Rabu 01 Jul 2015 17:00 WIB

Sahabat Bromo Menjaga Alam

Red:

Siapa tak kenal panorama Bromo yang menakjubkan? Bromo dinobatkan sebagai tempat terindah ketiga di dunia untuk melihat matahari terbit. Indonesia pantas berbangga melihat semakin banyak pelancong yang mengunjungi Bromo dari tahun ke tahun.

Namun, seiring dengan bertambahnya wisatawan dari dalam dan luar negeri, Bromo semakin penuh dengan sampah. Padahal, semua pengunjung memiliki andil dalam pelestarian lingkungan di tempat wisata.

Berangkat dari keprihatinan mengenai masalah sampah di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sekumpulan anak muda Indonesia membentuk sebuah komunitas peduli Bromo yang dinamai Sahabat Bromo. Mereka inilah yang diharapkan mampu memberikan aksi peduli terhadap lingkungan Bromo.

"Masih banyak pengunjung yang belum mengerti bagaimana caranya bepergian ke tempat wisata alam. Mereka masih merasa nanti sampah ada yang urus karena telah mengeluarkan uang. Mereka inginnya difasilitasi segala halnya. Padahal, sampah merupakan tanggung jawab pribadi," ujar ketua Sahabat Bromo, Bagas Indyatmono.

Pada musim liburan, kata Bagas, kondisi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini sudah tidak lagi indah karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan. Sedangkan, petugas taman nasional yang jumlahnya tidak seberapa tidak dapat mengatasi masalah sampah yang semakin menumpuk.

"Taman nasional pun banyak memiliki keterbatasan untuk mengawasi kebersihan kawasan wisata seluas ini, di antaranya dari jumlah personel dan peralatan," jelas Bagas.

Sahabat Bromo sendiri tak hanya bekerja sama dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tapi juga menggandeng pemerintah daerah setempat. Selain itu, kerja sama juga dijalin dengan sejumlah paguyuban, seperti Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), paguyuban jip, tukang ojek, dan paguyuban-paguyuban lain yang ingin mewujudkan Bromo yang bersih. "Kita ingin merangkul semuanya dan menjalin komunikasi," kata dia.

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berpusat di Jakarta ini telah didirikan sejak dua tahun lalu dan telah banyak melakukan kegiatan cinta lingkungan. Sahabat Bromo di Jakarta bertugas untuk menampung donasi dari donatur-donatur yang peduli terhadap kelestarian alam Bromo, sedangkan Sahabat Bromo di Jawa Timur melakukan inisiasi awal berupa aksi bersih-bersih Bromo.

Tahun ini, Sahabat Bromo mengajak anggota TNI dan ratusan siswa SMP dan SMA di seluruh sekolah di Kabupaten Probolinggo untuk turun langsung ke kawasan wisata Bromo dan memungut sampah. Kegiatan tersebut dilakukan pada Sabtu (13/6) lalu, bersamaan dengan penyelenggaraan Jazz Gunung 2015 di panggung terbuka Java Banana Bromo.

Kegiatan bersih-bersih ini juga dihadiri oleh artis dan penggiat lingkungan, Ine Febrianti, yang mengadakan diskusi dengan peserta di tengah acara mengenai bagaimana berperilaku yang baik ketika sedang berwisata alam. Bagas menjelaskan, Ine Febrianti dipilih karena telah memiliki banyak pengalaman dan ingin berbagi kesadaran cinta lingkungan kepada Sahabat Bromo.

Pengunjung yang berpartisipasi dalam kegiatan Sahabat Bromo mendapatkan sejumlah fasilitas, di antaranya fasilitas tenda, kantung tidur, dan matras untuk digunakan di camping ground Bromo. Selain itu, ada fasilitas MCK, sarapan dan makan siang, sekaligus akses masuk ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

"Partisipan diberi alat pendukung kegiatan, seperti masker, sarung tangan, dan kantong sampah, dan yang paling menyenangkan diberi tiket festival Jazz Gunung untuk dua hari," jelas Bagas.

N c09 ed: endah hapsari

***

Tiga Poin Ecotourism

Penggagas Jazz Gunung dan Sahabat Bromo, Sigit Pramono, menuturkan, kegiatan bersih gunung yang rutin dilakukan Sahabat Bromo tidak hanya bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada alam, tetapi juga untuk mengenalkan konsep pariwisata ecotourism.

Konsep ini diterapkan agar kelestarian alam lingkungan tetap terjaga dan dampak positif sosial ekonomi masyarakat sekitar tetap berlanjut. "Kalau cara kita mengelola dan mengunjungi kawasan wisata ini masih sembarangan, lima sampai 10 tahun kita akan kehilangan Bromo," ujar Sigit.

Ada tiga hal penting dalam konsep ecotourism yang nantinya akan diterapkan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Pertama, dengan adanya pembatasan pengunjung, misalnya ke Pananjakan dibatasi satu hari hanya 1.000 atau 2.000 pengunjung. Jika masih ada pengunjung yang masuk Bromo, dialihkan langsung ke tempat lain, seperti ke Pasir Berbisik atau savana. Pengunjung-pengunjung itu harus antre keesokan harinya untuk masuk ke Pananjakan.

Kedua, adanya pemberlakuan one gate system. Saat ini ada beberapa pintu masuk ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Tidak hanya di Probolinggo, pintu juga ada di Lumajang dan Pasuruan. "Empat kabupaten harus melakukan koordinasi terkait one gate system ini," jelas dia.

Ketiga, pengaturan patok-patok yang telah ada untuk membuat jalur tetap bagi jip dan ojek. Sebab, patok yang telah ada kini tidak jelas sehingga banyak pengemudi yang memakai jalur sembarangan bahkan membuka jalur baru.

Konsep ini juga mendapat dukungan dari Pemkab Probolinggo. Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari menyatakan kesediaannya untuk menjadikan Bromo sebagai kawasan wisata dan kawasan konservasi alam dengan cara meningkatkan sistem pemeliharaannya. "Upaya ini bisa menjadi jawaban atas keresahan kita semua, semoga kita bisa menata sistem yang lebih baik di Bromo," ujar Puput saat memberikan sambutan dalam acara Jazz Gunung 2015.

N c09

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement