Kamis 04 Feb 2016 15:00 WIB

Aach ... Aku Jatuh Cinta, Cinta Lewat Botol Limun

Red:

Yulia (Pevita Pearce) menceritakan kembali isi buku harian yang ia tulis 20 tahun silam tentang kehidupannya dengan seorang pria bernama Rumi (Chicco Jerikho). Yulia dan Rumi bertetangga sejak kanak-kanak di sebuah kota kecil.

Mereka menjadi saksi perubahan gaya hidup masyarakat setelah produk-produk impor membanjiri dan mematikan usaha-usaha kecil di kota itu. Usaha limun milik ayah Rumi mengalami kebangkrutan, Rumi kecil pun harus berpisah dengan ibunya. Kehidupan Rumi yang berat membuatnya tumbuh menjadi anak yang nakal dan sulit diatur.

Meski demikian, cinta Rumi kepada Yulia tetap tidak berubah sampai akhirnya Rumi terpaksa pindah rumah karena seluruh aset ayahnya disita untuk menutupi utang. Yulia yang pada awalnya tidak menyukai Rumi mulai merasa kehilangan. Ia dan Rumi hanya bisa berkomunikasi melalui botol limun yang diisi secarik kertas surat.

Hidup Yulia tanpa Rumi semakin kacau ketika keluarganya juga terimpit masalah ekonomi. Ketika ayahnya pergi, ia dan ibunya terpaksa membuka usaha menjahit untuk makan sehari-hari dan membayar biaya sekolah. Beberapa tahun kemudian, Yulia dan Rumi kembali dipertemukan dalam panggung teater. Keduanya mulai saling terbuka dalam menyatakan perasaan masing-masing.

Nahas, Rumi harus tertangkap polisi dalam insiden Malari pada 1974, yaitu insiden unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa yang menolak produk Jepang masuk ke Indonesia. Rumi dituduh memiliki bom molotov yang marak dijadikan alat unjuk rasa. Mereka berpisah lagi. Yulia yang putus asa rupanya memutuskan untuk menikah dengan teman satu kantornya. Sebelum menikah, Rumi memberi kado. Rupanya, kado itulah yang kemudian membuat segalanya berubah.

Alur mundur

Kisah Rumi dan Yulia dalam film Aach ... Aku Jatuh Cinta mengambil setting 1970-an hingga 1990-an. Kota Yogyakarta disulap menjadi kota tua yang penuh dengan perkebunan tebu dan pabrik gula untuk memberikan kesan retro. Menurut sang sutradara, Garin Nugroho, film ini mengajak kita menyaksikan perubahan Indonesia dari 1970-an hingga awal 1990-an. ''Sekarang retro kembali menjadi tren, kita perlu cara bertutur yang unik, tapi segar dalam film," jelas Garin.

Film ini pun menggunakan trik kamera slow motion untuk mendapatkan kesan retro tersebut. Film Aach ... Aku Jatuh Cinta juga diperindah dengan lagu klasik karya Ismail Marzuki berjudul "Dari Mana Datangnya Cinta?" serta sebuah lagu kocak dari Rockability, band indie Yogya, berjudul "Cengengesan". Dalam kisahnya, film berdurasi 90 menit ini menggunakan alur mundur. Keunikan pun terasa lewat dialog para tokoh. Kesan jadul ditunjukkan Pevita dan Chicco yang memenuhi percakapan mereka dengan puisi-puisi karya pujangga dunia, seperti Jalaludin Rumi.

Boleh jadi lantaran mengusung muatan puisi itulah dialog yang hadir terdengar kaku. Di beberapa adegan, keduanya tidak terlihat dekat layaknya teman masa kecil karena dalam percakapannya, mereka menggunakan bahasa yang terlalu baku.

Hanya, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam membawakan dialog. Chicco yang digambarkan sebagai anak berandal terlihat berbicara lebih luwes dan cuek dengan tata bahasa percakapan sehari-hari. Sebaliknya, Pevita berbicara  lebih serius dengan tata bahasa yang lebih baku.

Unsur komedi dalam film ini juga terkesan dipaksakan. Alur cerita akan lebih dramatis jika film ini tetap pada genre romantis yang mengisahkan dua anak manusia yang terpisah, tetapi bersatu kembali. Terlebih, film ini menggunakan sudut pandang Yulia yang menceritakan isi buku hariannya dengan gaya sendu.

Meski demikian, suasana retro 1970-an tergambarkan dengan baik. Perubahan zaman juga terlihat dari perubahan setting dan sudut pengambilan gambar. Kota tempat mereka tinggal yang diperlihatkan sebagai kota kecil asri penuh dengan perkebunan tebu yang luas lantas berubah menjadi kota modern. Gaya berpakaian juga diatur sedemikian rupa agar setiap adegan sesuai dengan zamannya.

rep: Fira Nursya'bani, ed: Endah Hapsari

***

Komedi Liar Ala Garin

Film bergenre komedi romantis Aach ... Aku Jatuh Cinta menjadi karya yang menandakan perjalanan panjang karier sutradara Garin Nugroho. Inilah film layar lebar Garin yang ke-15.

Dalam film ini, Garin mempertemukan Chicco Jerikho dan Pevita Pearce. Keduanya didaulat sebagai aktor utama yang memerankan dua anak manusia yang tumbuh besar bersama dan saling jatuh cinta.

"Chicco membawakan komedi liar sedangkan Pevita yang sedang menceritakan buku hariannya ini sebagai anak perempuan baik-baik," kata Garin. Sebelum ditayangkan di Indonesia, film Aach ... Aku Jatuh Cinta telah mendapatkan apresiasi dari penyelenggara festival film dunia dengan terlebih dahulu tayang di luar negeri.

Pada 6 Oktober 2015, Aach ... Aku Jatuh Cinta perdana diputar dalam Busan International Film Festival di Korea Selatan dengan judul Chaotic Loves Poem. Setelah itu, film ini mendapat kehormatan diputar di International Film Festival Rotterdam, Belanda, pada 27 Januari 2016 hingga 7 Februari 2016.

Aach ... Aku Jatuh Cinta juga akan ditayangkan empat kali dalam Voices Main Programme 2016 pada 2-6 Februari 2016. Sedangkan, di Tanah Air, film ini telah menjadi pusat perhatian dalam Netpac Asian Film Festival (JAFF) di Yogyakarta pada awal Desember 2015.

"Film ini juga dipilih sebagai film pembuka dalam acara Plaza Indonesia Film Festival yang akan berlangsung pada 9 Februari," ujar produser film Aach ... Aku Jatuh Cinta, Raam Punjabi. 

Menurut Raam, apresiasi yang didapat film Aach ... Aku Jatuh Cinta dari festival film dunia merupakan usaha keras dari sang sutradara. Garin, kata dia, telah memiliki nama besar di industri perfilman Asia.

"Dalam era MEA ini, kami mulai membuka kerja sama dengan studio film luar negeri dan di film ini kami bekerja sama dengan Vita Studio Malaysia," katanya. Ia menuturkan, film Indonesia memang belum bisa dirilis dalam skala besar, seperti film Bollywood atau Hollywood.

Meski demikian, ada beberapa unsur agar film-film Indonesia bisa semakin go international, yakni sutradara yang berbakat, promosi dari media, dan sistem peredaran yang besar. ed: Endah Hapsari

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement