Kamis 22 Oct 2015 13:00 WIB

Crimson Peak, Horor Beromansa Gothic

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Crimson Peak, Horor Beromansa Gothic


Bocah perempuan itu harus kehilangan sang ibu di usianya yang baru 10 tahun. Setelah kematiannya, arwah sang ibu (Doug Jones) sempat menghampiri putrinya dan memperingatkan dia untuk menjauh dari Crimson Peak. Beberapa tahun kemudian, anak itu tumbuh menjadi seorang wanita cantik, Edith Cushing (Mia Wasikowska) yang bercita-cita ingin menjadi penulis buku horor.

Hasratnya pada kisah horor boleh jadi terinspirasi pada kemampuannya untuk mendengarkan suara-suara gaib. Ia tinggal bersama ayahnya yang kaya raya, Sir Carter Cushing (Jim Beaver) di Buffalo, New York. Edith sempat mengirimkan naskah tulisannya ke salah satu penerbit di kota itu. Sayangnya, penerbit tersebut tidak berminat untuk menerbitkan cerita horornya. Suatu malam, bisikan ibunya yang pernah ia dengar saat masih kanak-kanak muncul kembali. Namun, ia belum memahami peringatan dari sang ibu sehingga ia mengabaikannya.

Di saat bersamaan, Edith pun menapaki masa pubernya. Teman masa kecilnya, Alan McMichael (Charlie Hunnam), dan seorang pendatang baru, Thomas Sharpe (Tom Hiddleston), memperebutkan hatinya. Alan merupakan seorang dokter yang mempunyai otak brilian, sementara Thomas adalah perayu andal sekaligus seseorang yang berambisi untuk menciptakan teknologi mesin.

Dalam persaingan cinta tersebut, akhirnya Thomas berhasil merebut hatinya. Namun, Carter tidak menyetujuinya karena telah mengetahui catatan hitam Thomas yang terjerat kasus di beberapa negara. Carter akhirnya meminta Thomas dan kakaknya, Lucille (Jessica Chastain) untuk pergi meninggalkan kota tersebut dengan memberi sejumlah uang.

Tak lama berselang dari pengusiran dua saudara itu, ayah Edith meninggal dalam keadaan yang misterius sebelum sempat menceritakan kejahatan dua bersaudara itu, sehingga Thomas pun dengan leluasa bisa mendekati Edith lagi dan berhasil menikahinya. Sementara, Lucille sudah lebih dulu pergi dari kota tersebut.

 Thomas membawa Edith ke rumah besarnya, Allerdale Hall, yang berada di perbukitan terpencil Inggris. Rumah kuno tersebut berdiri di atas tambang bawah tanah merah seperti darah yang merembes melalui salju, sehingga tempat tersebut dinamakan Crimson Peak.

Di rumah tersebut, Thomas hanya tinggal berdua bersama Lucille yang merupakan seorang wanita misterius. Selama di rumah itu, Lucille berpura-pura suka kepada Edith karena ia menyembunyikan sebuah rahasia dan mengincar harta yang dimiliki wanita muda itu.

 Dalam kehidupan barunya, Edith banyak dihantui jiwa-jiwa yang mati. Bahkan, Edith sering bermimpi buruk dan mulai melihat keanehan-keanehan di dalam rumah tersebut. Lewat beberapa petunjuk yang didapatkan, Edith menduga bahwa sebelum dirinya datang ke rumah tersebut telah ada orang lain yang pernah hidup bersama Thomas dan mereka dibunuh dengan cara yang keji. Seiring waktu, Edith juga berhasil mengungkap sebuah misteri bahwa ternyata rumah tersebut merupakan tempat yang selalu diperingatkan oleh arwah ibunya, yaitu Crimson Peak. Di rumah itu, Edith juga mengetahui bahwa orang-orang yang dibunuh di rumah itu adalah mantan istri Thomas yang dibunuh oleh kakaknya, Lucille.

 Edith terpukul. Ia menyadari bahwa cinta Thomas kepadanya selama ini hanyalah sebuah permainan yang digunakan untuk memenuhi ambisi Lucille. Selama Edith tinggal di rumah itu ternyata Lucille juga telah memberi minuman teh beracun kepadanya sehingga ia sering batuk darah.

 Mengetahui misi keji Lucille, Edith mencoba untuk melarikan diri dari rumah itu. Namun, ia tidak bisa menembus badai salju sehingga ia harus kembali ke rumah tersebut. Nyawa Edith terancam dan Thomas dihadapkan pada dua pilihan: menyelamatkan istri atau mendukung misi keji sang kakak.

Universal Studios sebagai pihak produser menyebut film ini sebagai film dengan sentuhan romansa gothic. Tepatnya, inilah film horor-detektif dengan sentuhan romantis gothic. Sentuhan itu terasa ketika setting film dibuat di masa abad ke-19, bergaya Victoria, serta berlokasi di sebuah puri yang kemegahannya justru terasa mencekam.

Sutradara Guillermo del Toro dikenal sebagai sutradara yang kerap menghadirkan sosok-sosok monster dalam film-filmnya. Tentu jangan dibayangkan monster yang dihadirkan adalah figur tinggi besar yang menyeramkan. Di tangan Del Toro, monster pun bisa berwujud perempuan menawan yang hadir tak kasat mata.

Dalam Crimson Peak, sang sutradara menyajikan film ini dengan penuh kejutan. Anda boleh saja mengira akan menemukan banyak hantu seram di sini, tetapi Del Toro menyiapkan kejutan berbeda sehingga Anda tidak akan bisa menebaknya. Agaknya, tak berlebihan bila Del Toro dijuluki sebagai sutradara yang visioner. N c39 ed: endah hapsari 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement