Jumat 19 Aug 2016 16:00 WIB

FOKUS PUBLIK- Full Day School Menjadi Perbincangan

Red:

JAKARTA — Full day school menjadi perbincangan hangat setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof Muhadjir Effendy mengutarakan gagasan itu di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Ahad (7/8).

Full day school dapat membendung pengaruh-pengaruh buruk yang diterima anak saat orang tua sibuk bekerja dan tak sempat mengawasi. Selama satu hari di sekolah banyak hal yang bisa dipelajari anak-anak untuk menambah wawasan mereka.

Anak yang bersekolah di full day school pun akan sampai di rumah bersamaan dengan waktu pulang kerja orang tuanya. "Kursus-kursus dan kajian agama bisa dilakukan di sekolah. Anak lebih terpantau daripada ikut pengajian di luar nanti malah dapat ustaz dari kelompok ekstrem," ujarnya mencontohkan.

Usulan ini dinilai belum dapat diterapkan. Ketua Dewan Pembina Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi meminta masyarakat tidak reaktif menanggapi rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang akan menerapkan sistem full day school karena baru sebatas wacana.

Sistem ini masih harus dipelajari lagi, apakah sesuai dengan pendidikan Indonesia atau tidak. Apakah orang tua menginginkan sistem ini agar anak terhindar dari perbuatan buruk atau justru orang tua menolaknya karena merasa yakin dapat mendidik anak dengan baik setelah mereka pulang sekolah.    ed: Erdy Nasrul

Menyesuaikan dengan Zaman

Herwin Nur

Kota Tangerang Selatan, Prov Banten

Rencana penerapan sistem belajar full day school atau FDS dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan wajar jika ditanggapi pro dan kontra oleh berbagai pihak. Bukan sekadar jam pelajaran masuk pukul 07.00 pulang pukul 17.00 ataupun ramuan perbandingan jitu antara pendidikan karakter dan pengetahuan umum. Tetapi, wajib kita renungi dan kita simak dampaknya.

Anak kita saat jadi anak didik tingkat SD maupun SMP bukan sekadar generasi masa depan. Pengajaran, pendidikan, dan pelatihan anak bukan hanya memenuhi kebutuhan dasar, melainkan juga lebih fokus ke penyiapan masa depan anak. Kalau ditarik mundur, pendidikan anak dimulai dari memilih calon ibu yang baik, memberi nama anak dengan yang bermakna. Diimbangi peran ibu sebagai guru pertama dan utama dengan menjadikan rumah tinggal sebagai madrasah, sekolah awal, sebagai fondasi keilmuan sejak dini.

Periode perjuangan hidup dan perjalanan waktu kita sebagai orang tua sangat berbeda dengan masa kehidupan putra-putri kita nantinya, kelak di kemudian hari. Mengajar, mendidik, melatih anak, tentunya mengikuti kondisi dan perubahan dinamika kehidupan. Menyiapkan ilmu anak dengan gaya orang tuanya atau sesuai zaman sekarang pada hakikatnya adalah menyiapkan anak agar bermanfaat.

FDS adalah salah satu cara mendidik anak. Harus diuji dulu apakah tepat diterapkan bagi anak atau tidak.

Kontraproduktif

Mahmuddin Madani, Jakarta Selatan

Full day school merupakan kebijakan yang sangat kontraproduktif. Lingkungan pendidikan tidak hanya sekolah. Selain sekolah yang merupakan lingkungan pendidikan, yang sangat berpengaruh bagi perkembangan seorang anak adalah keluarga dan masyarakat. Jika diberlakukan sekolah sehari penuh, peran keluarga dan masyarakat bagi pendidikan anak akan hilang atau setidaknya berkurang.

Jika diberlakukan sekolah sehari penuh, misalkan dari jam 06.30 sampai jam 16.00, berakhirnya jam kerja dan jam sekolah berbarengan. Ini akan mengakibatkan kemacetan lalu lintas semakin parah.

Jika anak sehari penuh berada di sekolah, memerlukan penambahan biaya yang besar, sekurang-kurangnya penambahan biaya makan. Bila biaya makan itu dibebankan kepada orang tua, kebijakan sekolah gratis yang selama ini diterapkan menjadi tidak berlaku lagi. Bila biaya makan itu dibebankan kepada pemerintah pusat atau daerah. Ini pun akan menambah beban APBN dan/atau APBD.

Jika semua siswa berada di sekolah sehari penuh, maka akan menambah beban guru. Karena pengawasan aktivitas siswa selama di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Kami mohon kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membatalkan penerapan kebijakan sekolah sehari penuh, bahkan tidak perlu melakukan uji coba.

Masih Banyak Sekolah yang Memprihatinkan

Fakhrudin, tenaga kependidikan di STEI Tazkia Bogor

Banyak sekolah yang masih kekurangan guru, ruang kelas, dan berbagai sarana penunjang lainnya. Sebagai contoh, di beberapa daerah ada sekolah yang hanya dikelola beberapa orang guru dengan sarana yang masih jauh dari standar.

Full day school (FDS) tidak mungkin dilaksanakan hanya dengan kegiatan monoton tujuh sampai delapan jam di dalam kelas seharian. Sistem ini harus didukung aktivitas yang mengembangkan psikomotorik dengan kegiatan ekstrakurikuler.

Sementara, sekolah yang akan diberlakukan proses kegiatan belajar FDS harus ditunjang dengan infrastruktur yang memadai, misalnya, dengan bantuan fasilitas kegiatan ekstrakurikuler, guru yang memadai. Contoh yang paling riil dan sudah melaksanakan FDS adalah pesantren modern yang memadukan pendidikan formal dengan informal. Mereka bahkan bukan hanya full day school, melainkan everyday school. Tetapi, perlu diingat, mereka punya area sekolah yang luas, fasilitas lengkap, kegiatan 24 jam yang terjadwal, dan kurikulum yang sudah terbukti menghasilkan generasi penerus yang bermanfaat bagi bangsa ini.

Ubah Persepsi Sekolah

Fauzan Suhada, Depok, Jawa Barat

Kita akhir-akhir ini dikejutkan dengan pemberitaan mengenai full day school dan kasus pemukulan guru Dasrul di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Masyarakat banyak yang memprotes full day school karena melihat kualitas guru di Indonesia yang belum baik, selain dengan manajemen sekolah yang profesional. Seperti biasa, orang tua murid tidak mau direpotkan dengan tambahan uang untuk biaya pendidikan anaknya.

Jika kita merujuk metode pendidikan Rasulullah SAW di beberapa kitabm, seperti Sirah An-nabawiyyah karya Syekh Almubarokfury, peran guru bagi murid sangat sentral. Guru harus memahami metode pendidikan Islam bahwa agama yang diridhai itu Islam.

Guru juga harus mempunyai kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu, peran lingkungan juga penting untuk membentuk karakter anak, seperti peran dari orang tua dan lingkungan bermain. Jika kita lihat di kota-kota besar sudah ada ruang publik terbuka ramah anak, mengapa tidak kita jadikan juga ruang publik itu sebagai ruang belajar anak dengan dibimbing oleh guru ataupun orang tua.

Bisa saja di ruang publik kita beri iklan layanan informasi, seperti pelajaran fisika dan matematika, tapi dikemas secara menarik. Sehingga, persepsi sekolah sebagai penjara bagi siswa bisa diubah.

Jangan Lupakan Peran Keluarga

Lilik Alfiatin Nafi'ah, Mahasiswi Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Wacana full day school yang dilontarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy terus menuai kontroversi. Tujuannya sangat bagus, yaitu merevolusi karakter dan penanaman nilai pada anak. Namun, apakah sistem ini sudah bisa menawarkan model paling ideal bagi tujuan pendidikan kita?

Sebenarnya dalam rangka pembentukan karakter, pendidikan tidak harus sepenuhnya diserahkan kepada guru dan sekolah. Anak bisa belajar bukan hanya di bangku kelas dengan pendidikan akademis. Tetapi, interaksi dengan keluarga dan lingkungan juga sangat penting sebagai sarana pembelajaran.

Dalam hal ini, jangan sepelekan peran keluarga sebagai basis mengasuh dan mendidik anak yang paling efektif. Karena orang tua adalah guru di rumah yang berperan menyampaikan pendidikan non-akademis sebagai pembentukan karakter anak. Orang tua pun harus sadar atas kewajibannya mendidik sehingga mereka tidak hanya sibuk bekerja di luar, tapi mau memberikan perhatian penuh terhadap tumbuh kembang karakter anak ketika di rumah. Karena anak-anak kita juga berhak merasakan pendidikan full day school at home.

Kaji Ulang

Suwanto, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga

Full day school perlu dikaji ulang lebih mendalam terlebih dahulu. Karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan. Harapannya nantinya tidak ada masalah yang timbul. Hal lain yang patut ditegaskan, yaitu bahwa sekolah full day tidak melulu berkaitan dengan jam belajar yang bertambah, tetapi juga elemen dasar lain wajib dipenuhi oleh pihak sekolah dan guru-gurunya. Fasilitas sekolah juga harus mendukung. Asupan gizi melalui makanan wajib dipikirkan. Guru yang terlibat harus kreatif dan inovatif.

Itu artinya, pelaksanaan sistem full day school tidak semudah membalikkan telapak tangan hanya dengan menambah jam pelajaran di sekolah. Kesuksesan full day school ini tentu amat ditentukan pada keterlibatan aktif antara guru, siswa, dan orang tua. Tetapi, sekali lagi, full day school harus melalui mekanisme kajian mendalam serta persiapan matang. Jika sistem ini malah condong ke arah dampak buruknya yang lebih banyak, pemerintah tidak usah ngotot memaksakan untuk menerapkannya.

Tidak Mudah Diterapkan

Giyat Yunianto, Bekasi, Jawa Barat

Adalah kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negaranya tanpa terkecuali. Memperoleh pendidikan yang layak adalah hak setiap warga negara.

Wacana penerapan full day school telah menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagai sebuah ide wacana tersebut patut diapresiasi karena tujuannya untuk melindungi anak-anak dari kegiatan yang tidak bermanfaat setelah pulang sekolah. Namun, hal tersebut tidaklah mudah diterapkan. Karena, selain membutuhkan dana yang cukup besar, seperti untuk kebutuhan makan siang, kultur, atau budaya bangsa Indonesia juga kurang mendukung.

Anak-anak juga membutuhkan interaksi terhadap lingkungan sekitarnya dan hal tersebut hanya dapat dilakukan setelah mereka pulang dari sekolah. Jika sedari kecil anak-anak tidak dibiasakan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dikhawatirkan di masa yang akan datang mereka akan menjadi pribadi yang hanya mementingkan diri sendiri.

Ya Allah, cerahkanlah pikiran dan hati para pemimpin kami agar dapat menghasilkan kebijakan yang tidak merugikan semua kalangan.

Niat mulia membentuk karakter siswa dengan full day school dinilai sangat baik. Sebab, pemrintah ingin mengubah porsi pendidikan pengetahuan dan pendidikan  karakter sedemikian rupa sehingga seimbang.

Tujuan lain dari full day school supaya siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah sehingga mereka akan lebih banyak belajar, bukan nongkrong, tawuran, menghabiskan waktu bermain gim daring dan seabrek hal negatif lain.

Kebijakan ini tentu akan sangat menguntungkan para orang tua yang sibuk bekerja hingga sore dan tidak sempat untuk mengontrol anaknya di jam-jam bekerja tersebut karena anak masih berada pada pengawasan sekolah. Kebijakan ini juga dinilai sangat baik dalam meningkatkan prestasi akademik anak didik.

Di samping masyarakat yang setuju dengan diberlakukannya sistem full day school, banyak juga yang kurang mendukung kebijakan ini.  Tujuan utama diberlakukannya sistem full day school, yakni pengembangan pendidkan karakter tidak harus melalui sistem ini. Mendikbud seharusnya meninjau ke lapangan apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan siswa. Bukan hanya dari wacana atau kasus yang terjadi di kota besar.

Lebih Baik ke Pesantren

Nila Munasari, Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah.

Upaya pemerintah untuk membangun karakter anak dan memberikan kegiatan positif di sekolah adalah iktikad yang baik. Namun, di sisi lain, harus diingat masing-masing  peserta didik berasal dari keluarga beragam.

Sedikit setuju dengan pendapat Kak Seto selaku  ketua  Komisi  Nasional Perlindungan Anak  yang menganggap full day school kurang efektif. Sebab, masih sedikit pendidik yang mampu mengajar interaktif di kelas yang justru nantinya bisa menimbulkan kebosanan.

Sepertinya dibanding penerapan full day school, lebih baik orang tua mengarahkan  anaknya  bersekolah di boarding school ataupun pesantren. Kegiatan dan sistemnya  pun tidak diragukan lagi.

Perlu Kajian Komprehensif

Didi Jahidi, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Mercubuana Jakarta

Kalau kita merujuk tren sekolah di negara-negara maju saat ini adalah less school time, no homework, more about character building. Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini karena usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya. Orientasi pendidikan sekolah dasar (SD) sudah harus berorientasi pada pendidikan karakter, tidak membebani mereka dengan mengejar nilai yang tinggi.

Kebijakan full day school jangan terburu-buru. Perlu sosialisasi dan kajian yang komprehensif. Jangan sampai kebijakan ini mandek di tengah jalan dan terkesan anak-anak menjadi kelinci percobaan,

Plus Minus Selalu Ada

Tatang Muljadi, Pegawai Pemkab Karawang, Jawa Barat

Setiap kebijakan atau gagasan baru biasanya akan selalu muncul pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Demikian halnya gagasan Mendikbud mengenai kebijakan sistem  full day school (FDS).

Sekolah swasta yang menerapkan FDS telah membuat siswa menerima materi lebih banyak dengan berbagai pendidikan karakter (keterampilan). Sekolah akan lebih banyak mengontrol dan mengarahkan sehingga diharapkan siswa terhindar dari kebiasaan buruk.

Kelemahannya, tidak setiap sekolah dan jenjang pendidikan dapat melaksanakan sistem ini. FDS tampaknya cocok di daerah perkotaan dan tidak atau belum cocok di daerah perdesaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement