Rabu 22 Oct 2014 12:00 WIB
pesona

Stan The Man Dari Gitaris ke Solois

Red:

Industri musik Indonesia selalu dihiasi oleh wajah-wajah baru yang menawarkan ciri khas dan keunikan masing-masing. Musik yang mereka bawakan biasanya segar dan menambah keramaian belantika musik Tanah Air. Salah satu musisi pendatang baru yang saat ini sedang menapaki karier, yakni Stanley Isakh. Di atas panggung, dia lebih dikenal dengan nama Stan The Man.

Nama Stan The Man mencuat di tengah publik tepat pada malam kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-69. Ketika itu, Stan The Man muncul memberikan angin segar dengan membawakan sebuah single bertema kebangsaan yang berjudul "Untuk Indonesia". Single tersebut didaulat menjadi soundtrack sebuah film dokumenter bertajuk Yang Ketu7uh.

Film ini diproduksi Watchdoc dan menyoroti tentang perjalanan pemilihan presiden dan wakil presiden 2014. Film tersebut melibatkan 19 jurnalis dan videografer dari lima kota yang bekerja selama delapan bulan sebelum musim kampanye.

Kehadiran Stan The Man dengan single tersebut menambah roh dari visualisasi film Yang Ketu7uh. Lagu yang dibesut dengan unsur musik rock dan pop alternatif ini mengangkat tema tentang sikap hidup optimis dan kecintaan pada Tanah Air.

Bagi penyanyi berusia 33 tahun tersebut, hidup merupakan perjuangan tanpa henti. Sejak kecil, dia sudah bertekad mendedikasikan hidupnya di industri musik. Dari Madiun, dia hijrah ke Jakarta bersama dengan band pop rock bernama Steresoul.

Namun, persaingan industri musik yang keras membuat band itu bubar pada 2012 dan Stan The Man berjuang sendirian agar bisa bertahan di dunia yang disukainya. Berbekal kepiwaiannya memainkan gitar, dia menjadi additional guitar player untuk sejumlah penyanyi ternama di Tanah Air, di antaranya, Judika, Astri, Terry, dan Nindy.

Tak hanya itu, dia juga pernah berkolaborasi dengan penyanyi asal Australia yang populer pada era 1990-an, yakni Rick Price dan Guy Sebastian.

Kerja kerasnya di bidang musik akhirnya membuahkan hasil. Stan The Man kini sedang mempersiapkan album pertama dan akan segera meluncurkan single kedua berjudul "Menatap Wajahmu". Berikut adalah cerita tentang perjalanan karier penyanyi kelahiran Ngawi tersebut kepada Republika.

Bagaimana asal usul nama Stan The Man?

Awalnya, saya ingin memakai nama Stanley. Namun, di industri musik nama itu sudah pernah ada, yakni penyanyi Stanley Sagala. Setiap saya berkenalan atau bertemu dengan orang lain, mereka selalu memanggil saya dengan panggilan Stan The Man. Panggilan itu artinya memberi tahu bahwa ini lho orangnya. Setelah ditelusuri sebenarnya zaman dulu ada aktor, sutradara, dan petinju yang memakai nama Stan The Man. Karena, di Indonesia belum pernah ada maka saya memakai nama panggilan itu.

Bagaimana proses lagu "Untuk Indonesia" bisa menjadi soundtrack film Yang Ketu7uh?

Sebenarnya, lagu itu saya bikin saat band saya bubar untuk menyemangati diri sendiri. Setelah lagu ini direkam, pihak Sony Music melihat ada trailer film dokumenter Yang Ketu7uh dan menawarkan lagu saya ke production house film itu.

Ketika lagu saya didengarkan, ternyata sangat cocok dan sesuai dengan momentum dan kondisi Indonesia yang sedang menjalani pemilu presiden. Tanpa penawaran panjang, akhirnya lagu "Untuk Indonesia" resmi menjadi soundtrack film dokumenter itu.

Dulu, kamu dikenal sebagai gitaris, lalu sekarang menjadi penyanyi solo. Perbedaan apa yang kamu rasakan?

Saat masih di band sebenarnya saya menjadi frontman. Ketika menjalani sebagai pengiring dan ada di belakang, saya harus menahan ego. Sedih sih, setiap mengiringi penyanyi di atas panggung, saya selalu berkata dalam hati, kapan bisa tampil di depan lagi. Saya bersyukur sekarang sudah bisa tampil di depan lagi dan ini menjadi semacam guilty pleasure buat saya.

Pengalaman apa yang bisa kamu ambil dengan menjadi additional guitar player?

Banyak banget, saya senang bisa mengiringi penyanyi papan atas Indonesia di atas panggung. Mereka memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda dan saya selalu mengikuti para penyanyi itu promo album ke radio. Bagi saya, menjadi additional player sebetulnya menjadi jembatan untuk menapaki karier sebagai penyanyi solo. Hal ini sangat memudahkan karena orang-orang di radio sudah mengenal saya sehingga jalannya gampang untuk promosi single saya sendiri.

Penyanyi solo pria di Indonesia jumlahnya banyak, lalu kamu ingin dikenal sebagai penyanyi yang seperti apa?

Saya tidak mau hanya dikenal sebagai penyanyi saja, tapi juga pencipta lagu. Saya suka sekali main gitar dan menurut saya hal itu bisa menjadi kelebihan. Selain itu, teknik vokal saya juga beda karena banyak menggunakan falseto, mempunyai power, tapi tetap lembut. Vokal seperti ini belum banyak di Indonesia.

Ciri khas musik kamu seperti apa?

Di album saya yang pertama nanti, saya ingin menampilkan berbagai macam jenis musik, mulai dari jazz, pop, rock, dan blues. Saya tidak mau ambil risiko hanya menonjolkan satu genre musik karena nanti tidak bisa meluas. Saya ingin publik mengenal vokal saya dulu. Kalau mereka sudah kenal maka ketika saya membawakan jenis musik apa pun akan tetap dikenal.

Apa proyek ke depan?

Saya akan rilis single kedua judulnya "Menatap Wajahmu" pada akhir tahun ini. Selain itu, saya juga akan tampil di Singapura dalam acara Travel Fair pada November mendatang. Sampai saat ini, saya masih mengumpulkan materi lagu untuk album pertama dan sudah terkumpul lima lagu. Saya masih mencari lima lagu lain untuk mengisi album pertama.

N ed: endah hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement