Jumat 20 Nov 2015 15:00 WIB

Ressa Rere, Film Jadi Ladang Dakwah

Red:

Film selain sarana hiburan juga sarana pendidikan. Bahkan, film juga salah satu sarana yang paling pas untuk menebarkan nilai-nilai kebaikan.

Semangat itulah yang menggerakkan sosok Muslimah yang baru menekuni dunia seni peran lewat film religi, Ressa Rere. Rere yang mendapat peran utama dalam film religi Tausiyah Cinta ini mengakui, bermain film baginya adalah sesuatu yang baru.

Bagi Rere, seorang pemain film mestilah sosok yang profesional. Mendalami seni peran mengharuskan dia total dalam memerankan sosok figur dengan baik. Rere pun mengaku terus belajar untuk menjadi pemain film yang baik.

Semangatnya untuk menjadikan film sebagai sarana penyampai nilai kebaikan bersambut dengan diterimanya Rere menjadi pemeran utama Tausiyah Cinta. Rere mengakui, semua kru yang terlibat dalam penggarapan film yang akan muncul Desember mendatang ini sudah ia anggap keluarga. "Film ini bukan berorientasi pada benefit saja, tapi semoga jadi ladang dakwah, insya Allah," ujar Rere kepada Republika, Selasa (17/11).

Rere juga mengakui, saat menjalani syuting, ia benar-benar merasakan ukhuwah yang sangat kuat. Ia bukan hanya belajar terjun ke dunia seni peran, melainkan juga belajar dari nilai-nilai film tersebut. "Saya belajar mencintai takdir Allah SWT lewat film ini," kata Rere.

Rere mengisahkan takdir yang membawanya hingga ke titik saat ini ibarat roller coaster. Rere awalnya adalah vokalis sebuah band. Saat itu pun ia belum berhijab. Ia begitu terobsesi menjadi penyanyi sejak kecil. "Dari kecil sampai dewasa kerap ikut audisi menyanyi sana-sini," ujar dia.

Ia pun membentuk sebuah band bersama rekan-rekannya dari Cirebon. Mereka bercita-cita bisa menembus label rekaman nasional di Jakarta. Jalan takdir pun seolah terbentang. Rere bertemu dengan seorang produser rekaman dari Jakarta.

Band yang Rere gawangi dijanjikan sebuah kontrak rekaman. Berbekal janji itulah mereka hijrah ke Ibu Kota. Namun, takdir berkata lain. Selesai rekaman, ternyata tidak ada satu pun label rekaman yang mau mempromosikan band mereka.

"Saat itu kami diminta menunggu dan menunggu. Akhirnya beberapa personel pulang ke Cirebon, sementara saya diminta bekerja di salah satu perusahaan sang produser," ungkap Muslimah kelahiran 25 Februari 1992 ini.

Rere merasa sendirian di Jakarta. Terlebih, nasib karier bernyanyinya tidak jelas. Akhirnya suatu ketika ia bertemu dengan beberapa Muslimah yang rajin menggelar kajian di kantornya. Rere yang merasa butuh teman tak sungkan berkenalan.

"Mereka tak pernah mencibir saya karena penampilan saya waktu itu. Mereka justru mengenalkan saya dengan indahnya Islam," katanya mengisahkan.

Rere pun diajak mendalami ayat-ayat Allah SWT lewat berbagai kajian. Sampai di suatu titik, ia hanya bisa menangis tergugu. Deras air matanya mengalir saat lisannya membaca surah al-Ahzab ayat 59 dan an-Nur ayat 31. Kedua ayat tersebut berisi kewajiban bagi seorang Muslimah untuk menutup aurat.

"Pada titik itu saya berpikir apa yang sudah saya lakukan di dunia ini sia-sia. Saya tidak sadar jika kematian itu sejatinya sangat dekat," ujar Rere.

"Saya tak lagi berpikir panjang. Keesokan harinya saya memutuskan berjilbab dan meninggalkan cita-cita saya sebagai penyanyi," kata Rere menambahkan.

Rere beralasan, saat itu ia memiliki keyakinan jika kita meninggalkan sesuatu karena Allah, pasti Allah akan menggantikan sesuatu yang jauh lebih baik. "Alhamdulillah, itu saya rasakan saat ini. Dulu jika seni untuk mensyiarkan cinta kepada manusia, kini seni untuk mengagungkan cinta kepada Allah," jelas Rere.

Rere menambahkan, hal yang semakin membuatnya mantap berhijrah adalah faktor orang tuanya. "Bapak saya pernah bilang, 'Keluarnya seorang perempuan tanpa menutup aurat sama dengan menjerumuskan ayahnya ke lubang api neraka'," katanya mengisahkan.

Meskipun Rere mengaku tak hidup lama bersama orang tua kandungnya, ia ingin membahagiakan mereka. Rere sama sekali tak pernah menatap wajah ibunya. Saat kecil, ia sudah diasuh orang lain karena bapak dan ibunya berpisah.

Kini, saat dewasa ia baru mengetahui jika ibu kandungnya sudah wafat beberapa tahun silam. "Disusul bapak yang wafat enam bulan lalu. Saya ingin membahagiakan mereka di akhirat dengan belajar jadi Muslimah salehah," ucapnya.

Sebagai seorang Muslimah, Rere mengakui, ada masanya iman naik dan turun. Untuk menjaga agar diri tetap istiqamah, Rere memiliki cara tersendiri. "Saya selalu berdoa kepada Allah karena Allahlah yang membolak-balikkan hati," kata dia menjelaskan.

Berdekatan dengan Alquran juga menjadi salah satu penguatnya setelah hijrah. "Dan selalu berkumpul dengan orang-orang saleh agar kita tetap terjaga," ujarnya.

Semangat hijrah itu terus ia gaungkan dalam menjalani profesinya. Baginya, semua profesi haruslah membawa manfaat bagi umat. "Dan yang penting ada izin suami untuk menebar manfaat meski tak harus dari  profesi pemain seni," ungkap Rere.

Saat ini Rere mengaku ada profesi yang ingin dia perdalam. "Saya ingin belajar menulis," ujarnya. Ia tak mematok ingin menetapkan diri apa saja rencana karya ke depannya. Tetapi, yang jelas suatu saat ia ingin menuliskan kisah pribadinya dan berbagi dengan orang lain. "Semoga bisa menginspirasi dan memotivasi." 

========

Nama         : Ressa Rere

TTL         : 25 Februari 1992

Pendidikan     : Universitas Pamulang Jurusan Ekonomi

          Universitas Terbuka Jurusan Komunikasi

Prestasi     : Juara harapan Bintang Radio RRI Cirebon 2009,

          Juara 2 Speedy Singing Competition 2008

Karya         : Pemain Film Tausiyah Cinta

Moto         : Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat, Insya Allah.

Facebook/Twitter: ressa rere

Instagram     : ressarere

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement