Rabu 20 Aug 2014 16:00 WIB
Pesona

Parodi tentang Korupsi

Red:

Lola Amaria jengah. Rupanya, berita korupsi yang marak di berbagai media nasional selama lima tahun terakhir membuatnya gelisah sekaligus prihatin. Ter nyata, kejengahan itulah yang justru membuatnya ter gerak membuat film terbaru berjudul ‘Negeri Tanpa Telinga’.

Itulah sebuah film parodi politik tentang korupsi, politik, kekuasaan hingga seks. "Film ini terinspirasi dari banyaknya pemberitaan media tentang pejabat di negeri ini yang melakukan korupsi selama tiga hingga lima tahun terakhir ini. Ide awalnya dari media," ujar Lola yang bertindak selaku produser sekaligus sutra dara ‘Negeri Tanpa Telinga’.

Akan tetapi, membuat film ini tak segampang membalik telapak tangan. Lola pun harus melakukan riset panjang berdasarkan fakta-fakta yang ada. Terlebih cerita dalam film ini sangat sensistif dan melibatkan kasus pejabat-pejabat tinggi politik Indonesia yang ramai diberitakan.

Dibuat dalam alur cerita yang tidak 100 persen sama dengan kisah aslinya, film yang mengambil lokasi syuting di Jakarta, Yogyakarta dan Solo itu disajikan dalam bentuk cerita-cerita fiktif ringan berbau parodi. Ini agar film ‘Negeri Tanpa Telinga’ mampu dicerna dengan baik oleh semua lapisan masyarakat. ''Saya mencoba visualisasikan dalam bentuk parodi politik, meskipun sebenarnya yang terjadi lebih kejam dari film ini," jelas Lola.

Dengan menggandeng sederet pemain seperti Ray Sahetapy, Lukman Sardi, Tata Ginting, hingga T Rifnu Wikana, Lola berharap film ini bisa membuat pemerintah membuka telinga lebar-lebar agar lebih memperhatikan nasib rakyat dan memberantas korupsi. "Telinga itu simbol. Kalau pemerintah nggak mau dengar rakyatnya, ya buat apa ada negara ini.'' rep:aghia khumaes ed:endah hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement