Rabu 10 Feb 2016 14:00 WIB

The Revenant Epos Sang Penepis Kematian

Red:

Hugh Glass (Leonardo DiCaprio) nyaris menyerah. Di tengah kondisinya yang sangat sekarat dan meregang nyawa, rasa cinta yang dalam pada mendiang anak dan istri adalah bara yang tak kunjung padam yang memperkuat jiwa. Meskipun, perjalanan panjang yang semula menyenangkan justru seolah hampir berakhir di jurang neraka.

Perjalanan Glass, seorang petualang legendaris di Amerika, bermula ketika ia bergabung ke dalam dunia perdagangan bulu. Saat itu bulu menjadi komoditas utama yang mendorong perekonomian Amerika.

Pada masa itu, manusia masih menganut hukum alam, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Sehingga, sering kali terjadi persaingan sengit dan pertempuran berdarah yang dilakukan antarsuku untuk mempertahankan wilayahnya.

Glass sendiri sebelumnya telah menjadi korban pertempuran antarsuku. Istrinya yang berasal dari suku Pawnee tewas dalam sebuah serangan. Glass pun memutuskan untuk membawa Hawk, anak semata wayangnya, untuk ikut bergabung dengan kawanan pedagang bulu.

Suatu ketika, saat sedang berburu bulu berang-berang, Glass dan kelompoknya yang dipimpin Kapten William Henry Ashley diserang kawanan suku Arikara (Ree) yang membunuh dengan membabi buta. Suku Ree memaksa Glass dan kelompoknya pergi dari wilayah itu dan mereka mengambil lusinan bulu berang-berang yang tertinggal.

Glass dan Kapten Henry kehilangan banyak anggota pasukan. Puluhan orang terbunuh sehingga mereka terpaksa pulang dan meminta bantuan. Dalam perjalanan pulang, di Dakota Selatan dekat tepi Sungai Missouri, insiden terbesar dalam hidup Glass terjadi. Glass diserang dengan brutal oleh seekor induk beruang grizzly.

Sang beruang mencoba menggigit Glass, namun saat itu Glass memakai baju yang cukup tebal sehingga predator mematikan itu terus mencakar dan menyayat hampir seluruh kulit tubuhnya. Tak hanya itu, pertempuran dengan beruang juga membuat lehernya sobek dan kakinya patah.

Di tengah ketidakberdayaan, ia mencoba melawan dengan menusuk induk beruang menggunakan pisau. Hewan buas itu menyerah dan akhirnya mati. Glass yang ditemukan sekarat oleh kawan-kawannya langsung mendapatkan pertolongan pertama. Nahas bagi Glass, kelompoknya memutuskan untuk meninggalkan dia karena dianggap menyulitkan perjalanan pulang. Glass ditinggal bersama anaknya, Hawk, dan dua rekannya, Bridger dan Fitzgerald (Tom Hardy).

Bayangan kematian pun terlihat makin dekat ketika pemburu andal itu pun melihat anaknya dibunuh oleh Fitzgerald tanpa mampu berbuat apa-apa. Dalam cuaca yang sangat dingin dan kondisi tubuh sekarat, Glass akhirnya benar-benar ditinggal sendirian. Malaikat maut terus mendekat, namun Glass menolak untuk menyerah.

Kesulitan demi kesulitan ia hadapi sendiri, mulai dari terbawa arus sungai saat menghindari serangan suku Ree hingga tidur di dalam bangkai kuda untuk menghangatkan tubuh. Dia juga rela melakukan perjalanan 200 mil menuju barat. Tujuannya untuk pulang kini bukan lagi demi perdagangan bulu, ia ingin mencari Fitzgerald untuk membalas dendam atas kematian Hawk. Hugh Glass kini adalah sosok 'revenant', manusia yang bangkit dari kematian.

Kisah nyata

Terinspirasi dari peristiwa nyata, The Revenant menyuguhkan epos kehidupan di perbatasan Amerika. Sejak dua abad lalu, kisah hidup Hugh Glass telah menjadi kisah rakyat yang menakjubkan di Amerika Serikat. Glass lahir di Philadelphia pada 1773 dan menghabiskan hidupnya di laut sebagai bajak laut.

Dia bergabung dengan Kapten Henry pada usia 30-an untuk menjelajahi Sungai Missouri dalam perdagangan bulu. Kisah Glass juga telah dijadikan novel oleh penulis Michael Punke pada 2002 dengan judul The Revenant: A Novel of Revenge. 

Ditulis dan disutradarai langsung oleh Alejandro G Inarritu, pemenang Oscar lewat film Birdman (2015), film ini terasa istimewa. Terlebih, dengan kehadiran aktor pemenang Golden Globe, Leonardo DiCaprio, yang sukses memerankan Glass dengan memukau. Meski telah 27 tahun berkecimpung di industri perfilman Hollywood dengan lusinan film, menjadi Hugh Glass dalam The Revenant merupakan tantangan tersendiri bagi DiCaprio.

Saat pengambilan gambar, dia harus bekerja dalam kondisi yang ekstrem. Bukan hanya karena cuaca yang buruk, ia juga harus mempelajari dan menggunakan bahasa asli suku Indian Amerika dalam beberapa dialognya.

DiCaprio berhasil meleburkan dirinya dengan karakter Hugh Glass. Seorang pria kuat yang kotor, kesakitan, dan kelaparan. Tanpa banyak menggunakan pemeran pengganti, dia tampil langsung memerankan sendiri beberapa adegan, seperti dikubur di bawah salju, bertelanjang badan dalam suhu minus lima derajat Celcius, bahkan terjun dari sungai.

Karakter kuat lainnya dalam film ini adalah Fitzgerald yang juga sukses diperankan aktor Tom Hardy. Hardy mampu merepresentasikan tokoh Fitzgerald yang licik dan mengorientasikan seluruh hidupnya untuk uang.

Petualangan Glass dikolaborasikan dengan setting abad ke-19, saat Amerika belum memetakan wilayah perbatasannya. Pengambilan gambar dilakukan di padang salju Yellowstone dan Sungai Missouri serta hutan belantara Kanada dan Argentina, dengan suhu cuaca musim dingin mencapai minus 27 derajat Celcius.

Mendaulat Emmanuel Lubezki, pemenang Oscar dalam film Birdman dan Gravity, sebagai sinematografer, detail pengambilan gambar dalam film ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Lubezki dikenal dengan keahlian teknik kamera outdoor yang bisa menangkap lanskap padang salju dan hutan belantara.

Sang sutradara, Inarritu, dengan jelas mengungkap kronologi perjalanan Glass yang bertahan hidup dengan tubuh hampir membusuk. Hanya, adegan pembantaian yang dilakukan suku Ree dan penyerangan beruang grizzly pun diperlihatkan dengan detail. Banyak pengadeganan yang menghadirkan sudut amat dekat sehingga menimbulkan kesan menakutkan.

Sisi lain dari cerita ini adalah ketika tokoh utama menunjukkan cintanya yang begitu besar kepada anak kandungnya. Kisah cinta ayah dan anak yang terjalin tulus memberi warna pada tema balas dendam yang diangkat dalam film tersebut. Sang sutradara pun mampu meramu kisah luar biasa tentang kengerian, keindahan, dan kisah balas dendam dalam bingkai gambar yang menawan. rep: Fira Nursya'bani ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement