang sedikit pasti cukup untuk biaya hidup. Namun, uang yang banyak, berapa pun, tidak akan cukup untuk gaya hidup. "Percaya saya, gaji cuma Rp 500 ribu pasti cukup. Gaji sejuta, dua juta, 10 juta bisa habis untuk gaya hidup. Tapi, kalau untuk kebutuhan makan dan sehari-hari, pasti bisa diatur," tambah Prita.

Lalu, bagaimana sebenarnya cara mengatur uang yang ideal? Tipsnya adalah kamu harus bisa membagi uang dalam lima hal. Pertama, zakat, infak, dan sedekah sebanyak lima persen. Dana darurat dan asuransi sebanyak 10 persen. Kemudian, investasi 15 persen. Biaya hidup 50 persen dan 10 persennya untuk gaya hidup.

Demi gaya hidup yang lebih hemat itulah, muncul gerakan #SayangUangnya. "Jadi, gerakan #SayangUangnya bukan berarti membuat kamu jadi pelit. Tetap ada pos untuk gaya hidup, tapi kamu atur. Berapa untuk gaya hidup, berapa untuk investasi. Berapa untuk biaya hidup kamu. Dan, jangan lupa kondisi sekarang banyak kondisi tak terduga, jadi kamu wajib punya dana darurat. Nah, ini kadang-kadang yang bikin kamu sulit menerapkan gerakan #SayangUangnya ini," ujar Prita. rep: Desy Susilawati, ed: Endah Hapsari 

***

Kamu Butuh atau Ingin?

Tidak jarang kita terjebak dengan keinginan untuk memiliki sejumlah produk yang sedang diskon atau sale. Saat itu, mungkin saja kamu merasa produk yang sedang kamu incar itu pasti bisa dimanfaatkan dengan baik. Apalagi, harganya sedang miring. Namun, begitu tiba di rumah, kamu baru tersadar kalau produk yang sama juga masih tergeletak manis dalam lemari.

Untuk menghindari ini tidak terjadi lagi, ada baiknya kamu mulai belajar untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sebelum membeli barang apa pun, tanyakan dulu dalam hati apakah produk itu kamu benar-benar butuhkan atau hanya keinginan sesaat saja. Para pakar keuangan memberikan tips jitu supaya kamu bisa menjadi konsumen yang cerdas.

* Negosiasi antara hati dan keuangan dulu. Apakah keuangan cukup untuk mengikuti kemauan hati kita. Apabila ditanya tentang maunya hati kita, pasti keinginan kita tidak terhingga. Jadi, rundingkan dulu keinginan hati agar bisa bersahabat dengan keuangan.

* Ubah pola pikir. Jangan mengejar sale hanya gara-gara barang tersebut lebih murah. Meski murah, lantaran dilakukan berulang-ulang, tetap saja bisa bikin kantong kita tipis.

* Ada kebutuhan. Berburu diskon tidak ada salahnya. Tapi, ajang seperti ini perlu dikunjungi apabila memang ada kebutuhan untuk membeli suatu barang. Jika tidak dan kita tetap datang maka kita akan membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Akibatnya, akan boros.

* Lakukan perencanaan. Siapkan daftar belanja untuk membeli barang dan patuhi daftar tersebut.

* Uang tunai secukupnya. Pergi berbelanja dengan hanya membawa uang tunai sebesar barang yang ingin dibeli. Jangan membawa uang lebih, jangan membawa kartu debit, apalagi membawa kartu kredit, karena ini akan membuat kita belanja lebih banyak lagi barang yang tidak dibutuhkan. 

*Pilih kasir yang antre panjang. Kalau kamu tergoda antara 'butuh dan ingin', ketika ada sale atau diskon gede-gedean, pilih kasir yang antreannya paling panjang. Ini karena mengantre itu tidak enak dan capek. Kalau kamu bela-belain antre sepanjang dan selama itu, kamu pasti membutuhkan barang itu. Tapi, kalau berpikir dan malas melihat antrean yang panjang, berarti kamu tidak butuh. Dengan begitu, kamu bisa mikir-mikir dan bisa berpikir lebih jernih untuk membeli barang tersebut.

***

Agar Dompet Awet Tebal

1.Gunakan angkutan umum dibanding kendaraan pribadi terutama di daerah perkotaan. Biaya angkutan umum biasanya lebih murah dibanding bawa mobil sendiri.

2. Ubah kebiasaan nongkrong di kafe kala akhir pekan tiba. Sayang sekali, uang kamu jika digunakan untuk membeli kopi yang harganya Rp 40 ribu. Padahal sebenarnya, jika kamu membuat kopi sachet di rumah.

3. Bawa gula pasir dalam sachet, terutama jika pergi ke mal. Karena biasanya kalau ke mal, es teh tawar lebih murah dari teh manis. Selain itu, teh tawar juga boleh diisi terus menerus.

4. Bawa air minum dalam botol. Nah, ketika kamu sedang haus dan sedang berada di mal, tak perlu beli minum yang gelasnya besar. Tinggal minum dari air yang dibawa dalam botol sendiri.

5. Bawa bekal makanan dari rumah untuk menghemat biaya makan.

6. Ubah pakaian lama tampak seperti baru. Jadi, tidak perlu beli baju baru.

7. Jika ingin berlibur, sebisa mungkin tidak pergi saat peak season.

***

Jurus Hemat Ala Seleb

Aktris Pevita Pearce mengaku miris dengan riset yang menyebutkan 28 persen orang Indonesia lebih besar pengeluarannya dibanding pemasukannya. Menurutnya, ini bukan efisiensi, tapi justru buang-buang uang. "Kan sayang. Jadi, semua usaha untuk menabung menjadi sia-sia," ujarnya.

Pevita sendiri mengaku punya cara hemat sendiri yang kerap dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan kendaraan umum dibandingkan mobil pribadi. Apalagi, saat ini kondisi jalanan di Jakara yang kerap macet lantaran banyak pembangunan infrastruktur kota. Untuk mengantisipasinya, Pevita memilih jalan pintas atau menggunakan angkutan umum. "Itu sangat membantu," ujar perempuan kelahiran Jakarta, 6 Oktober 1992.

Hal serupa juga dilakukan oleh Hamish Daud. Presenter ini mengaku senang makan di warteg lantaran lebih hemat. Buat pria bernama lengkap Hamish Daud Wyllie ini, mesk hobi kuliner, dia membatasi makan di restoran atau kafe. "Saya juga lebih suka masak sendiri di rumah atau makan di warteg. Makanannya enak dan bersih juga," tambah pria kelahiran Gosford, Australia, 8 Maret 1980 ini.

Meski begitu, itu tidak berarti dia alergi makan di restoran. Menurut dia, sesekali tidak masalah jika ingin makan di restoran. Keinginannya itu didukung pula oleh kebiasaan yang kerap dilakukan. Selama ini, Hamish mengaku cukup rajin mencatat setiap ada uang yang keluar dan memonitornya pada akhir bulan. "Dan ternyata, memang kebanyakan untuk makanan mewah," tambahnya.

Ia juga mengaku miris lantaran sebanyak 28 persen orang Indonesia lebih besar pengeluarannya dibanding pemasukannya. Hamish mengatakan, saat ini sudah bukan zamannya lagi mengutamakan gengsi. "Jadi kamu harus pintar-pintar menyimpan uang. Jangan show up karena ini untuk masa depan," ujarnya.

Maka, untuk lebih menghemat, Hamish juga memilih naik motor untuk antisipasi kemacetan Jakarta. Menurutnya, ini adalah aktivitas menyenangkan dan memang dirinya juga termasuk orang yang kurang sabar.

Bagaimana dengan jurus hemat kamu? ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement