Rabu 20 Aug 2014 16:00 WIB
Film

Yasmine Roller Coaster Silat

Red:

Cinta memang bukanlah hal yang mudah. Setiap orang rela melakukan apa saja demi mengejar cintanya. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan seorang remaja yang baru masuk di sekolah menengah atas, Yasmine (Liyana Yus). Remaja ini memiliki seorang pujaan hati bernama Adi (Aryl Falak) yang merupakan teman semasa kecilnya. Adi merupakan seorang atlet silat kebanggaan Brunei dan telah berlaga di sejumlah kejuaraan internasional.

Meskipun berbeda sekolah dan jarang bertemu, Yasmine diam-diam masih memendam suka dan sangat mengagumi Adi. Seperti cerita cinta remaja pada umumnya, Yasmine diselimuti rasa cemburu ketika mengetahui bahwa Adi dekat dengan seorang wanita bernama Dewi (Mentari De Marelle) yang merupakan pesilat terbaik dan memiliki gerakan mematikan. Yasmine tidak mau tinggal diam. Di sekolah barunya, dia mendaftarkan diri ke sebuah klub silat yang sudah lama terpuruk dan tak berkembang.

Perjalanan Yasmine untuk membuktikan diri dan bersaing dengan Dewi dimulai dari klub silat kecil tersebut. Bersama dengan dua anggota klub silat lainnya, yakni Ali (Roy Sungkono) dan Nadia (Nadiah Wahid), mereka berusaha keras agar bisa mengikuti kejuaraan silat regional antarsekolah.

Namun, tak ada perjalanan yang mulus. Tekad Yasmine untuk menjadi seorang pesilat hebat ditentang ayahnya, Fahri (Reza Rahadian). Bagi Fahri, silat adalah olahraga yang memiliki risiko berbahaya, mulai dari cedera berat, hingga berujung pada kematian. Dia tidak ingin anak semata wayangnya itu berada dalam bahaya karena Yasmine merupakan satu-satunya harta yang dimiliki setelah istri Fahri meninggal dunia.

Yasmine dan kedua rekannya tak pernah mengenal lelah untuk berlatih dengan keras dan mencari guru silat terbaik agar mereka bisa melaju sampai ke babak final. Tapi, setiap perjalanan memang tak selalu mulus.

Berbagai macam konflik mulai bermunculan ketika dua rekan Yasmine menyadari bahwa mereka hanya dijadikan sebagai alat untuk merebut perhatian Adi. Mereka akan berhadapan dengan sekolah juara bertahan di babak final, akan tetapi ego Yasmine telah membuat semua usaha keras mereka menjadi berantakan. Kedua rekan Yasmine terancam mundur dari klub silat dan final kejuaraan tersebut.

Genre berbeda

Film besutan sutradara asal Brunei, Siti Kamaluddin, tersebut memberikan angin segar bagi bioskop Tanah Air karena mengangkat genre berbeda, yakni drama action yang dipadukan oleh silat. Sebelumnya, film action yang mengombinasikan gerakan silat sudah ditampilkan terlebih dahulu lewat The Raid. Akan tetapi, Yasmine dan The Raid memiliki perbedaan yang sangat signifikan. The Raid menampilkan gerakan baku hantam silat dengan keras, sedangkan Yasmine lebih menonjolkan sisi kompetisi dan pertandingan dalam silat.

Kehadiran film Yasmine merupakan kerja keras selama empat tahun bagi Siti dan produser Din Kamaluddin. Kedua kakak beradik tersebut telah mencatatkan sejarah dan menghidupkan kembali produksi film layar lebar di Brunei sejak 1960. Tidak mudah bagi mereka untuk meyakinkan dan mendapatkan dukungan dari Kerajaan Brunei agar dapat mewujudkan film ini.

Industri film Brunei yang sudah lama mati membuat Siti dan Din menyadari bahwa mereka membutuhkan banyak sumber daya untuk membantu mewujudkan film Yasmine. Kemudian, keduanya menggandeng sejumlah sineas ternama dari sejumlah negara, seperti Salman Aristo yang merupakan penulis skenario terbaik di Indonesia dan seorang tata sinematografi asal Australia, James Teh.

Film ini terbilang spesial karena bekerja sama dengan sutradara spesialisasi action, Chan Man Ching, yang sudah 30 tahun malang melintang di industri film Hong Kong dan Hollywood. Sebelumnya, dia menggarap aksi laga dalam sejumlah film Jackie Chan, seperti The Legend of the Drunken Master 2 dan ketiga seri film Rush Hour. Tak hanya itu, Man Ching juga terlibat dalam film Hell Boy 2 dan The Golden Army.

Unsur drama dan action dalam film ini berhasil diramu menjadi jalinan cerita yang mengalir dan menyatu. Penonton dapat mengikuti alur film ini dengan mudah, apalagi ditambah selipan tingkah lucu dan kekonyolan khas remaja yang tidak membuat bosan. Menonton film ini seperti sedang menaiki roller coaster karena penonton dapat merasakan ketegangan lewat aksi-aksi laga yang diperlihatkan. Film ini tak hanya menonjolkan soal kisah cinta remaja saja, tapi juga memberikan pesan mengenai persahabatan dan menjalin hubungan dengan orang tua.

rep:rizky jaramaya ed: endah hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement