Rabu 23 Jul 2014 13:00 WIB

Mari Memaafkan

Red:

Idul Fitri. Inilah momen yang dinanti seluruh umat Islam setelah menjalani puasa sebulan penuh. Inilah hari kemenangan itu. Lantas, apa sih sebenarnya makna Idul Fitri untuk kamu? Baju baru, kumpul keluarga, bagi-bagi amplop, atau liburan seru?

Sah-sah saja kalau kamu menganggap Lebaran adalah keriaan yang harus dinikmati. Namun, pernahkah kamu merenungkan apakah sebenarnya makna hakiki di balik Idul Fitri itu?

Idul Fitri berarti kembali suci. Nah, siapa saja yang bisa masuk kategori kembali ke fitrah itu? Tentu saja, mereka yang telah melakukan berbagai usaha untuk menyucikan diri sepanjang bulan Ramadhan. Proses panjang penyucian diri itu juga yang bisa dijadikan bekal untuk menghadapi hari-hari setelah berlalu Ramadhan dan Lebaran. Terus berusaha memperbaiki diri dan ibadah hingga kita diizinkan Allah bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan.

Di hari fitri itu juga, kita pun diminta untuk saling memaafkan, menghilangkan rasa marah dan dendam yang pernah ada dengan sesama. Kita diajak untuk bisa berbesar hati memberikan maaf dan memohon maaf atas kesalahan yang kita lakukan, sengaja atau tidak. Kita diajak untuk bisa legowo memaafkan dan meminta maaf. Just let it go. Kita membuka lembar yang baru, lembar yang putih dan bersih tanpa amarah. Memaafkan dan silaturahim dengan sesama selalu lebih indah. Selamat merayakan hari kemenangan.

***

Nihlah Chalidah

Mahasiswi Universitas Gadjah Mada

Introspeksi Diri

Nihlah siap merayakan Lebaran di Jakarta bersama keluarganya, karena mudik tidak pernah menjadi agenda utama ketika Lebaran. "Justru yang paling ditunggu saat Lebaran itu shalat Idnya, karena kalau kumpul keluarga nggak selalu pas Lebaran," ujar Nihlah. Menjelang Lebaran, biasanya seluruh umat Muslim di Indonesia mulai disibukkan oleh berbagai persiapan, mulai dari membeli baju baru, membersihkan rumah, dan membuat kue-kue kering sebagai suguhan Lebaran.

Nihlah tidak memiliki persiapan khusus untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Biasanya dia membantu keluarganya untuk membersihkan rumah dan membuat kue. Namun, secara pribadi, mahasiswi jurusan teknologi hasil perikanan tersebut memiliki target untuk khatam Alquran sebelum Lebaran tiba. Lebaran memang tidak seharusnya dirayakan secara berlebih-lebihan. Momen ini semestinya digunakan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta karena masih diberikan kesehatan, rezeki, dan segala macam kebaikan yang sudah dilimpahkan.

Bagi Nihlah, Lebaran digunakan sebagai bentuk introspeksi diri dari segala hal yang sudah dilewati dalam rentang waktu satu tahun belakangan. Selain itu, Hari Raya Idul Fitri digunakan untuk memasang target untuk kehidupan ke depan dan memperbaiki segala kekurangan agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"Lebaran itu hakikatnya adalah kembali ke fitrah, jadi kita harus lebih baik dari Lebaran sebelumnya," kata Nihlah. Bagi Nihlah, Lebaran tahun ini tidak berbeda dengan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan yang dirasakan justru ketika menjalani ibadah puasa Ramadhan. Tahun lalu, dia bisa menjalankan ibadah puasa secara penuh bersama keluarganya di Jakarta karena bertepatan dengan libur kuliah.

Sedangkan tahun ini, Ramadhan bertepatan ketika sedang memasuki ujian akhir semester sehingga Nihlah harus tetap berada di Yogyakarta hingga ujian berakhir. Selain itu, seminggu setelah Lebaran, mahasiswi yang duduk di semester lima itu harus kembali ke Yogyakarta untuk berjibaku dengan dunia perkuliahan.

Nihlah berharap, Lebaran tahun ini masih diberikan keberkahan berupa kesehatan dan rezeki bagi seluruh keluarga dan kerabatnya. Tak hanya itu, dia juga berharap semoga ibadah puasa dan segala amal perbuatan yang dijalankan selama Ramadhan dapat diterima oleh Sang Khalik, serta masih diberi umur panjang agar bisa bertemu dengan Lebaran lagi pada tahun depan.

***

Almira Islamei Pratiwi

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Silaturahim dan Kumpul Keluarga

Almira memaknai Lebaran sebagai sebuah momen untuk kembali suci dan terlahir kembali. Dalam artian, setiap orang saling berlapang dada untuk saling memaafkan atas segala kesalahan yang pernah diperbuat, secara sengaja maupun tak disengaja. Hari raya Idul Fitri juga menjadi momen untuk menjalin tali silaturahim dan berkumpul bersama keluarga, teman, dan kerabat.

Dia mengatakan, setiap Lebaran, keluarga besarnya memiliki tradisi selalu mengadakan acara open house bagi para tetangga dan kerabat. Namun, tradisi tersebut sudah tidak dilakukan lagi sejak eyangnya meninggal dunia dan keluarganya pindah rumah. "Tradisi yang masih tetap ada sampai sekarang hanya sungkeman," kata Almira.

Meskipun tidak melakoni tradisi mudik, mahasiswi asal Klaten ini mengaku selalu menanti momen Lebaran untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga yang tinggal di daerah lain di luar Pulau Jawa. Ajang silaturahim dan kumpul-kumpul inilah yang selalu ditunggu oleh Almira karena dia bisa melepas rindu kepada seluruh sanak saudaranya.

Tak hanya momen berkumpul bersama keluarga, Almira juga selalu menanti hidangan khas Lebaran yakni ketupat dan opor ayam. Dua hidangan tersebut merupakan yang paling populer dan wajib tersaji saat perayaan Idul Fitri di Indonesia.

Setiap Lebaran juga Almira membersihkan rumah yang merupakan agenda wajib yang dilakoninya bersama keluarga. Selain itu, secara personal dia ingin menyelesaikan targetnya untuk khatam Alquran dan hafalan sebelum Lebaran. Setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan dan berperang melawan hawa nafsu, dia berharap Lebaran tahun ini bisa mendapatkan berkah yang melimpah dari Sang Pencipta.

***

Marudi

Mahasiswa Universitas Terbuka

Sedih Ketika Mendengar Takbir

Marudi mengaku selalu menunggu datangnya hari raya. Pasalnya, di hari itu dirinya dapat berkumpul dengan semua sanak saudaranya. Hal yang sangat jarang terjadi di hari-hari biasanya. Ini karena kesibukan masing-masing keluarga yang tinggal jauh dari dirinya. Karena itu, momen Lebaran sangat dinantikannya setiap tahun. "Selalu menunggu, karena bisa kumpul dengan seluruh sanak saudara," ujar Marudi.

Tidak hanya kumpul bersama, pria berusia 19 tahun itu pun kerap melakukan sejumlah tradisi Lebaran bersama sanak saudaranya. Biasanya, Marudi melaksanakan shalat Id yang dilanjutkan dengan berziarah ke makam ayahanda tercinta. Tradisi ini memang menjadi pokok utama kegiatannya bersama keluarga setiap hari raya, yakni mendoakan sekaligus meminta maaf pada ayahnya yang telah lama tiada. Hal itu pulalah yang membuat Marudi sedih saat takbir hari raya berkumandang.

Sebab, dirinya sudah tidak bisa lagi berkumpul bersama keluarga secara lengkap. Meski begitu, hal tersebut tidak mengurangi kemeriahan tradisi hari raya mahasiswa jurusan matematika itu. Selain bisa makan ketupat dan bersilaturahim bersama keluarga besar, Marudi juga kerap mendapat amplop uang dari sanak saudaranya. "Saya anak terakhir jadi bisa dapat banyak persenan ,"jelas dia.

Selain uang hari raya, Marudi juga selalu menunggu aktivitas rutin yang dilakukannya bersama teman-teman setiap hari raya, yakni keliling kampung sambil takbiran dan menabuh gendang. Hal menyenangkan yang hanya bisa dilakukan sekali setiap tahunnya.

***

Muhamad Rijal Rifa'i

Ada Senang, Ada Sedih

Di tengah kebahagiaan menyambut hari raya tahun 2014 ini, Muhamad Rijal Rifa’i mengaku sedih. Ini karena dia dan keluarganya tidak bisa berkumpul bersama ayahanda tercinta yang telah wafat beberapa tahun lalu.

Meski begitu, lulusan SMK Pantura ini tetap tidak sabar menyambut datangnya hari kemenangan nanti. Pasalnya, pria yang biasa dipanggil Ijal ini dapat makan makanan favoritnya. "Lebaran enaknya makan bebek dan kue-kue seperti  nastar, butter cookies," ujarnya.

Alhasil, pria bertubuh gemuk ini mengaku selalu menambah berat badan saat Lebaran tiba. Terlebih dengan adanya peraturan ibunya yang melarang Ijal untuk keluar di hari pertama Lebaran. Sehingga, membuatnya hanya makan dan diam di rumah. Hal itu pulalah yang membuat Ijal merasa sedikit kesal saat hari Lebaran tiap tahunnya. Padahal sebagai anak muda, dirinya memiliki banyak rencana bersilaturahim dengan teman-temannya.

Kendati kesal dan tidak tahu alasan ibunya, Ijal tetap memilih mematuhi perintah orang tuanya tersebut. Apalagi, ibunya sekarang ini merupakan satu-satunya orang tua yang masih dimilikinya. "Ada kesalnya sih saat Lebaran, soalnya enggak boleh keluar rumah di hari pertama. Tapi, hari setelahnya boleh," jelas Ijal. Meski begitu, pria berusia 18 tahun ini tetap menunggu datangnya hari raya. "Tetap senang dan menunggu datangnya Lebaran karena bisa silaturahim dengan keluarga besar yang jarang ketemu sehari-harinya.''

***

Kemeriahan yang Selalu Dinanti

Merayakan hari kemenangan, kita pun siap menyambutnya dengan gegap gempita. Seluruh dunia memiliki tradisi sendiri untuk merayakan hari suci ini. Tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri tak hanya dilakukan oleh masyarakat Muslim di Indonesia, di sejumlah negara juga memiliki tradisi yang berbeda-beda.Seperti umat Islam di Arab Saudi yang menyambut Lebaran dengan mendekorasi rumah mereka dengan berbagai macam ornamen.

Masyarakat Arab Saudi juga mempunyai menu khas lebaran yakni daging domba yang dicampur dengan nasi dan sayuran tradisional. Sajian ini sangat populer ketika Idul Fitri di sejumlah negara lainnya di Timur Tengah. Bagaimana dengan kemeriahan Lebaran di negeri sendiri? Kita pun punya tradisi unik yang menarik. Berikut di antaranya:

1. Mudik

Meski ribet, tradisi ini kerap dilakukan masyarakat Indonesia tiap tahunnya menjelang Lebaran. Mereka harus berdesak-desakan, mencari tiket semua jenis transportasi agar bisa pergi ke kampung halaman masing-masing untuk berkumpul bersama sanak saudara.Perjuangan yang cukup berat yang dilakukan hampir semua masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Hal ini dilakukan agar momen kebersamaan Lebaran bisa dirasakan dengan segenap keluarga.

2. Kue Lebaran

Nastar, kacang, kue kacang, putri salju, dan lainnya selalu menghiasi meja-meja tamu setiap rumah saat hari raya. Asyik, bukan? Menyediakan kue khas Lebaran memang salah satu tradisi unik di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk memanjakan para tamu yang hadir. Karena biasanya, saat hari raya akan banyak tamu yang datang dan bersilaturahim  ke rumah kerabat. Alhasil, setiap tuan rumah berlomba-lomba menyediakan beragam jenis kue Lebaran.

3. Baju Lebaran

Lebaran yang fitrah dan kembali bersih diartikan dengan memakai pakaian baru. Tidak heran, masyarakat berbondong-bondong membeli pakaian baru sebelum hari raya. Namun, tradisi ini tidak berlaku bagi semua orang di Indonesia.

4. Ketupat Sayur dan Opor Ayam

Ketika Lebaran, makanan khas yang ada di setiap rumah adalah ketupat sayur dan opor ayam. Keduanya merupakan hidangan wajib di hari raya. Sehingga, setelah Lebaran biasanya masyarakat Indonesia akan naik berat badannya karena makanan bersantan ini.

5. Silaturahim 

Tradisi ini umum dilakukan oleh seluruh umat Islam di dunia saat Lebaran. Namun, hal ini sangat penting dan harus dilakukan agar kembali ke fitrah yang bersih dan kembali ke suci. Sebab, tidak hanya silaturahim, tapi juga bermaaf-maafan.

6. Berziarah

Tradisi ini kerap dilakukan masyarakat Indonesia. Biasanya dilakukan setelah shalat Id bahkan sebelum memasuki Ramadhan, untuk mendoakan orang tua, kerabat, atau sanak saudara yang telah wafat. Bahkan, tak jarang sebagian masyarakat juga berziarah pada ulama-ulama terkenal yang telah wafat.

7.  Amplop

Tradisi ini biasanya dilakukan orang tua atau mereka yang telah mempunyai penghasilan untuk membagi rezekinya pada sanak saudaranya yang belum punya penghasilan sendiri.

N ed: endah hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement