Jumat 02 Oct 2015 16:00 WIB

Investigasi Musibah di Tanah Suci

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dua tragedi terjadi pada musim haji 1436 Hijriyah ini. Belum juga selesai pilu seratusan korban musi bah jatuhnya crane di sekitar Mas jidil Haram, jamaah haji pun harus kem bali mengalami musibah karena tragedi Mina.

Peristiwa pada Kamis (24/9) lalu menjadi musibah terbesar sejak 25 tahun terakhir. Meski otoritas Saudi menyebut angka 769 korban jiwa, banyak negara peserta haji meyakini bahwa jumlah korban tewas mencapai lebih dari seribu jiwa. Tidak kurang, Kadaker Makkah PPIH Arsyad Hidayat menyebut bahwa terdapat 1.200 korban jiwa akibat tragedi tersebut.

Kejadian itu bermula saat dua arus jamaah da ri Jalan 204 dan 223 yang menuju Jamarat ber tabrakan. Otoritas Arab Saudi menyebutkan, peristiwa tersebut bermula di Jalan 204 yang bersimpangan dengan Jalan 223 menuju Jama rat. Di jalan tersebut menuju lokasi jumrah, ja maah membeludak. Jalanan pun padat dengan ja maah yang berdesak-desakan. Terjadi aksi sa ling dorong. Menurut otoritas Saudi, peristiwa itu yang menyebabkan jatuhnya banyak korban di Jalan 204.

Panasnya cuaca serta kondisi fisik jamaah yang mulai lelah karena serangkaian ibadah sebelumnya menjadi faktor penyebab tambahan. Jamaah sudah terlalu lelah setelah melaksanakan wukuf di Arafah, kemudian perjalanan dari Muz dalifah menuju Mina.

Dalam tajuk rencana pada 26 September 2015, koran ini berpendapat bahwa kasus Mina agak janggal. Biasanya, kecelakaan terjadi di seputar Jamarat. Namun, insiden kali ini terjadi jauh dari lokasi pelemparan jumrah itu. Hingga kini penyebab kecelakaan itu masih samar.

Apa yang menyebabkan jumlah jamaah mem beludak di lokasi itu? Raja Salman sudah memerintahkan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki lebih dalam penyebab peris tiwa Mina itu. Negara-negara OKI pun meminta Saudi untuk mengevaluasi secara menyeluruh penyelenggaraan haji tahun ini.

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa Ibrahim Al-Mubarak meminta seluruh pihak menunggu hasil investigasi atas tragedi Mina. "Tidak bisa berspekulasi. Kita tunggu hasil resminya," ujar Mustafa usai menghadiri pera yaan Hari Nasional Kerajaan Arab Saudi di Jakarta, Selasa (29/9).

Mustafa menekankan, investigasi sampai saat ini masih terus dilakukan. Jika sudah selesai, ia menjamin hasilnya akan langsung disampaikan kepada publik secara transparan. Dia mengakui, pemberitaan di media internasional tidak ada yang bisa menjadi pegangan selama hasil inves tigasi belum diumumkan secara resmi. Mustafa pun meminta semua pihak menunggu investigasi.

Terkait dengan kompensasi yang akan dibe rikan Kerajaan Arab Saudi atas korban tragedi Mina, Mustafa mengaku belum bisa menjawab. Ia menyatakan, hal itu akan dijelaskan pada ke sempatan lain. Meski begitu, ia mengaku Arab Saudi akan memberikan perhatian yang besar pada pelayanan haji, terutama para korban.

Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengatakan, insiden Mina sebaiknya tidak digiring ke persoalan sektarian Suni-Syiah karena tidak relevan. "Akar persoalan tragedi Mi na adalah pengelolaan haji, utamanya kesela matan dan keamanan jamaah," kata Fajar di Jakarta. Kendati demikian, Fajar melihat insiden Mina itu diman faatkan sejumlah pihak yang me nyeret persoalan ini menjadi konflik Suni dan Syiah.

Soal sikap kritis Iran terhadap Arab Saudi terkait pengelolaan haji, Fajar menganggap hal itu agar ditempatkan secara proporsional. Sikap keras Pemerintah Iran terhadap Saudi, kata dia, wajar dilakukan mengingat lebih dari 100 warganya meninggal dunia akibat insiden di Tanah Suci.  ed: A Syalaby Ichsan

Jangan Saling Menyalahkan

Fani Wardhana, Ma'had Umar bin Al Khattab Surabaya

Terenyuh..Begitulah perasaan saya setelah membaca kesaksian Sarman Sarifuddin, salah satu jamaah haji yang istrinya wafat pada Tragedi Mina yang dimuat di halaman pertama Republika hari Ahad, tanggal 27 September 2015.

Tak lama setelah kejadian yang berlangsung pada saat Dhuha tanggal 10 Dzulhijah 1436 tersebut, berbagai media informasi baik lokal maupun internasional memberitakan kejadian tersebut. Banyak pihak yang mengucapkan bela sungkawa dan turut berdoa agar jamaah yang wafat dalam kejadian tersebut diterima sebagai seorang yang syahid. Tapi tak sedikit pula yang mengambinghitamkan, menyalahkan pihak Saudi terhadap kejadian yang memakan korban ratusan ini.

Kita tak bisa menampik akan banyak faktor yang memengaruhi terjadinya peristiwa ini. Dengan begitu harusnya menjadikan kita bisa bersikap bijak. Tidak sembarangan berkomentar dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah doa kita terhadap para korban yang wafat maupun yang luka-luka. Juga harus selektif dalam menerima informasi dan tidak tergesa-gesa dalam memberikan komentar.

Bisa jadi komentar kita tidak memperbaiki suasana, justru malah menjadikan semakin ricuh saja. Tepat sekali apa yang disampaikan Ust Fahmi Salim pada laman akun Facebook beliau menanggapi hal ini, "Intinya kita jangan saling menyalahkan sebelum ada hasil investigasi Saudi dan negara Islam lainnya.. Semua harus introspeksi diri utk perbaikan pelayanan jamaah haji. Semoga syuhada Mina dimasukkan dalam jannah-Nya.. Amiin."

Ujian Bagi yang Hidup

Fatimah Kartika, Magelang, Jawa Tengah

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan kembali hanya kepada Kami." (Q.S. Al-Anbiya' :35)

Segala musibah yang terjadi di dunia ini sejatinya sudah Allah atur, termasuk musibah di Tanah Suci kemarin yang telah banyak merenggut korban jiwa. Jika dilihat, musibah tersebut adalah sebagai suatu bentuk peringatan dari Allah kepada kita yang masih hidup, agar menyadari bahwa kematian akan mendatangi setiap insan tanpa terkecuali dan tanpa diduga-duga. Tanah Suci Makkah adalah tempat yang sangat baik sehingga banyak manusia yang berkunjung untuk menunaikan ibadah Haji, tetapi itu bukanlah suatu jaminan bahwa maut tidak akan menjemput kita di sana.

Sesungguhnya musibah tersebut dapat menjadi renungan bagi yang masih bernyawa agar terus mengingat Allah dan mengingat mati. Semoga semua korban musibah tersebut mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Amin. ¦

Ujian yang Berat

Mariati Aprilia, Citayam, Bogor

Para hujaj tahun ini begitu berat ujiannya dan semoga itu sebanding dengan pahala yang disiapkan Allah untuk mereka. Adapun yang tertimpa musibah kali ini, apabila bersabar sesungguhnya apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dari dunia dan seisinya. Semoga Allah merahmati dan menerima sebagai syuhada, adapun keluarga yang ditinggalkan semoga memperoleh kesabaran.

Dalam Alquran surat al-Baqarah (2) ayat 154-156, disimpulkan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah sebenarnya mereka hidup. Namun kita yang (masih hidup) tidak menyadarinya, mereka diuji dengan ketakutan, jiwa dan tetap bersabar atas musibah yang berlaku karena keyakinan pasti bahwa Allah Pemilik dan tempat kembali mereka yang sesungguhnya.

Bukankah impian setiap mukmin, jika mereka dapat dikuburkan di Tanah Suci, berdampingan dengan para syuhada, ketika sedang melaksanakan ibadah haji/umrah, pada hari baik yaitu Jumat? Bukankah itu adalah kematian terindah yang tidak melewati sakaratul maut, yang sakitnya sebatas seperti digigit semut, Allah sendiri yang langsung mencabut, mengeluarkan ruh mayyit dari jasadnya. Wallahu'alam.

Insiden yang Memprihatinkan

Andi Prambudi, Lampung

Perhelatan haji tahun 2015 tampaknya akan akan menjadi peristiwa sejarah yang akan terus dikenang ketika berlangsungnya ibadah Haji. Betapa tidak, dalam perhelatan haji tahun 2015 ini, ada dua peristiwa yang menjadi sorotan masyarakat dunia.

Pertama, insiden jatuhnya crane di area Masjidil Haram, Makkah, pada 12 september 2015 yang menye babkan sebanyak 109 orang meninggal. Kemudian, insiden lempar Jumrah yang menyebabkan sebanyak 717 orang meninggal. Jika diingat kembali, sejauh ini jumlah korban meninggal terbanyak dalam pelaksanaan ibadah Haji terjadi pada tahun 1990. Sekitar 1.426 jemaah haji meninggal selama karena berdesakdesakan dan terinjak dalam terowongan al-Maisim yang menghubungkan Makkah ke Mina dan Arafat.

Meski demikian, kita tidak dapat serta-merta menyalahkan Pemerintah Arab Saudi atas kejadian tersebut. Karena, sejumlah peristiwa tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi alam di Arab Saudi. Jatuhnya crane terjadi karena adanya badai yang terjadi di Arab Saudi. Sementara itu, dalam insiden lempar jumrah, temperatur udara yang sangat panas, mencapai 40 derajat Celcius, akan sangat sulit mengatur jamaah haji dalam jumlah banyak.

Dalam kondisi yang panas itu, seseorang akan mudah panik dan emosi sehingga mereka dapat bertindak agresif. Kondisi ini menyebabkan para jamaah haji bergerak tidak teratur sehingga ketika salah satu jamaah terjatuh, akan langsung terinjak oleh jamaah lainnya.

Oleh karena itu, mempersiapkan diri merupakan kunci terpenting untuk menghindari marabahaya yang terjadi. Di samping itu, para jamaah haji juga seharusnya tidak bertindak agresif ketika terjadi sesuatu yang tidak biasa. Karena hal ini akan memicu terjadinya kekacauan sehingga berdampak pada terjadinya insiden jamaah haji yang meninggal karena terinjak.

Layak Disebut Syuhada

Fauzan Suhada, Depok

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un .... Inilah kalimat yang langsung terucap saat mendengar rangkaian musibah di Tanah Suci. Kemudian banyak spekulasi berkembang terkait rangkaian musibah ini. Namun, yang terbaik bagi kita adalah kembali pada Quran dan sunah saat merujuk segala persoalan:

1. QS an-Nisa ayat 79: Apa saja nikmat yang kamu peroleh dari Allah SWT, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari kesalahanmu sendiri.

2. QS ar-Rum ayat 41: Telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka sendiri, agar mereka kembali ke jalan yang benar.

Dunia Islam saat ini memang sedang banyak mengalami ujian, mulai dari penjajahan Israel kepada Palestina yang menyebabkan kejadian terakhir berupa pendudukan paksa masjid al-Aqsa, kemudian konflik Suni-Syiah di Suriah, Irak, dan Yaman yang mengakibatkan gelombang pengungsi ke Eropa dan segala penjuru dunia, konflik kaum Muslim Rohingya di Myanmar, termasuk kasus kabut asap akibat kebakaran hutan dan kekeringan lahan pertanian di Indonesia.

Haji yang merupakan puncak rukun Islam, telah menjadi ajang silaturahim seluruh kaum muslimin dunia, termasuk daerah yang selama ini menjadi sumber konflik. Perekat kaum muslimin saat menunaikan ibadah haji ini adalah satu,yaitu memenuhi panggilan Allah SWT untuk menunaikan syariat haji dengan segala hambatan yang merintang dengan harapan menjadi mabrur yang tak lain ganjarannya adalah surga Allah SWT.

Segala daya upaya dilakukan kaum muslimin dalam rangka mewujudkan perintah-Nya sebagai wujud rasa cinta pada Allah SWT. Sudah sepatutnya pula kaum muslimin untuk senantiasa melihat dirinya di cermin. Barangkali masih tersisa bibit-bibit kezaliman warisan masa jahiliyah yang merupakan akumulasi dari dosa dan maksiat sebelum menunaikan ibadah haji.Sudah sepantasnya kaum muslimin untuk bertaubat kembali ke jalan yang benar sesuai dengan syari'at Allah SWT.

Nasihat saya untuk keluarga jamaah haji yang ditinggalkan,untuk senantiasa memupuk kesabaran dan bertawakal kepada Allah SWT agar mendapat limpahan kasih sayang Allah SWT (lihat QS al-Baqarah ayat 154-157). Para jamaah haji yang meninggal dalam serangkaian musibah di Tanah Suci ini layak disebut Syuhada haji jika di hatinya ada kesungguhan dan keikhlasan dalam menghidupkan syariat Haji (Lihat QS al-Baqarah ayat 158-160). Semoga perjuangan jamaah haji yang menunaikan haji ini menginspirasi kaum muslimin dalam kehidupannya sehari-hari. ¦

Bentuk Panitia Bersama Haji

Herwin Nur, Tangerang Selatan

 Secara kronologis historis religi, kerajaan Arab Saudi sebagai tempat geografis administrasi teritorial dan lokasi kejadian peristiwa yang melandasi tindakan ibadah haji. Walhasil, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi selalu sebagai tuan rumah tunggal, mengantongi hak penuh atau monopoli sekaligus sebagai pemegang otoritas pelaksana penyelenggaraan ibadah haji.

Secara kuantitas, calon jamaah haji dari berbagai negara selalu bertambah dan meningkat. Kendati kuota dalam persentase relatif tidak berubah. Belum terhitung haji lokal atau dari negara tetangga. Apalagi saat haji akbar, menjadi daya tarik khusus.

Secara kualitas, calon jamaah haji didominasi jamaah pemula. Bisa terjadi calon jamaah haji asal Indonesia ada yang belum familiar dengan bepergian jauh dan naik pesawat. Ada yang belum terbiasa meninggalkan rumah dalam waktu lama. Ada yang belum akrab pergi bersama dalam rombongan bareng orang lain, yang mungkin belum saling kenal.

Ada yang usia masuk kategori warga usia lanjut. Faktor kesehatan dan rekam jejaknya ikut ambil bagian. Tidak bisa meninggalkan adat istiadat lokal di negeri orang.

Mengingat Islam sebagai agama universal, mendunia, memang selayaknya ada panitia bersama haji. Misal, ada OKI atau sebutan lainnya. Atau melibatkan secara aktif negara dengan jumlah calon jamaah haji yang besar. Pengalaman sebagai guru yang pantas dipertimbangkan. Apalagi praktik agama Islam mengutamakan selamat dunia akhirat.

Mengingat peta politik dunia menengarai Arab Saudi, kendati punya senjata minyak, bukan sebagai negara yang patut diperhitungkan. Banyak kepentingan yang mengintervensi acara rutin tahunan pelaksanaan ibadah haji.

Bahasa terangnya, ada negara, bangsa, pihak tertentu yang menghendaki agar Islam tidak berkembang. Berbagai modus operandi, rekayasa, dan konspirasi mereka lakukan, khususnya pada acara massal umat Islam sedunia pada waktu bersamaan dan terutama berada di satu lokasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement